Kamis, 12 Juli 2007

Merenggang untuk Menang

Mabok Gratis

Alakisah sebuah pulau yang indah nan subur, pantainya berpasir putih, tanamannya tumbuh subur, hasil panen pun melimpah ruah. Pulau ini memang kaya akan pesona dan hasil alamnya. Hingga penduduknya pun cantik-cantik dan ganteng. Tampaknya pulau ini memang pulau nan menawan dan sangat menjanjikan sebagai tempat tinggal yang nyaman. Namun dibalik kesuburan ini tersimpan keresahan yang mendalam karena sudah dua tahun terakhir, di pulau ini terjadi banyak perampokan dan kejahatan yang merajarela. Semua harus berjaga di waktu malam agar terhindar dari kejahatan. Tidak ada ketenangan tinggal di pulau ini.

Sang Raja pemimpin pulau ini sangatlah risau menghadapi keadaan ini, walau sudah menambah jumlah aparat dan dana keamanan, selalu saja kejahatan berkembang lebih cepat dari upaya penanggulangannya. Hingga suatu sore dipanggilah sang perdana mentrinya untuk berunding. ”Apakah kamu ada jalan untuk mengembalikan negri kita menjadi seperti sedia kala”?

”Tuan Raja, hamba sudah pelajari, ternyata sumber kejahatan dan ketidak amanan selama ini adalah banyaknya bermunculan kedai arak di setiap sudut kota hingga pelosok desa.” kata sang mentri. ”Rakyat menjadi suka mabuk, tidak bekerja dan bertindak apa saja hanya untuk dapat mabuk ”.
”Siapa dalang ini semua, dan mulai kapan ini terjadi ?” Seru Sang Raja.

”Mereka adalah para pedagang dari negri sebrang yang banyak berdatangan sejak dua tahun terakhir ini. Mereka dilengkapi dengan surat perjanjian perdagangan antara negri kita dengan negri sebrang, jadi kita tidak dapat mengusir mereka.” Tukas Sang Mentri.

Ini masalah yang sulit, berdasarkan perjanjian dagang kedua negara, Sang Raja tidak bisa melarang para pedagang negri sebrang untuk datang dan berdagang. Dalam kebingungannya, Sang Raja menatap konsong para pengawal yang mulai menyalakan lampu penerangan di setiap sudut ruangan. Tiba-tiba saja Sang Raja menghentakkan kakinya sambil berseru, ”Ruang ini terang karena ada api, api ini menyala karena ada lilin, tanpa lini tidak akan ada terang”.

”Segera umumkan bahwa, segala bentuk minuman keras di negeri ini dapat diminum dengan Gratis untuk semua orang, tak terkecuali yang diperdagangkan di setiap toko. Semua yang melanggar atauran ini harus dihukum mati ”. Perintah Sang Raja.
Sejak diberlakukan peraturan ini maka, semua orang berebut untuk masuk ke toko arak dan minum gratis. Para pedagang arak panik, segera menutup kedainya dan berusaha mengamankan sisa araknya dan diam-diam mengangkutnya di malam hari menuju tepi pantai untuk dibawa keluar araknya kembali ke negri sebrang dengan kapal.

Belum sempat terlaksana tuntas pengungsian arak-arak tersebut, telah dikeluarkanlah lagi peraturan bahwa, menjual arak diperbolehkan dan uang hasil penjualan arak adalah hak setiap orang. Efek dari peraturan tambahan ini lebih dahsyat, mulai orang-orang miskin dan para pemabuk bersama-sama mengedor kedai-kedai arak dan mengejar pemiliknya hingga ketepi pantai untuk membagi uang dan arak kepada mereka. Mereka semua histeris ketakutan karena beringasnya masa mengejar mereka.

Ternyata di tepi pantai para tentara kerajaan sudah bersiaga menunggu, mereka langsung mencegah masa brutal yang terus mengejar para pedagang arak. Dari balik kerumunan masa muncullah Sang Perdana Mentri, para pedagang Arak langsung bersujud memohon pertolongan Sang Perdana Mentri. ”Bapak Perdana Mentri yang bijaksana, tolonglah kami”, ”Kami akan lakukan apa saja agar kami aman.”

Dengan tegas Sang Mentri berkata kepada para pedagang arak ”Tentara kami telah mengamankan mereka, tidak perlu takut Pulanglah kalian kerumah, kembalilah ke pekerjaanmu dengan tenang”. Buru-buru para pedagang segera berhamburan melompat ke dalam perahu setelah berterima kasih kepada sang Sang Mentri dan menghilang di balik kelamnya senja dan tidak pernah kembali lagi untuk berdagang arak.

Pembaca yang budiman,
Dibalik kesulitan selalu ada jalan. Dengan ide yang sederhana, Sang Raja dengan elegan telah memojokkan para pedagang Arak dengan peraturan.

Dengan cara yang sederhana pula Perdana Mentri bertindak sebagai Good Man yang memberikan kelonggaran yang menyelamatkan jiwa para pendagang. Namun justru para pedagang arak merasa harus segera melarikan diri kembali ke negrinya semasa masih sempat menyelamatkan diri.

Pesan moral strategi ini.
Lawan yang benar-benar terpojok akan semakin melawan kita dengan membabi buta. Dengan sedikit mengendorkan cengkraman kita, maka lawan akan merasa beruntung dan rusak mentalnya, mereka segera berbalik ketempat aman dan melupakan semangat perlawanannya.



Kisah asli terjadi pada Can Guo (506 BC), saat aliansi pasukan Wu mengempur pasukan Chu hingga terpojok ke Qingfa. Pasukan Chu besiap berperang hingga tetes darah penghabisan dan sangat tidak mudah dibasmi.

Fu Gai adik He Lu (Raja Wu), menghentikan tindakan kakaknya agar mengendorkan serangan sementara. Pasukan Chu merasa beruntung dan segera tercerai-berai menyelamatkan diri sementara masih ada waktu.

Riduan Goh ~ Wealth is Mine

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan beri Komentar sehat dan membangun