Kamis, 09 Agustus 2007

Penakluk Diri


Oleh : Toni Yoyo, STP, MM, MT


Suatu ketika seorang kaya raya tetapi terkenal sebagai pemarah berat mendatangi seorang bijaksana. "Guru, berilah atau ajarkanlah saya kesabaran. Sebagai seorang bijaksana, Guru pasti adalah orang yang tepat kemana saya harus meminta kesabaran. Atau jika Guru tidak bersedia, tunjukkanlah ke siapa saya bisa memohon kesabaran".

Sambil tersenyum lebar, sang Guru menjawab, "Engkau sudah bertemu dengan guru-guru kesabaran tersebut, sangat banyak jumlahnya dan sangat sering malah engkau bertemu dengan mereka dalam kehidupanmu sehari-hari. Tidakkah engkau menyadarinya ?".

"Orang-orang yang menyulitkanmu, mereka yang berlaku tidak sesuai dengan keinginanmu, siapa-siapa yang berbuat tidak baik kepadamu, merekalah sebenarnya guru-guru kesabaran terbaik. Demikian pula situasi dan kondisi sehari-hari yang kurang menyenangkan dan tidak memuaskanmu, sesungguhnya merupakan pemberi pelajaran kesabaran terandal bagimu", lanjut sang Guru.

Orang-orang bijaksana, para pemuka dan guru agama bukanlah guru-guru kesabaran yang terbaik. Mereka memang bisa mengajarkan, menganjurkan dan mengajak berpraktek kesabaran. Akan tetapi mereka bukanlah pelaku langsung yang aktif dalam pembinaan kesabaran kita.

Kesabaran sangat tidak memadai jika hanya dipelajari teorinya saja. Yang terutama dibutuhkan adalah praktek melalui latihan rutin dalam kehidupan setiap hari. Tanpa praktek langsung, kita hanya 'bermain' kesabaran dalam tataran pemikiran saja, atau paling jauh sampai pada level ucapan, tetapi tidak melangkah sampai praktek secara nyata.

Cukup populer cerita mengenai seorang filsuf terkenal jaman dahulu yang suatu ketika terlihat begitu sedih dan tidak bersemangat. Ternyata setelah ditanya kenapa dia berlaku yang berbeda dengan hari-hari sebelumnya selama ini dimana dia selalu terlihat gembira, ternyata hari itu istrinya sakit sehingga kebiasaan untuk memarahi suaminya tidak dilakukan. Filsuf tersebut bersedih hati karena hari itu dia tidak bisa mempraktekkan kesabaran dalam menghadapi berbagai omelan istrinya seperti yang selama ini dilakukan.

Dalam kehidupan kita terdapat dua kemungkinan situasi :

Suasana batin/pikiran kurang baik (bad mood) ' sulit bersikap sabar terhadap hal-hal yang tidak mengenakkan ' latihan kesabaran terbaik.

Kualitas kesabaran dalam diri kita terhadap hal-hal yang kurang menyenangkan akan meningkat pesat jika dilatih ketika kita berada dalam kondisi yang tidak menyenangkan, tidak baik, tidak menggembirakan, yang benar-benar memerlukan ketahanan mental lebih untuk menghadapinya. Sangatlah berat dan kita cenderung menutup toleransi kita terhadap yang tidak enak yang kita hadapi, jika suasana batin/pikiran kita sedang kurang baik.
Suasana batin/pikiran baik (good mood) ' mudah bersikap sabar ' bukan latihan kesabaran terbaik.

Kualitas kesabaran dalam diri kita terhadap hal-hal yang kurang menyenangkan akan sedikit sekali peningkatannya jika dipraktekkan dalam situasi dan kondisi diri kita senang, bahagia, gembira. Dalam suasana batin/pikiran sedang 'terangkat' pada keadaan membahagiakan maka kita menjadi lebih punya toleransi terhadap segala sesuatu yang kurang baik, yang kita hadapi.
Strategi terbaik :

Seharusnya nomor 1 dan 2 digabungkan dalam praktek kesabaran kita.
Walaupun dalam keadaan bad mood, jangan kita melupakan praktek kesabaran terhadap segala sesuatu yang tidak baik yang kita hadapi sehari-hari.
Pada saat yang sama kita harus selalu berupaya untuk mengembangkan keseimbangan batin/pikiran kita sehingga selalu baik dan tenang. Dalam suasana batin/pikiran demikian, kita akan mudah memperlihatkan kesabaran terhadap berbagai hal yang tidak enak yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan rutin mempraktekkan ketiga strategi di atas, pada akhirnya situasi nomor dualah yang akan lebih sering muncul dalam diri kita sehingga seakan-akan kita terlahir sebagai 'manusia baru yang lebih baik'.

Terdapat dua jenis praktek kesabaran, yaitu sabar terhadap hal-hal kecil dan besar.

Kesabaran terhadap hal-hal kecil merupakan ketahanan mental kita dalam menghadapi situasi dan kondisi kecil yang kurang menyenangkan, yang sebenarnya tidaklah membawa efek yang besar bagi kita, misalnya udara agak panas, penuh orang, harus menunggu, agak macet, berisik, anak rewel dan berbagai gangguan mini lainnya.

Sedangkan hal-hal besar yang tidak menyenangkan, akan menuntut praktek kesabaran yang lebih sulit misalnya dicaci maki orang, difitnah tanpa dasar, dilukai secara fisik maupun perasaan, kehilangan besar harta benda maupun orang-orang yang kita sayangi, dan kejadian-kejadian lain yang umumnya mampu menimbulkan bekas cukup dalam di diri orang yang harus mengalaminya.

Orang sabar sama sekali bukanlah orang lemah, penakut, tidak punya keberanian atau tidak punya harga diri, melainkan seorang penakluk diri yang jauh lebih bernilai dibanding penakluk orang lain.

Tentunya kesabaran yang dipraktekkan bukanlah 'kesabaran membuta' melainkan kesabaran yang rasional dan sesuai dengan tata aturan yang berlaku sehingga istilah 'kesabaran ada batasnya' kadang-kadang memang harus diperlihatkan jika situasi dan kondisi memang mengharuskan demikian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan beri Komentar sehat dan membangun