Senin, 13 Agustus 2007

Pemimpin Juga Manusia


hari yang lalu ketika membawa mobil memasuki lapangan parkir, karena diburu oleh waktu saya memarkirkan mobil dengan posisi serong mengikuti satu-satunya mobil yang ada di lapangan parkit tersebut dan menempatkan mobil tepat di sebelahnya.Ketika turun dari mobil, ternyata saya baru menyadari bahwa aturan di lapangan tersebut adalah parkir mobil secara lurus, tidak serong.

Mari kita kita perdalam kejadian tersebut, dan memisahkan elemen-elemen yang terkait dalam kejadian tersebut. Mobil yang lebih dulu parkir kita anggap sebagai pemimpin yang menjadi panutan, saya yang parkir belakangan adalah pengikut, lapangan parkir adalah alam semesta, dan garis tanda tempat parkir adalah prinsip atau hukum yang berlaku di alam semesta.

Ternyata dari peristiwa sederhana dan pemisahan elemen tersebut saya dapat menarik sebuah pelajaran, bahwa pemimpin atau bahasa kerennya role model yang menjadi panutan juga manusia biasa seperti kita, karena role model tersebut tidak selalu benar dalam perbuatan atau tindakan, apabila dia melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan nilai-nilai, hukum atau prinsip yang berlaku di alam semesta.

Seperti halnya yang dilakukan oleh Malin. Dia adalah orang yang layak untuk menjadi pemimpin dan panutan di kelompoknya, karena dia memiliki karakter yang sesuai untuk menjadi seorang pemimpin seperti kecerdasan, keberanian, setia kawan, bijaksana dan kebajikan. Dan Malin memiliki pilihan untuk mencapai tujuan hidupnya dengan menggunakan karakter yang dia miliki.

Yang salah adalah bila Malin menggunakan karakter yang dia miliki tersebut untuk tindakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai, hukum atau prinsip yang berlaku.

Bila Malin menjadi pemimpin di dunia hitam atau pemimpin dari kelompok penjahat, maka dia akan menggunakan kecerdasannya untuk mencari tahu dimana barang berharga disimpan; menggunakan keberaniannya untuk memimpin perjalanan; menggunakan kesetiakawanannya untuk membantu anak buahnya ketika melarikan diri dari kejaran para penegak hukum; menggunakan kebijaksanaannya untuk mempelajari dan mempertimbangkan situasi sebelum melakukan perampokan; dan menggunakan kebajikannya untuk membagi hasil rampokan dengan adil.

Jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan hidup memang terjal, sulit dan berliku. Terkadang seorang pemimpin tergoda untuk mengambil jalan pintas yang lebih mudah dengan cara mengabaikan nilai-nilai, hukum atau prinsip yang berlaku agar tujuannya dan kelompoknya dapat tercapai.

Yang salah adalah bila kita sebagai anak buah lupa mengingatkan pada pimpinan atau panutan kita bahwa tindakan atau perbuatan yang dia lakukan tidak sesuai dengan nilai-nilai, hukum atau prinsip yang berlaku.

Sudahkah Anda menjadi pemimpin yang selalu mengacu pada nilai-nilai, hukum atau prinsip yang berlaku?

Source : Adhi Nugroho


%;">

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan beri Komentar sehat dan membangun