Kamis, 09 Agustus 2007

SIKAP MENTAL YANG MEMBUAT PERBEDAAN


Oleh : Junus Judianto - HR and Training Consultant

Saat perang Vietnam berkecamuk, ribuan tentara Amerika Serikat tertangkap oleh pasukan Vietcong. Mereka mengalami berbagai siksaan yang mengerikan. Berita tentang penyiksaan ini disebarkan sebagai propaganda atau 'psy-war' (perang urat syaraf) untuk menghancurkan mental pasukan AS.

Banyak tahanan mengalami ketakutan yang luar biasa. Yang tertanam di benak mereka: "Saya tidak akan sanggup menahan siksaan seberat ini terus menerus." Akibatnya, beberapa bulan kemudian banyak dari mereka yang mengalami gangguan jiwa.

Sebagian tahanan lain menjadi putus asa : "Siksaan ini sungguh tak tertahankan. Tidak ada harapan bagi saya untuk ke luar dari penjara ini dalam keadaan hidup." Mereka hanya sanggup bertahan beberapa bulan, kemudian mati dengan mengenaskan.

Tidak seperti para tahanan lain, John McCain, memiliki sikap mental pantang menyerah yang luar biasa. Ia melakukan monolog batin untuk menguatkan dirinya: "Saya harus kuat dan mampu bertahan agar dapat keluar dari penjara ini dalam keadaan hidup, karena ada tugas besar yang menanti". Sikap mental positif ini membuat ia mampu bertahan, walaupun setiap minggunya dua atau tiga kali dia disiksa sampai pingsan di penjara Hoa Lo (artinya dapur api yang menyala-nyala). Setelah mengalami siksaan berkepanjangan selama 5 ½ tahun, McCain dapat keluar dari penjara tersebut dalam keadaan hidup. Ia kembali berdinas di Angkatan Laut, kemudian menjadi seorang senator, bahkan di tahun 1997 ia dipilih oleh majalah Time sebagai salah satu dari 25 orang paling berpengaruh di Amerika Serikat.

Dalam setting kehidupan para profesional masa kini: Alkisah, dua orang karyawan dipanggil menghadap Direktur Utama. Mereka sama sama mendapat teguran keras karena kesalahan besar yang telah mereka lakukan.
Karyawan pertama menanggapi teguran itu dengan sikap mental negatif. Ia tertunduk lesu. Yang terpikir dalam benaknya :"Celaka benar nasibku ini. Habislah sudah karirku". Teguran itu menjadi beban baginya, sehingga dia menjadi apatis, prestasinya kian menurun, dan akhirnya karirnya benar-benar terhenti disana.
Sedangkan Karyawan ke dua menanggapi teguran itu dengan sikap mental positif. Yang terpikir dalam benaknya :"Saya harus mengatasi segala kegagalan ini, dan membuktikan bahwa saya mampu bekerja dengan lebih baik." Teguran itu dijadikannya sebagai cambuk untuk meningkatkan prestasinya. Dia menjadi lebih tekun, prestasinya meningkat terus, dan akhirnya mencapai sukses yang luar biasa.

Para pembaca,
Kisah heroik John McCain (difilmkan dengan judul 'Faith of My Fathers', Sony Pictures - 2005) dan cerita tentang dua karyawan di atas, menggambarkan kepada kita bagaimana sikap mental dapat membuat perbedaan. Saat orang lain mengalami kegagalan atau kehancuran, orang yang memiliki sikap mental positif akan mampu bertahan, menjadi lebih baik, dan berhasil mencapai sukses.

Tidak ada jalan yang rata dan mudah untuk mencapai sukses yang sejati. Sukses yang sejati hanya dapat dicapai setelah kita melalui berbagai rintangan, kesulitan, bahkan kegagalan-kegagalan, yang kesemuanya harus kita hadapi dengan sikap mental positif.
Saat menghadapi kesulitan, tak perlu kita buang waktu untuk mengeluh, hadapi dengan sikap mental pantang menyerah,
Saat menghadapi kegagalan, tak perlu kita buang waktu untuk menyesalinya, bangkit dan hadapi dengan sikap mental pasti bisa,
Saat mendapat teguran atau hinaan, tak perlu kita buang waktu untuk marah atau sakit hati, jadikan teguran atau hinaan ini sebagai pendorong untuk membuktikan bahwa kita mampu bekerja dengan lebih baik, bahkan menjadi yang terbaik.

Selamat mencapai sukses yang luar biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan beri Komentar sehat dan membangun