Selasa, 14 Agustus 2007

SELINGKUH? AMIT-AMIT, NO WAY LAH


Entah kapan ada ungkapan berbunyi: “Kalau suami selingkuh, pertama-tama yang harus ditanya adalah si istri. Kenapa suami bisa selingkuh?” Nah lho! Padahal berdasarkan survey (entah siapa yang menyelenggarakan), kalau suami selingkuh, orang terakhir yang tahu perselingkuhan itu adalah istri. Karena selingkuh kan nggak pake laporan dulu, trus bagaimana menjawab kenapa suami bisa selingkuh?

Hebatnya lagi, kalau perselingkuhan terendus, reaksi dari suami bisa 2 macam, bisa segera insaf (berarti masalah dianggap beres, ada kata maaf dan janji untuk memperbaiki, rt aman untuk sementara). Sebaliknya, reaksi ekstrim bisa terjadi marah-tersinggung-benci kepada istri. Marah karena ketahuan aktifitas keenakan yang terganggu. Tersinggung karena gengsinya terusik ketahuan punya selingkuhan. Nyalahin istri, seolah-olah semua kejadian memalukan ini terjadi karena ulah istri yang kurang canggih lah, kurang service lah, kurang nyambung lah, kurang-kurang-kurang ajar! Mengaku salah? Gengsi bok! Jika istri protes mempertanyakan kesetiaan pada komitmen hingga menitikkan airmata karena kecewa dan sedih, reaksi si suami bisa lebih arogan, yakni si istri yang harus memintamaaf (penyebab suami selingkuh) dan harus merubah diri agar si suami kembali ke jalan yang benar bak seorang pahlawan.
Duuuuuh nggak fair banget ya! Capek deh! Emang sih, seperti kata lagu: Tidak Semua Laki-laki. Tapi itu lah jeritan derita para wanita korban selingkuh.

Tak terasa, Agustus 2007 ini, kami merayakan ulang tahun pernikahan yang ke 20. Telah dilewati pasang surutnya kehidupan pernikahan, yang menurut sebagian besar teman menganggap keluarga kami sebagai keluarga yang bisa menjadi inspirasi dan tauladan bagi banyak pasangan lain. Amin.

Jujur saja, sungguh tidak mudah menjalani dan mempertahankan, memupuk dan menyirami cinta agar bisa bertahan sekian lama dan seterusnya. Sudah pasti, bukan hanya tugas seorang istri, tetapi juga kewajiban bagi seorang suami untuk bersama berjuang kearah keselarasan!






Setiap perbedaan yang timbul, harus disertai niat, bukan untuk sebuah perpecahan, tetapi untuk menambah wawasan demi menyamakan persepsi. Maka setiap muncul perbedaan, ada gairah yakni tersedia sarana bahan diskusi yang saling menyemangati untuk menemukan kelebihan pasangan, bukan melebarkan jurang tak terjembatani. Sungguh ironis.

Netter yang berbahagia,
Pernikahan bukan akhir sebuah percintaan, tetapi awal perjalanan panjang. Bila komitmen telah ditancapkan, jangan mudah menyerah! Temukan keindahan perasaan saling berbagi, saling mengerti, saling belajar, saling memaafkan, saling mengalah, saling menyemangati dan tetap menjaga rasa cinta di dalam dada. Selingkuh? Amit-amit, No way lah!


Salam Luar Biasa!
Lenny Wongso