Jumat, 31 Juli 2009

INDONESIA doesn't need the world, but the world needs INDONESIA

INDONESIA doesn't need the world, but the world needs INDONESIA

mau bukti?!!

Suatu pagi di bandar lampung, menjemput seseorang di bandara. Orang itu sudah tua, kisaran 60 tahun. Sebut saja si bapak.

Si bapak adalah pengusaha asal singapura, dengan logat bicara gaya melayu, english, (atau singlish?) beliau menceritakan pengalaman2 hidupnya kepada kami yang masih muda. Mulai dari pengalaman bisnis, spiritual, keluarga, bahkan percintaan hehehe . . .

"Your country is so rich!"

Ah biasa banget kan denger kata2 begitu. Tapi tunggu dulu . .

"Indonesia doesnt need d world, but d world need Indonesia. Everything can be found here in Indonesia, u dont need d world. Mudah saja, Indonesia paru2 dunia. Tebang saja hutan di Kalimantan, dunia pasti kiamat. Dunia yang butuh Indonesia!"

"Singapore is nothing, we cant be rich without indonesia. 500.000 orang indonesia berlibur ke singapura setiap bulan. bisa terbayang uang yang masuk ke kami? apartemen2 dan condo terbaru kami yang membeli pun orang2
indonesia ga peduli harga yang selangit, laku keras. Lihatlah rumah sakit kami, orang indonesia semua yang berobat."

"Kalian tahu bagaimana kalapnya pemerintah kami ketika asap hutan indonesia masuk? ya benar2 panik. sangat berasa, we are nothing."

"Kalian ga tau kan klo agustus kemarin dunia krisis beras. termasuk di singapura dan malaysia? kalian di indonesia dengan mudah dapat beras"

"Lihatlah negara kalian, air bersih dimana2.. lihatlah negara kami, air bersih pun kami beli dari malaysia. Saya pernah ke kalimantan, bahkan pasir pun mengandung permata. Terlihat glitter kalo ada matahari bersinar. Petani disana menjual Rp3000/kg ke sebuah pabrik China. Dan si pabrik menjualnya kembali seharga Rp 30.000/kg. Saya melihatnya sendiri"

"Kalian sadar tidak klo negara2 lain selalu takut meng-embargo Indonesia? Ya karena negara kalian memiliki segalanya. Mereka takut klo kalian menjadi mandiri, makanya tidak di embargo. harusnya KALIANLAH YANG MENG-EMBARGO DIRI KALIAN SENDIRI. Beli lah dari petani2 kita sendiri, beli lah tekstil garmen dari pabrik2 sendiri. Tak perlu kalian impor klo bisa produksi sendiri."

"Jika kalian bisa mandiri, bisa MENG-EMBARGO DIRI SENDIRI, Indonesia will rules the world.."

SO KEEP OUR COUNTRY GUYS . .(unknow)

Petai…Bau si…Tapi Khasiatnya…Wow!

Pete tu mengandung 3 macam gula alami yaitu sukrosa, fruktosa dan glukosa yang dikombinasikan dengan serat. Nah..kombinasi ini, ternyata bikin kita jadi sangat bertenaga! *wah buat maniak pete, bakal makin semangat ni ngeborong pete, ki’5, tapi tunggu..sabar. .sabar…baca dulu artikelnya mpe abis yak☺*
Riset membuktikan dua porsi pete aja..mampu memberikan tenaga yang cukup untuk melakukan aktivitas berat selama 90 menit.
Makanya, tau ga sih kalo makanan ini tu kesukaannya para atlet top!
Selain itu, pete juga banyak gunanya. Bisa juga ngebantu ngobatin beberapa penyakit. Check this out! (dari berbagai sumber).
-
Depresi-
Menurut survei yang dilakukan oleh MIND diantara pasien penderita depresi, banyak orang merasa lebih baik setelah makan pete. Hal ini terjadi karena pete mengandung tryptophan, sejenis protein yang diubah tubuh menjadi serotonin. Inilah yang akan membuat relax, memperbaiki mood dan secara umum membuat seseorang lebih bahagia.

-PMS (premenstrual syndrome)-
Jika mengalami PMS saat 'tamu' datang, kamu ga perlu minum pil ini ataupun itu, cukup atasi dengan makan pete. Vitamin B6 yang dikandung pete mengatur kadar gula darah, yang dapat membantu mood.

-Anemia-
Dengan kandungan zat besi yang tinggi, pete dapat menstimulasi produksi sel darah merah dan membantu apabila terjadi anemia.

-Tekanan darah tinggi-
Buah tropis unik ini sangat tinggi kalium, tetapi rendah garam, sehingga sangat sempurna untuk memerangi tekanan darah. Begitu tingginya, sehingga FDA Amerika mengizinkan perkebunan pete untuk melakukan klaim resmi mengenai kemampuan buah ini untuk menurunkan resiko tekanan darah dan stroke.

-Kemampuan otak-
200 siswa di Twickenham (Middlesex) tertolong dengan mudah melalui ujian pada tahun ini karena memakan pete pada saat sarapan, X-AntiVirus: checked by AntiVir MailGuard (Version: 8.0.0.18; AVE: 8.2.0.31; VDF: 7.1.0.70) istirahat, dan makan siang. Riset telah membuktikan bahwa buah dengan kandungan kalium tinggi dapat membantu belajar dengan membantu siswa semakin waspada.

-Sembelit-
Karena kandungan serat yang tinggi, maka pete akan mempermudah menormalkan kembali aksi pencernaan, membantu mengatasi permasalahan ini tanpa harus kembali ke laksativ.

-Obat mabuk-
Salah satu cara paling cepat untuk menyembuhkan "penyakit" mabuk adalah milkshake pete, yang
dimaniskan dengan madu. Pete akan membantu menenangkan perut dan dengan bantuan madu akan meningkatkan kadar gula darah yang jatuh, sedangkan susu akan menenangkan dan kembali memperbaiki kadar cairan dalam tubuh.

-Kekenyangan-
Pete memiliki efek antasid pada tubuh, sehingga bila dada anda terasa panas akibat kebanyakan makan,
cobalah makan pete untuk mengurangi sakitnya.

-Mual di pagi hari-
Makan pete diantara jam makan akan menolong mempertahankan kadar gula dan menghindari muntah.

-Gigitan nyamuk-
Sebelum anda meraih krim gigitan nyamuk, coba untuk menggosok daerah yang terkena gigitan dengan bagian dalam kulit pete. Banyak orang berhasil mengatasi rasa gatal dan bengkak dengan cara ini.

-Untuk saraf-
Pete mengandung vitamin V dalam jumlah besar, sehingga akan membantu menenangkan sistem saraf.

-Kegemukan-
Penelitian di Institute of Psychology Austria menemukan bahwa tekanan pada saat kerja menyebabkan
orang sering meraih makanan yang menenangkan seperti coklat dan keripik. Dengan melihat kepada 5.000 pasien di rumah sakit, peneliti menemukan bahwa kebanyakan orang mejadi gemuk karena tekanan kerja yang tinggi.

Laporan menyimpulkan bahwa, untuk menghindari nafsu memakan makanan karena panik, kita butuh mengendalikan kadar gula dalam darah dengan ngemil makanan tinggi karbohidrat setiap dua jam untuk mempertahankan kadarnya tetap.

-Luka lambung-
Pete digunakan sebagai makanan untuk merawat pencernaan karena texturnya yang lembut dan halus.
Buah ini adalah satu-satunya buah mentah yang dapat dimakan tanpa menyebabkan stress dalam beberapa kasus yang parah. Buah ini juga mampu menetralkan asam lambung dan mengurangi iritasi dengan melapisi permukaan dalam lambung.

-Mengatur suhu tubuh-
Banyak budaya lain yang melihat pete sebagai buah 'dingin' yang mampu menurunkan suhu tubuh dan emosi ibu yang menanti kelahiran anaknya. Di Belanda misalnya, ibu hamil akan makan pete untuk meyakinkan agar si bayi lahir dengan suhu tidak tinggi.

Seasonal Affective Disorder (SAD) (penyakit emosional yang kacau) Pete dapat membantu penderitas SAD kerena mengandung pendorong mood alami, tryptophan.

-Merokok-
Pete dapat menolong orang yang ingin berhenti merokok.
Vitamin B6 dan B12 yang dikandungnya, bersama dengan kalium dan magnesium, membantu tubuh cepat sembuh dari efek penghentian nikotin

-Stress-
Kalium adalah mineral penting, yang membantu untuk menormalkan detak jantung, mengirim oksigen ke otak dan mengatur keseimbangan cairan tubuh. Ketika kita stress, kecepatan metabolisme kita akan meningkat, sehingga akan mengurangi kadar kalium dalam tubuh. Hal ini dapat diseimbangkan lagi dengan bantuan makan petai yang tinggi kalium.

-Stroke-
Menurut riset dalam "The New England Journal of Medicine," makan pete sebagai bagian dari makanan
sehari-hari akan menurunkan resiko kematian karena stroke sampai 40%.

-Caplak-
Mereka yang suka berpaling pada pengobatan alami akan berani bersumpah, jika kamu ingin mematikan caplak, maka ambil sepotong pete, dan letakkan di caplak itu.
Tetap pertahankan pete itu dengan menggunakan plester!

Lalu…setelah membaca semuanya, kamu pasti jadi percaya bahwa pete adalah obat alami untuk berbagai macam penyakit. Jika dibandingin ma apel, pete memiliki protein 4 kali lebih banyak, karbohidrat dua kali
lebih banyak, tiga kali lipat fosfor, lima kali lipat Vitamin A dan zat besi, dan dua kali lipat jumlah vitamin dan mineral lainnya.

Jadi…mulai sekarang, jangan memandang sebelah mata ma
buah satu ini…
Ternyata kaya nutrisi kan ?
Selamat mencoba…

"Ibu, I Miss You So Much"

"Ibu, I Miss You So Much"

Jamil Azzaini - Kubik
Leadership

Jakarta,
Hukum kekekalan energi dan semua agama menjelaskan bahwa apapun yang kita
lakukan pasti akan dibalas sempurna kepada kita. Apabila kita melakukan energi
positif atau kebaikan maka kita akan mendapat balasan berupa kebaikan pula.
Begitu pula bila kita melakukan energi negatif atau keburukan maka kitapun akan
mendapat balasan berupa keburukan pula. Kali ini izinkan saya menceritakan
sebuah pengalaman pribadi yang terjadi pada 2003.

Pada September-Oktober 2003 isteri saya terbaring di salah satu rumah sakit di
Jakarta. Sudah tiga pekan para dokter belum mampu mendeteksi penyakit yang
diidapnya. Dia sedang hamil 8 bulan. Panasnya sangat tinggi. Bahkan sudah satu
pekan isteri saya telah terbujur di ruang ICU. Sekujur tubuhnya ditempeli
kabel-kabel yang tersambung ke sebuah layar monitor.

Suatu pagi saya dipanggil oleh dokter yang merawat isteri saya. Dokter berkata,
"Pak Jamil, kami mohon izin untuk mengganti obat ibu". Sayapun
menjawab "Mengapa dokter meminta izin saya? Bukankan setiap pagi saya
membeli berbagai macam obat di apotek dokter tidak meminta izin saya"
Dokter itu menjawab "Karena obat yang ini mahal Pak Jamil."
"Memang harganya berapa dok?" Tanya saya. Dokter itu dengan mantap
menjawab "Dua belas juta rupiah sekali suntik." "Haahh 12 juta
rupiah dok, lantas sehari berapa kali suntik, dok? Dokter itu menjawab,
"Sehari tiga kali suntik pak Jamil".

Setelah menarik napas panjang saya berkata, "Berarti satu hari tiga puluh
enam juta, dok?" Saat itu butiran air bening mengalir di pipi. Dengan
suara bergetar saya berkata, "Dokter tolong usahakan sekali lagi mencari
penyakit isteriku, sementara saya akan berdoa kepada Yang Maha Kuasa agar
penyakit istri saya segera ditemukan." "Pak Jamil kami sudah berusaha
semampu kami bahkan kami telah meminta bantuan berbagai laboratorium dan
penyakit istri Bapak tidak bisa kami deteksi secara tepat, kami harus sangat
hati-hati memberi obat karena istri Bapak juga sedang hamil 8 bulan, baiklah
kami akan coba satu kali lagi tapi kalau tidak ditemukan kami harus mengganti obatnya,
pak." jawab dokter.

Setelah percakapan itu usai, saya pergi menuju mushola kecil dekat ruang ICU.
Saya melakukan sembahyang dan saya berdoa, "Ya Allah Ya Tuhanku... aku
mengerti bahwa Engkau pasti akan menguji semua hamba-Mu, akupun mengerti bahwa
setiap kebaikan yang aku lakukan pasti akan Engkau balas dan akupun mengerti
bahwa setiap keburukan yang pernah aku lakukan juga akan Engkau balas. Ya
Tuhanku... gerangan keburukan apa yang pernah aku lakukan sehingga Engkau uji
aku dengan sakit isteriku yang berkepanjangan, tabunganku telah terkuras,
tenaga dan pikiranku begitu lelah. Berikan aku petunjuk Ya Tuhanku. Engkau Maha
Tahu bahkan Engkau mengetahui setiap guratan urat di leher nyamuk. Dan
Engkaupun mengetahui hal yang kecil dari itu. Aku pasrah kepada Mu Ya Tuhanku.
Sembuhkanlah istriku. Bagimu amat mudah menyembuhkan istriku, semudah Engkau
mengatur milyaran planet di jagat raya ini."

Ketika saya sedang berdoa itu tiba-tiba terbersit dalam ingatan akan kejadian
puluhan tahun yang lalu. Ketika itu, saya hidup dalam keluarga yang miskin
papa. Sudah tiga bulan saya belum membayar biaya sekolah yang hanya Rp. 25 per
bulan. Akhirnya saya memberanikan diri mencuri uang ibu saya yang hanya Rp.
125. Saya ambil uang itu, Rp 75 saya gunakan untuk mebayar SPP, sisanya saya
gunakan untuk jajan.

Ketika ibu saya tahu bahwa uangnya hilang ia menangis sambil terbata berkata,
"Pokoknya yang ngambil uangku kualat... yang ngambil uangku
kualat..." Uang itu sebenarnya akan digunakan membayar hutang oleh ibuku.
Melihat hal itu saya hanya terdiam dan tak berani mengaku bahwa sayalah yang
mengambil uang itu.

Usai berdoa saya merenung, "Jangan-jangan inilah hukum alam dan ketentuan
Yang Maha Kuasa bahwa bila saya berbuat keburukan maka saya akan memperoleh
keburukan. Dan keburukan yang saya terima adalah penyakit isteri saya ini
karena saya pernah menyakiti ibu saya dengan mengambil uang yang ia miliki
itu." Setelah menarik nafas panjang saya tekan nomor telepon rumah dimana
ibu saya ada di rumah menemani tiga buah hati saya. Setelah salam dan
menanyakan kondisi anak-anak di rumah, maka saya bertanya kepada ibu saya
"Bu, apakah ibu ingat ketika ibu kehilangan uang sebayak seratus dua puluh
lima rupiah beberapa puluh tahun yang lalu?"

"Sampai kapanpun ibu ingat Mil. Kualat yang ngambil duit itu Mil, duit itu
sangat ibu perlukan untuk membayar hutang, kok ya tega-teganya ada yang
ngambil," jawab ibu saya dari balik telepon. Mendengar jawaban itu saya
menutup mata perlahan, butiran air mata mengalir di pipi.

Sambil terbata saya berkata, "Ibu, maafkan saya... yang ngambil uang itu
saya, bu... saya minta maaf sama ibu.. Saya minta maaaaf... saat nanti ketemu
saya akan sungkem sama ibu, saya jahat telah tega sama ibu." Suasana
hening sejenak. Tidak berapa lama kemudian dari balik telepon saya dengar ibu
saya berkata: "Ya Tuhan pernyataanku aku cabut, yang ngambil uangku tidak
kualat, aku maafkan dia. Ternyata yang ngambil adalah anak laki-lakiku. Jamil
kamu nggak usah pikirin dan doakan saja isterimu agar cepat sembuh." Setelah
memastikan bahwa ibu saya telah memaafkan saya, maka saya akhiri percakapan
dengan memohon doa darinya.

Kurang lebih pukul 12.45 saya dipanggil dokter, setibanya di ruangan sambil
mengulurkan tangan kepada saya sang dokter berkata "Selamat pak, penyakit
isteri bapak sudah ditemukan, infeksi pankreas. Ibu telah kami obati dan
panasnya telah turun, setelah ini kami akan operasi untuk mengeluarkan bayi
dari perut ibu." Bulu kuduk saya merinding mendengarnya, sambil menjabat
erat tangan sang dokter saya berkata. "Terima kasih dokter, semoga Tuhan
membalas semua kebaikan dokter."

Saya meninggalkan ruangan dokter itu.... dengan
berbisik pada diri sendiri "Ibu, I miss
you so much."

Keterangan Penulis:

Jamil Azzaini adalah Senior Trainer dan penulis buku Best Seller
KUBIK LEADERSHIP; Solusi Esensial Meraih Sukses dan Kemuliaan Hidup.

DARAH MENGENTAL DALAM TUBUH, MENGAPA TERJADI???

Ada satu pertanyaan yang masuk ke mailbox saya, yaitu "Mengapa harus minum air putih banyak-banyak. .?"

Well, sebenarnya jawabannya cukup "mengerikan" tetapi karena sebuah pertanyaan jujur harus dijawab dengan jujur, maka topik tersebut bisa dijelaskan sbb:

Kira-kira 80% tubuh manusia terdiri dari air.

Malah ada beberapa bagian tubuh kita yang memiliki kadar air di atas 80%. Dua organ paling penting dengan kadar air di atas 80% adalah :

Otak dan Darah. !!

Otak memiliki komponen air sebanyak 90%, sementara darah memiliki Komponen air 95%.

Jatah minum manusia normal sedikitnya adalah 2 liter sehari atau 8 gelas sehari.

Jumlah di atas harus ditambah bila anda seorang perokok.

Air sebanyak itu diperlukan untuk mengganti cairan yang keluar dari tubuh kita lewat air seni, keringat, pernapasan, dan sekresi.

Apa yang terjadi bila kita mengkonsumsi kurang dari 2 liter sehari...?

Tentu tubuh akan menyeimbangkan diri. Caranya...? Dengan jalan "menyedot" air dari komponen tubuh sendiri. Dari otak...? Belum sampai segitunya (wihh...bayangkan otak kering gimana jadinya...), melainkan dari sumber terdekat: Darah. !!

Darah yang disedot airnya akan menjadi kental. Akibat pengentalan darah ini, maka perjalanannya akan kurang lancar ketimbang yang encer.

Saat melewati ginjal (tempat menyaring racun dari darah) ginjal akan bekerja extra keras menyaring darah. Dan karena saringan dalam ginjal halus, tidak jarang darah yang kental bisa menyebabkan perobekan pada glomerulus ginjal.

Akibatnya, air seni anda berwarna kemerahan, tanda mulai bocornya saringan ginjal. Bila dibiarkan terus menerus, anda mungkin suatu saat harus menghabiskan 400.000 rupiah seminggu untuk cuci darah.

Eh, tadi saya sudah bicara tentang otak ' kan...?

Nah saat darah kental mengalir lewat otak, perjalanannya agak terhambat. Otak tidak lagi "encer", dan karena sel-sel otak adalah yang paling boros mengkonsumsi makanan dan oksigen, lambatnya aliran darah ini bisa menyebabkan sel-sel otak cepat mati atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya.. (ya wajarlah namanya juga kurang makan...)

Bila ini ditambah dengan penyakit jantung (yang juga kerjanya tambah berat bila darah mengental... ), maka serangan stroke bisa lebih lekas datang.

Sekarang tinggal anda pilih: melakukan "investasi" dengan minum sedikitnya 8 gelas sehari- atau- "membayar bunga" lewat sakit ginjal atau stroke.

Pilihan ada pada Anda!

Menjadi Manusia Beneran Yuk!

“Kehidupan sehari-hari kita adalah tempat ibadah kita yang sebenarnya.”

-- Khalil Gibran, penyair, 1883-1931



SIAPA bilang menjadi orang terkenal itu enak dan nyaman? Lihatlah apa yang ada di layar kaca, di acara infotainment adegan seperti ini bejibun. Seorang wanita cantik dikelilingi enam orang yang wajahnya berbeda seratus delapan puluh derajat. Mukanya terlihat garang, bodynya kekar, tangannya kadang terkepal. Mereka itulah para bodyguard. Dua di kanan, dua di kiri, satu di depan dan satu di belakang. Wajah para bodyguard jauh dari senyum, terlihat tidak ramah. Seakan-akan siap hendak menyergap siapapun yang berani mendekat ke artis tersebut.



Wanita cantik tersebut akhir-akhir ini memang menjadi pusat pemberitaan mass media. Gerak langkahnya selalu menjadi incaran nyamuk pers. Ke mana pun ia melangkah, ke salon, ke pusat perbelanjaan, atau sekadar makan, kecuali ke rest room tentunya, selalu saja diikuti. Nah, satu bukti menjadi orang terkenal tidak selamanya membuat nyaman.



Coba kita lihat Mang Iyus. Lelaki biasa saja yang tinggal di Jakarta Timur. Hampir tiap hari dia bepergian ke luar rumah dengan santai, rileks, tanpa perlu pengawalan. Hidupnya benar-benar menyenangkan. Dia bisa pergi ke mal, pasar, atau ke kantornya dengan berjalan lenggang kangkung.



Dua dunia yang berbeda tentu saja. Satu manusia biasa saja, satu lagi mungkin manusia luar biasa. Biaya yang dikeluarkan dua jenis yang berbeda ini, tentu saja berbeda. Nah, semua itu merupakan pilihan.



Menjadi orang terkenal pun sebenarnya bisa tampil biasa-biasa saja. B’ aja tak perlu nyeleb. Begitu istilah anak muda sekarang. Kalau si wanita cantik itu merasa harus tampil dengan cantik, menor, atau dikawal dengan bodyguard, ya silakan saja, toh itu adalah pilihan yang dia ambil. Begitu pula dengan Mang Iyus, yang memilih tampil apa adanya.



Bagaimana sebenarnya kita harus berlaku dalam keseharian? Mari kita simak pengalaman Gede Prama. Motivator kondang asal Bali menuturkan kisahnya ketika bersua dengan Mar’ie Muhammad, mantan Menteri Keuangan, di dalam pesawat dan kebetulan duduk secara bersebelahan.



Gede Prama berkisah: ‘Ketika pertanyaan bagaimana Pak Mar’ie bisa bertahan lama dalam lingkungan Orba dilontarkan, tokoh yang senantiasa bersemangat inipun menjawab sederhana, “Lingkungan memang menentukan, tetapi kitalah yang paling menentukan dalam hidup kita sendiri!” Ada angin kekaguman yang berdesir di dalam sini ketika mendengar jawaban seperti itu. Lebih-lebih ketika berjalan meninggalkan pesawat, Pak Mar’ie menentengkan tas seorang Ibu yang menggendong dua tas dan membawa seorang anak.’ Demikian seperti yang dituturkan oleh Gede Prama.



Apa yang dilakukan seorang Mar’ie Muhammad menunjukkan bahwa, walau ia seorang tokoh pun, ia juga seorang manusia biasa yang senantiasa dapat memberikan pertolongan kepada sesamanya, baik ketika dibutuhkan atau tidak. Ada sisi kemanusiaan yang hadir di sana. Hal ini menunjukkan bahwa manusia mempunyai hubungan secara horizontal terhadap sesamanya yang tak bisa hilang sama sekali. Bahwa sejatinya seorang manusia akan selalu berinteraksi dengan lingkungan sekitar.



Penerimaan seorang manusia adalah ketika ia mampu menempatkan dirinya dimana ia berada. Ketika ia meninggalkan segala atribut yang disandangnya. Jika manusia dibawa ke sifat dasarnya, sejatinya ia akan selalu berusaha untuk berbuat baik, menolong sesama, berinteraksi dengan lingkungan sekitar, berkomunikasi dengan keluarga, teman dan handai taulannya tanpa batas. Karena pada dasarnya orang ingin menjadi dirinya sendiri.



Setiap manusia, baru dapat dikatakan memanusiakan dirinya sendiri bila ia dapat tampil pada saat dan waktu yang tepat. Dengan tampil pas, hal itu akan menempatkannya pada situasi yang lebih menguntungkan bagi dirinya. Semua orang pun tahu, kalau ia seorang pejabat, artis, tokoh, atau bahkan orang ngetop sekalipun. Bahkan seandainyapun orang lain tak mengenalinya ketika ia berjalan-jalan di pasar misalnya, mestinya ia malah bersyukur karena ia dapat melakukan aktivitasnya dengan bebas.



Setiap manusia, baru dapat dikatakan memanusiakan dirinya bila ia memberi dan menerima apa adanya. Seorang manusia hanyalah menjalankan satu peran sosial saja ketika ia berada dalam satu komunitas tertentu. Ketika seorang artis beraksi di panggung, ia hanya memainkan satu peran sosial sebagai artis. Seorang atasan, tetap menjadi atasan ketika ia berada di kantor. Tetapi ketika berada di luar, siapapun juga, tetap akan menjadi seorang ayah atau ibu dari anak-anaknya, menjadi sahabat dari teman-teman lainnya, menjadi tetangga bagi lingkungan sekitarnya, atau menjadi warga masyarakat di daerahnya.



Satu profesi tertentu merupakan bagian dari peran-peran sosial yang ada. Dan hal itu hanyalah satu capaian dari sekian banyak peran sosial yang ada. Ia merupakan satu dimensi sisi kemanusiaan dari dimensi manusia lainnya yang lebih luas. Bahwa mencapai suatu profesi tertentu merupakan suatu capaian, hal tersebut tetap harus diimpresi. Harus dihargai, bahwa untuk mencapainya kadang tidak mudah, dan butuh pengorbanan. Tetapi yang harus segera dipahami ialah dimensi manusia lebih luas dari sekedar peran-peran tersebut. Dan jangan hanya berhenti pada satu peran tersebut saja.



Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sesungguhnya mempunyai dan memainkan multi peran. Dimana peran-peran tersebut tak hanya dapat dibingkai pada satu peran saja. Bila berpuas diri hanya pada satu peran saja, yang ada hanyalah stempel sesaat. Kadang manusia lupa bahwa stempel tersebut hanya berlaku pada situasi kondisi tertentu. Tak berlaku selamanya. Bila ia hanya berpuas pada satu peran tersebut, yang terjadi pada akhirnya ia akan merasa teralienasi. Merasa terasing terhadap dirinya sendiri. Sayang sekali jika itu terjadi. Padahal seperti kata sang penyair, Khalil Gibran, “Kehidupan sehari-hari kita adalah tempat ibadah kita yang sebenarnya.” (171108)



Sumber: Menjadi Manusia Beneran Yuk! oleh Sonny Wibisono, penulis, tinggal di Jakarta

Bagian Terpenting Dari Tubuhmu

Ibuku selalu bertanya padaku, apa bagian tubuh yang paling penting.



Bertahun-tahun, aku selalu menebak dengan jawaban yang aku anggap benar. Ketika aku muda, aku pikir suara adalah yang paling penting bagi kita sebagai manusia, jadi aku jawab, "Telinga, Bu." Tapi, ternyata itu bukan jawabannya.



"Bukan itu, Nak. Banyak orang yang tuli. Tapi, teruslah memikirkannya dan aku menanyakan lagi nanti."



Beberapa tahun kemudian, aku mencoba menjawab, sebelum dia bertanya padaku lagi. Sejak jawaban pertama, kini aku yakin jawaban kali ini pasti benar. Jadi, kali ini aku memberitahukannya. "Bu, penglihatan sangat penting bagi semua orang, jadi pastilah mata kita."



Dia memandangku dan berkata, "Kamu belajar dengan cepat, tapi jawabanmu masih salah karena banyak orang yang buta."



Gagal lagi, aku meneruskan usahaku mencari jawaban baru dan dari tahun ke tahun Ibu terus bertanya padaku beberapa kali dan jawaban dia selalu, "Bukan. Tapi, kamu makin pandai dari tahun ke tahun, Anakku."



Akhirnya tahun lalu, kakekku meninggal. Semua keluarga sedih. Semua menangis. Bahkan, ayahku menangis. Aku sangat ingat itu karena itulah saat kedua kalinya aku melihatnya menangis. Ibuku memandangku ketika tiba giliranku untuk mengucapkan selamat tinggal pada kakek.



Dia bertanya padaku, "Apakah kamu sudah tahu apa bagian tubuh yang paling penting, sayang?"



Aku terkejut ketika Ibu bertanya pada saat seperti ini. Aku sering berpikir, ini hanyalah permainan antara Ibu dan aku. Ibu melihat kebingungan di wajahku dan memberitahuku, "Pertanyaan ini penting. Ini akan menunjukkan padamu apakah kamu sudah benar-benar "hidup".



Untuk semua bagian tubuh yang kamu beritahu padaku dulu, aku selalu berkata kamu salah dan aku telah memberitahukan kamu kenapa. Tapi, hari ini adalah hari di mana kamu harus mendapat pelajaran yang sangat penting." Dia memandangku dengan wajah keibuan. Aku melihat matanya penuh dengan air.

Dia berkata, "Sayangku, bagian tubuh yang paling penting adalah bahumu."



Aku bertanya, "Apakah karena fungsinya untuk menahan kepala?"



Ibu membalas, "Bukan, tapi karena bahu dapat menahan kepala seorang teman atau orang yang kamu sayangi ketika mereka menangis. Kadang-kadang dalam hidup ini, semua orang perlu bahu untuk menangis. Aku cuma berharap, kamu punya cukup kasih sayang dan teman-teman agar kamu selalu punya bahu untuk menangis kapan pun kamu membutuhkannya."



Akhirnya, aku tahu.

Bagian tubuh yang paling penting adalah tidak menjadi orang yang mementingkan diri sendiri.

Tapi, simpati terhadap penderitaan yang dialami oleh orang lain.



Orang akan melupakan apa yang kamu katakan.

Orang akan melupakan apa yang kamu lakukan.

Tapi, orang TIDAK akan pernah lupa bagaimana kamu membuat mereka berarti.



Semoga bermanfaat …..

Menuai Kritik, Menjawab Kritik

”Anda dapat menuliskan apa saja, tapi hanya dengan menerima kritik, maka dunia akan tahu bahwa Anda dapat menulis lebih baik lagi.”
-- Oliver Goldsmith, penulis dan penyair, 1730-1774

KUPING jadi merah. Mata terasa panas. Hati pun mendidih. Itulah gejala saat kritik mengena. Seperti pukulan uppercut mengenai ulu hati. Tak enak rasanya. Hasilnya ada dua: kembali bangkit dan membenahi semua kekurangan seperti yang dilontarkan dalam kritik. Atau sebaliknya, ada yang langsung lunglai, lemas bagaikan tak bersendi. Ya, suatu kritik, pedas atau tidak, ternyata tak semua orang dapat mengelolanya dengan baik.

Itulah efek dari kritik. Semua tergantung pada orang yang menerima kritik itu. Telinga yang tidak sensitif bisa membuat segalanya berantakan. Sekadar menyebut contoh, mengenai apa yang dilakukan pelatih sepak bola Steve McClaren. Pelatih Tim Inggris tersebut berkali-kali diberi masukan, saran, dan pendapat, namun toh dia tetap dablek. Hasilnya, Inggris knock out. Tersisih dari ajang Piala Eropa tahun 2008. Akibatnya? Seluruh rakyat Inggris menangis.

Sebaliknya, Raymond Domenech, pelatih sepak bola Prancis begitu meresapi kritik yang berhamburan ke arahnya. Tim Ayam Jantan asuhannya dikritik tak memiliki kepemimpinan di lapangan hijau. Kritik itu ditindaklanjutinya. Dia pun memanggil kembali Zinedine Zidane, pemain gaek. Hasilnya sungguh memukau, Tim Perancis melaju hingga final Piala Dunia 2006 di Jerman.

Mari kita kembali ke dunia nyata. Kritik bukanlah hal yang asing dalam kehidupan sehari-hari. Bos yang selalu memaksakan kehendak tanpa mau menerima masukan dari karyawan, Pemda yang tak mampu mengatasi banjir yang terjadi dari tahun ke tahun, atau Walikota yang tak juga mampu membenahi jalan yang bopeng, patutlah disembur kritik. Tujuannya tentulah mulia, untuk mengubah keadaaan menjadi lebih baik. Itulah maksud dan tujuan sesungguhnya dari sebuah kritik.

Apa saja yang di depan mata bisa menjadi bahan kritik. Sampah yang menumpuk, kemacetan di jalan, dan semua hal yang terlihat atau terdengar. Kritik seperti kripik, renyah dan enak dikunyah, meski belum tentu orang lain bisa menerimanya. Apapun kritik dan entah dengan cara bagaimanapun kritik itu sampai hingga ke telinga, haruslah disikapi dengan bijak.

Bagaimana kalau kita sendiri yang mendapat kritik? Belum tentu kita menerima dengan lapang dada. Seorang pembuat film di negeri ini shock ketika karyanya dibantai habis oleh seorang wartawan di media massa. Upaya yang dibuat berhari-hari, bahkan berminggu-minggu akhirnya kandas di tangan seorang kritikus. Salahkah dia kalau kemudian mutung? Wajar saja. Namun, seperti mendapatkan pujian, menerima kritik merupakan bagian lain dari suatu hasil karya. Seperti setelah membuat kue, kita tinggal menunggu ocehan orang: enak atau bikin muntah.

Jadi, apa pun tindakan dan perbuatan yang kita lakukan, sudah semestinya akan disertai dengan pendapat pro atau kontra. Masalahnya, bagaimana kita bisa mengelola kritik itu menjadi suatu penuntun untuk mencapai hasil yang lebih baik atau malah sebaliknya bikin kita tengkurap dan ogah bangun lagi.

Seburuk apa pun kritik yang sampai ke telinga kita, semestinya disikapi dengan dua hal. Kritik merupakan bagian dari satu upaya penyempurnaan. Dan, ini yang juga penting, rasa sayang dari orang-orang sekitar kita. Mereka atau entah siapapun itu orangnya, ingin kita bisa bertindak lebih baik, lebih baik, dan lebih baik lagi. Tak usah sempurna: tapi paling tidak bisa mendekati sesuai dengan kritik yang mereka sampaikan.

Kritik merupakan bagian dari proses belajar agar seseorang menjadi bertanggung jawab atas tindakan dan ucapannya. Kualitas hidup seseorang pada akhirnya juga ditentukan bagaimana ia menanggapi kritik tersebut. Karena ia menyadari, bahwa dengan kritik itulah, ia dapat memperbaiki kualitas hidupnya menjadi lebih baik. Menyerap kritik yang disampaikan pihak lain, membuat kita juga bisa memberikan kritik di lain hari pada orang lain dengan jalan yang lebih elegan, dan tentunya, membawa kebaikan untuk semua. Semoga. (241108)

Sumber: Menuai Kritik, Menjawab Kritik oleh Sonny Wibisono, penulis, tinggal di Jakarta

Berteman dengan Kekurangan, Membangun Kepercayaan Diri

Setiap manusia mempunyai kekurangan sekaligus bakat, kemampuan dan
keunikan tersendiri. Sayangnya, tak cukup banyak orang mempunyai
kepercayaan diri dan hidup bahagia. Bagi saya, liputan seputar pesta
pembukaan Paralympic ke 13 di Beijing-Cina bulan Agustus 2008 lalu
memberi pelajaran berharga tentang bagaimana berteman dengan
kekurangan dan pentingnya kepercayaan diri untuk meraih kebahagiaan.

Pembukaan acara tersebut diawali oleh aksi Hou Bin, yaitu seorang
pemegang 3 medali emas lompat tinggi paralympic. Semula ia duduk di
kursi rodanya. Dengan penuh percaya diri ia menarik tambang hingga
posisi tubuhnya sedikit demi sedikit terangkat.

Sekali waktu ia mencoba istirahat. Sementara itu tepukan dan teriakan
penonton semakin membahana untuk memberinya semangat. Perjuangan yang
tak kenal lelah membuatnya sampai di ketinggian 40 meter dan berhasil
menjalankan misinya menyalakan obor pembukaan Paralympic ke 13
Beijing 2008.

Sesudahnya acara diisi dengan tarian para penari tuna runggu.
Diantara mereka ada seorang gadis kecil berusia 11 tahun. Li Yue,
kakinya cacat tertimpa reruntuhan bangunan akibat gempa bumi di
propinsi Sichuan 12 Mei 2008, menari dengan penuh semangat dan senyum
yang terkembang indah.

Sekalipun hanya duduk di kursi roda, ia mencoba mengikuti alunan
musik dengan tariannya. Li Yue kemudian berkata, "Gempa bumi bisa
menghancurkan tubuh badan saya, tapi ia tidak bisa membinasakan
impianku. Saya akan terus menjadi seorang manusia yang penuh semangat
juang!" Ucapan gadis kecil itu secara eksplisit menggambarkan rasa
percaya diri yang luar biasa.

Ade Adepitan, seorang atlit paralympic asal Inggris, mengakui dirinya
tak mudah mengagumi prestasi orang lain. Tetapi pada kesempatan
tersebut dengan terbuka ia menyatakan bahwa hatinya begitu tersentuh
oleh semangat Li Yue. "This is more than just sports. It's about
life, hope and not giving up. – Ini bukan sekedar olah raga. Ini
tentang kehidupan, harapan dan tidak menyerah," katanya.

Semua media yang meliput acara tersebut melontarkan pujian pada
semangat kepada 4.200 atlet peserta olimpiade paralympic, karena
cacat sama sekali tidak mengurangi kepercayaan diri mereka untuk
menggali hal yang terbaik di dalam diri mereka sendiri. Mereka
menularkan semangat kepada dunia untuk bangkit, melawan keterbatasan,
dan berprestasi. Seorang pembawa acara dari sebuah stasiun televisi
Perancis berkomentar, "Inilah hadiah terindah dari China untuk
dunia."
Dari momen tersebut saya dapat merasakan bahwa penerimaan terhadap
kekurangan dan kepercayaan diri mereka sangat penting untuk mencapai
prestasi demi prestasi dan hidup lebih bahagia. Bagaimana dengan
kita? Sebenarnya kita juga mempunyai kemampuan untuk menerima
kekurangan diri kita sendiri dan memiliki kepercayaan diri. Tetapi
seiring waktu berlalu dan beberapa hal, maka penerimaan dan rasa
percaya diri itu mulai berkurang. Beberapa hal berikut ini mungkin
dapat membantu Anda untuk berteman dengan kekurangan dan membangun
kepercayaan diri.

Pertama, definisikan arti kesuksesan menurut versi Anda sendiri.
Sebab rasa percaya diri berkaitan erat dengan konsep tentang arti
kesuksesan. Konsep yang jelas tentang arti kesuksesan akan membantu
Anda menemukan gambaran tentang beberapa hal yang Anda butuhkan atau
langkah-langkah yang harus Anda lakukan.

Selanjutnya biasakan untuk selalu berpikir positif akan segala
kelebihan dan kekurangan yang Anda miliki. Semakin positif yang Anda
pikirkan, semakin positif pula hasil yang akan Anda dapatkan. Tidak
ada yang lebih kuat dan kreatif dibandingkan dengan pikiran Anda.

Kemudian, milikilah visi, karena visi dapat meningkatkan energi dan
semangat. Semakin besar energi dan semangat yang Anda miliki, semakin
mudah meningkatkan rasa percaya diri dan kecintaan terhadap diri
Anda. Umumnya orang-orang yang mencintai diri mereka selalu mempunyai
visi dan tertantang untuk meningkatkan visi mereka.

Milikilah rasa syukur kepada Tuhan YME, bahwa Tuhan YME menciptakan
segala sesuatu yang terbaik untuk setiap manusia dengan segala
kekurangan dan kelebihan yang ia miliki. Jangan mengeluh, karena
hidup adalah hadiah terindah dari Tuhan YME. Dengan demikian Anda
akan dapat menerima kekurangan, dan merasa nyaman dengan diri Anda
dengan segala keunikan yang tidak dimiliki orang lain.

Menerima kekurangan dan meningkatkan kepercayaan diri sangat
bermanfaat untuk meningkatkan 4 hal, yaitu vitalitas, semangat,
energi, dan kegigihan. Empat hal tersebut sangat kita perlukan untuk
melakukan hal-hal positif untuk diri sendiri maupun orang lain. Jadi
jangan pernah mengabaikan diri sendiri, karena bagaimanapun juga
masing-masing diantara kita berhak hidup senang dan bahagia.

Sumber: Berteman dengan Kekurangan, Membangun Kepercayaan Diri oleh
Andrew Ho, seorang pengusaha, motivator, dan penulis buku-buku best
seller.

Bagus untuk menambah wawasan.

Saya ingat waktu di SMA dulu, kami (murid) harus menjalani test IQ untuk penjurusan.
Sekolah saya menetapkan bahwa murid2 dengan IQ tinggi bisa masuk ke jurusan
IPA/Science. Murid dengan IQ sedang hanya bisa masuk jurusan Sosial dan yang
paling rendah IQnya hanya diijinkan untuk masuk ke jurusan Bahasa.

Aturan di sekolah saya ternyata berlawanan dengan aturan dari SMA swasta terkenal di
Yogyakarta yang mengarahkan anak-anak yang ber IQ paling tinggi justru ke jurusan Bahasa.

Sewaktu saya diskusi dengan Romo Mangun Wijaya (Alm) tentang kurikulum sekolah,
Beliau mengatakan bahwa pendidikan di Indonesia masih mewarisi "budaya" kolonial Belanda.

Menurut beliau, seharusnya anak-anak yang kecerdasannya tinggi seharusnya diarahkan
untuk masuk jurusan Sosial supaya di masa mendatang akan lahir ekonom, hakim, jaksa,
pengacara, polisi, diplomat, duta besar, politisi dsb yang hebat2.
Tetapi rupanya hal itu tidak dikehendaki oleh penguasa (Belanda).
Belanda menginginkan anak-anak yang cerdas tidak memikirkan masalah2 sosial politik.
Mereka cukup diarahkan untuk menjadi tenaga ahli/scientist, arsitektur, ahli computer,
ahli matematika, dokter, dsb yang asyik dengan science di laboratorium (pokoknya yang
nggak membahayakan posisi penguasa).
Saya nggak tahu persis yang benar Romo Mangun Wijaya atau pemerintah Belanda.
Hanya saja waktu itu saya yang kuliah ambil jurusan Kurikulum jadi patah semangat
karena kayaknya kurikulum di Indonesia ini hampir tidak ada hubungannya dengan
kehidupan yang akan dijalani orang setelah keluar dari sekolah.

Kita bisa lihat, Insinyur yang menjadi politisi bahkan memimpin parlemen, kemudian
dokter (umum) bisa menjadi kepala Dinas P & K atau tenaga marketing, sarjana
theologia yang jadi pengusaha, dsb. Sampai saat ini,masih banyak orang tua dan
masyarakat yang beranggapan bahwa anak yang hebat adalah anak yang nilai
matematika dan science-nya menonjol.
Paradigma berpikir orang tua/masyarakat ini sangat mempengaruhi konsep anak tentang
kesuksesan. Bulan Juni 2003 yang lalu, lembaga tempat saya bekerja mengadakan
seminar anak-anak.

Di depan 800-an anak, Kak Seto Mulyadi (Si Komo) menunjukkan 5 Rudy.
- Yang Ke-1 : Rudy Habibie (BJ Habibie) yang genius, pintar bikin pesawat
dan bisa menjadi presiden.
- Yang Ke-2 : Rudy Hartono yang pernah beberapa kali menjadi juara bulu tangkis
kelas dunia.
- Yang Ke-3 : Rudy Salam yang suka main sinetron di TV
- Yang Ke-4 : Rudy Hadisuwarno yang ahli di bid. kecantikan dan punya banyak
salon kecantikan di beberapa kota .
- Yang Ke-5 : Rudy Choirudin yang jago masak dan sering tampil memandu acara
memasak di TV.

Sewaktu Kak Seto bertanya "Rudy yang mana yang paling sukses menurut kalian?"
Hampir semua anak menjawab "Rudy Habibie" Sewaktu ditanyakan
"Mengapa, kalian bilang bahwa yang paling sukses Rudy Habibie?"

Anak-anakpun menjawab "Karena bisa membuat pesawat terbang, bisa menjadi
presiden, dsb" Sewaktu Kak Seto menanyakan "Rudy yang mana yang paling tidak
sukses?" Hampir seluruh anak menjawab "Rudy Choirudin" Ketika ditanyakan
"Mengapa kalian mengatakan bahwa Rudy Choirudin bukan orang yang sukses?"

Anak-anakpun menjawab "Karena Rudy Choirudin hanya bisa memasak"

Memang begitulah pola pikir dan pola asuh dalam keluarga dan masyarakat Indonesia
pada umumnya yang masih menilai kesuksesan orang dari karya-karya besar yang
dihasilkannya. Masyarakat kita banyak yang belum bisa melihat kesuksesan adalah
pengembangan talenta secara optimal sehingga bisa dimanfaatkan dalam kehidupan
yang dijalaninya dengan "enjoy".

Banyak masyarakat kita yang beranggapan bahwa IQ adalah segala-galanya.
Padahal kenyataannya EQ, SQ dan faktor2 lain juga sangat menentukan.
Dalam seminar tsb Kak Seto hanya ingin merubah paragidma berpikir anak-anak
(dan juga orang tua/keluarga) . Anak-anak dan orang tua harus menyadari dan
mensyukuri setiap talenta yang diberikan oleh Tuhan.

Bila talenta tersebut dikembangkan dengan baik, maka kita bisa mencapai kesuksesan
di "bidangnya". Jadi untuk anak-anak yang tidak pintar matematika, anak2 tidak perlu
minder dan orang tua tidak perlu malu atau menekan anak.
Anak-anak yang lebih menyukai pelajaran menggambar daripada pelajaran2 lain,
bukanlah anak-anak yang bodoh karena justru anak2 yang punya imajinasi tinggilah
yang pintar menggambar/ melukis. Anak-anak yang suka ngobrol, kalau kita arahkan
bisa saja kelak menjadi politisi atau negotiator yang baik.

Anak-anak yang banyak bicara, kalau diarahkan untuk menuliskan apa yang ingin
dibicarakan bisa2 menjadi penulis yang hebat.
*** Mbak Dwi Setyani juga mengingatkan kita untuk lebih memfokuskan pada
kekuatan kita dari pada "wasting time" bersungut-sungut, hanya memikirkan
kelemahan kita.

Saya pernah membaca pengalaman hidup seorang penyanyi di Amerika.
Penyanyi tsb dulunya tidak PD karena wajahnya tidak terlalu cantik dan giginya
tonggos. Saat menyanyi di pub, dia repot mengatur bibirnya supaya giginya yang
tonggos tidak dilihat orang. Hasilnya: ia hanya bisa menghasilkan suara yang
pas-pasan. Ketika temannya meyakinkan bahwa giginya yang tonggos itu bukanlah
masalah, maka iapun bisa menyanyi dengan bebas dan meng-eksplore suara emasnya.
Ternyata orang-orang mengingat penyanyi itu karena kualitas suaranya,
bukan parasnya yang jelek dengan gigi tonggosnya.

*** Kitapun meyakini bahwa Tuhan menciptakan setiap kita (manusia) dengan
maksud yang terbaik demi kemuliaan-Nya. Kalau saja kita meyakini hal tersebut,
maka semua orang akan mensyukuri keadaan dan memanfaatkan talenta yang
Tuhan berikan untuk kemuliaan-Nya.
Sumber: Unknown (Tidak Diketahui)

Terlepas siapa yang paling sukses dari mereka, mari kita arahkan putra-putri kita sendiri, agar kelak mereka bisa mandiri dan berguna untuk sekelilingnya. Karena disitulah tingkat kesuksesan kita sebagai orang tua dan kesuksesan kehidupan anak kita kelak dikemudian hari.
Sebenarnya lebih baik mengarahkan dan memfasilitasi mereka sedari kecil dari pada memotifasi saat mereka beranjak dewasa.

Pahlawan atau Idola?

"Pahlawan adalah mereka yang mengerti arti tanggung jawab di balik
kebebasan mereka untuk melakukan apa pun." (Bob Dylan)

Jika Anda mendengar kata 'pahlawan', siapakah yang akan segera
muncul dalam pikiran Anda? Apakah Anda teringat dengan foto-foto
Jenderal Sudirman, Pangeran Diponegoro, Cut Nyak Dien, atau
Pattimura yang tergantung berderet di ruang kelas kita waktu sekolah
dahulu?

Namun, kalau kita menengok ke dalam hati dan pikiran kita,
sebenarnya jika kita mengingat nama-nama para pahlawan nasional yang
kita dengar saat sekolah, kita malah menganggap kisah mereka seperti
dongeng atau hanyalah kisah sejarah yang sama sekali tidak memiliki
ikatan emosional dengan kita.

Inilah sebabnya mengapa hari-hari ini kita sulit sekali
mengidentifikasikan sosok pahlawan dalam hidup kita. Bahkan jika
kita bertanya kepada generasi muda hari ini, mungkin mereka akan
menjawab bahwa pahlawan mereka adalah para artis atau penyanyi band
yang sangat mereka puja-puji.

Sebuah survei pernah dilakukan di AS terhadap para siswa sekolah.
Mereka ditanya siapakah yang mereka anggap sebagai pahlawan.

Lima puluh tahun yang lalu pertanyaan ini pernah diajukan kepada
siswa sekolah dan jawaban mereka adalah nama-nama para presiden dan
para pejuang nasional yang banyak membawa perubahan hidup bangsa AS.

Namun, setelah 50 tahun berlalu, ketika pertanyaan yang sama
diajukan kepada kelompok masyarakat dengan usia dan profesi yang
sama, jawaban yang dihasilkan sungguh sangat mencengangkan. Mereka
menyebutkan nama-nama artis Hollywood dan para penyanyi terkenal
sebagai pahlawan mereka. Jangan-jangan fenomena yang sama akan kita
dapatkan jika kita melakukan survei ini kepada siswa-siswa di
Indonesia.

Prinsip kehidupan

Sekarang kita semakin sulit membedakan antara pahlawan dan idola.
Mungkin kita menganggap orang yang kita idolakan dan kita puja-puji
sebagai pahlawan. Padahal, antara pahlawan dan idola jelas memiliki
perbedaan yang mencolok. Bagi saya, pahlawan adalah orang-orang yang
memiliki nilai dan prinsip kehidupan yang bermakna dan layak untuk
kita adopsi.

Kepahlawanan berbeda dengan sekadar menjadi tokoh idola. Pahlawan
selalu memiliki nilai-nilai positif yang bisa kita pelajari. Bahkan
tidak jarang nilai-nilai kehidupan mereka berhasil 'mencelikkan'
mata hati kita dan 'menyelamatkan' kehidupan kita.

Jika Anda mempelajari kehidupan para pahlawan, Anda akan menemukan
banyak hal positif yang bisa Anda pelajari. Hal-hal positif itu
adalah nilai-nilai kekal yang bisa Anda pakai seumur hidup Anda.
Inilah yang membuat para pahlawan memiliki pengikut setia yang juga
mengidolakan mereka, tetapi tidak semua idola bisa menjadi pahlawan
yang dikenang sepanjang masa.

Saya sangat mengagumi sosok Muhammad Hatta yang rendah hati, cerdas,
terpelajar, tidak mengejar kekuasaan, tidak menyalahgunakan
kekuasaannya meski memiliki kesempatan, dan selalu memikirkan
kepentingan bangsa dan rakyat di atas kepentingannya sendiri.
Muhammad Hatta selalu bertindak atas dasar prinsip-prinsip
kebenaran, bukan atas dasar kepentingan pribadinya.

Dari contoh kecil ini, kita bisa simpulkan karakteristik
kepahlawanan yang bisa kita hidupi adalah keberanian mengambil
pilihan (choice) dan tindakan (action) dengan mengedepankan nilai-
nilai yang benar (correct values).

Sikap kepahlawanan yang setara dengan hal ini dalam bisnis adalah
tatkala seorang CEO memutuskan untuk memotong gajinya sendiri dan
menolak melakukan PHK terhadap karyawannya. Salah satu sikap lainnya
adalah ketika seorang auditor dengan berani memutuskan untuk
membongkar korupsi seorang direktur BUMN yang dia tahu merugikan
negara.

Namun sayang, sikap kepahlawanan menjadi karakter yang langka dewasa
ini karena risiko yang harus ditanggung. Belum lagi cibiran ataupun
cemoohan bahwa diri kita menjadi, "Sok jadi pahlawan!" dengan
mengambil langkah-langkah dan tindakan yang berdasarkan pada hal-hal
yang benar.

Nandini Cardoso, seorang penyair asal Goa India mengatakan kalimat
yang sangat bagus tatkala dia mengatakan, "Pahlawan setiap hari
adalah orang-orang yang menyentuh hati kita. Dan mereka meninggalkan
jejak kaki di hati kita yang mengubah kehidupan kita selamanya".

Kita pun sebenarnya mampu membangun mentalitas dan karakter
kepahlawanan dalam diri kita dengan tiga kunci di atas yaitu choice,
action, dan, correct values. Mari kita lihat satu demi satu.

Pertama soal pilihan. Banyak orang melarikan diri ketika
diperhadapkan dengan pilihan sulit. Bahkan demi menghindari risiko,
mereka tidak memilih sama sekali. Seorang pahlawan selalu memiliki
keberanian untuk mengambil keputusan berdasarkan pilihan yang ada.

Seorang pahlawan akan mengambil keputusan untuk dirinya sendiri dan
menentukan pilihannya sendiri. Tentu kita masih ingat film
Braveheart soal kepahlawanan William Wallace yang memutuskan memilih
untuk berteriak "Merdeka!" meski dia harus dihukum mati oleh pasukan
Inggris.

Begitu pula pilihan sulit ini dibuat oleh para pahlawan nasional
kita meski harus kehilangan kedudukan, bahkan nyawa mereka. Kita
sungguh belajar, kepahlawanan adalah soal keberanian memilih dalam
pilihan yang sulit.

Kemudian, selain memilih, seorang pahlawan juga bertindak sesuai
dengan apa yang sudah dia pilih. Banyak orang sudah menentukan
pilihannya, tetapi kemudian tidak melaksanakan pilihannya dengan
sungguh-sungguh.

Hal yang terakhir, pahlawan sejati akan memilih dan bertindak
berdasarkan nilai dan prinsip yang benar. Prinsip kebenaran selalu
bersifat umum dan tidak berkaitan dengan agama tertentu. Kejujuran,
mengutamakan kepentingan banyak orang, memberi orang lain sesuai
dengan haknya, bertanggung jawab, dan adil kepada semua orang adalah
contoh prinsip-prinsip kebenaran umum yang berlaku di setiap agama
dan setiap kehidupan di dunia ini.

Sumber: Pahlawan atau Idola? oleh Anthony Dio Martin, Managing
Director HR Excellency

Rama, Jean, dan Perjuangan Hidup

“Kecenderungan hanya menggerutu dan mengeluh bisa jadi merupakan isyarat sebenarnya dari semangat yang kerdil dan kebodohan seseorang.”

-- Lord Jeffrey, Scottish judge, 1773 - 1850



NAMANYA Eko Ramaditya Adikara. Ia seorang blogger, penulis, jurnalis, dan juga game music composer. Pekerjaan yang nampaknya biasa saja. Karena toh banyak orang yang melakukan hal yang sama. Menjadi tidak biasa, karena Rama, begitu panggilan akrabnya, menjalani semua tugasnya dalam keadaan buta. Rama merupakan seorang tunanetra. Dalam blognya, ia menyebut dirinya sebagai the Indonesian blind blogger. Rama mampu menulis artikel di atas papan ketik komputer enam puluh kata per menit. Kemampuan yang setara dengan kemampuan tukang ketik profesional. Lantas bagaimana caranya Rama dapat membaca pesan atau teks yang ada di layar monitornya? Dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih, Rama dapat membaca teks di layar monitor dengan menggunakan aplikasi pembaca layar bernama JAWS. Dengan piranti lunak tersebut, Rama dapat mendengar suara yang dikeluarkan. Piranti lunak tersebut mengubah teks menjadi suara atau text to auto speech. Bila Rama ingin membaca suatu buku, Rama akan memindai atau menscanning terlebih dahulu halaman demi halaman buku tersebut, lalu diubah ke dalam bentuk teks. Rama memang dilahirkan buta sejak lahir. Cacat yang dideritanya tak menghalanginya untuk tetap melakukan aktifitas kesehariannya seperti layaknya orang normal yang dapat melihat. Bahkan Rama terlecut untuk terus berkreatifitas. Rama bahkan telah berhasil menerbitkan buku yang ditulisnya sendiri.



NAMANYA Jean-Dominique Bauby. Pria asal Perancis, lebih dikenal sebagai jurnalis, penulis, dan editor Majalah Elle, majalah fesyen terkemuka terbitan Perancis. Maret 1997, Jean meninggal dunia dalam usia 45 tahun. Tahun 1995, dalam usianya yang terbilang muda, 43 tahun, Jean terkena stroke. Suatu penyakit yang dikenal dengan nama Locked-in Syndrome. Jean tak sadarkan diri selama 20 hari setelah stroke menyerangnya. Ketika terbangun, Jean tak dapat menggerakkan seluruh tubuhnya. Termasuk menelan ludah pun Jean tak mampu. Ia hanya dapat menggerakkan satu bagian tubuhnya, yaitu mengedipkan mata kirinya. Walau Jean mengalami lumpuh total, tapi ia masih dapat berpikir dengan jernih. Sebelum meninggal, ia telah menyelesaikan memoarnya yang berjudul ’Le scaphandre et le papillon’ atau dalam versi Inggrisnya, ’The Diving Bell and The Butterfly’. Bagaimana ia dapat menulis sementara seluruh tubuhnya tak dapat bergerak? Dalam menyusun bukunya tersebut, Jean berkomunikasi dengan perawatnya, Henriette Durand. Ia akan memilih huruf dan tanda baca yang akan dipilihnya dengan mengedipkan mata kirinya. Diperlukan sekitar 200 ribu kedipan mata kiri untuk menyelesaikan buku tersebut. Untuk setiap huruf yang dipilih, dibutuhkan rata-rata sekitar 2 menit. ’The Diving Bell and The Butterfly’ dalam edisi Bahasa Perancis diluncurkan Maret 1997. Dan hanya dalam waktu satu minggu, telah terjual lebih dari 150 ribu eksemplar. Sepeluh hari setelah bukunya dipublikasikan, Jean menghembuskan nafas terakhirnya akibat pneumonia.



Benang merah apa yang dapat ditarik dari dua kisah di atas? Rama dan Jean memang memiliki keterbatasan. Tetapi tidak berarti bahwa dengan keterbatasan yang ada, kehidupan lantas terhenti. Adanya masalah dan juga keterbatasan, membuktikan bahwa kehidupan ada dan terus berjalan. Paul Gordon Stoltz dalam bukunya 'Adversity Quotient, Turning Obstacles Into Opportunities', mengatakan bahwa seseorang manusia yang tangguh dapat dilihat dari daya tahannya ketika mendapatkan masalah dan seberapa tangguh mereka menghadapi masalah tersebut. Inilah yang disebut dengan adversity quotient.



Apa yang dilakukan oleh Rama dan Jean menunjukkan bahwa mereka tidak tinggal diam atas segala keterbatasan yang dimiliki. Itulah yang harus kita lakukan bila mendapati masalah. Hadapi. Dan cari solusi yang terbaik. Bukan dengan mengeluh. Mengeluh dalam batasan-batasan tertentu bisa jadi merupakan hal yang manusiawi. Tetapi apakah mengeluh merupakan suatu solusi?



So, betapapun sulitnya masalah yang menimpa kita dan betapapun hebatnya krisis global yang melanda negeri ini, kita harus siap untuk menghadapinya. Kualitas hidup seseorang juga akan terlihat bagaimana ia mengatasi masalah tersebut. Oleh karena itu, hadapi dan selesaikan segala persoalan yang menghadang. Rama dan Jean dengan keterbatasannya, mampu melakukan sesuatu yang berguna, bahkan berprestasi. Nah pertanyaannya, bila mereka mampu, bukankah kita juga, minimal, mampu melakukan hal yang sama? Bahkan mungkin lebih dari mereka. Ya, why not. (011208)



Sumber: Rama, Jean, dan Perjuangan Hidup oleh Sonny Wibisono, penulis, tinggal di Jakarta

Nilai Kesadaran

Dikisahkan, seorang direktur eksekutif di sebuah perusahaan
multinasional berkisah tentang perjalanan kariernya. Saat masih muda,
aku bangga pada diriku sendiri yang pintar, lulus sekolah dengan
angka yang memuaskan dan bersikap angkuh pada orang-orang yang tidak
sepandai aku. Aku dulu egois sekali, mengejar karier secepat mungkin
tanpa mempertimbangkan perasaan orang-orang yang aku dahului. Yang
penting cepat sampai ke tujuan tanpa pernah menyadari bahwa
kepandaian dan caraku memenangkan perdebatan di meja rapat ternyata
menyakiti teman-teman dan seniorku sendiri. Yang penting dewan
direksi senang dan puas dengan hasil kerjaku, maka karierku pasti
akan meningkat dengan pesat begitu pula dengan gaji dan fasilitas
yang bakal ku terima. Yang lainnya aku tidak peduli. Sikapku yang
hanya mementingkan diri sendiri dan tidak merasa perlu
bersosialisasi, menyebabkan aku dijauhi teman dan ketika sadar, tiba-
tiba aku sendirian!

Saat kelelahan karena pekerjaan yang menumpuk, tidak ada satu orang
teman pun yang menyapaku apalagi membantu. Ketika sakit, tidak ada
yang menanyakan keadaanku apalagi menjenguk. Hidupku begitu kering
dan kesepian. Hanya ada satu orang yang menyapaku dengan senyum yang
selalu merekah di bibirnya, yaitu si Udin, cleaning service merangkap
office boy di kantorku. Sosok pemuda kampung yang ramah dan siap
membantu.

Sapanya yang khas setiap bertemu, "Selamat pagi, siang, atau sore,
Pak." "Mau tambah minum apa?" atau "Apa yang bisa saya Bantu, Pak?"
Meskipun pekerjaannya berat, menyiapkan segala properti untuk semua
orang di kantor, dia selalu ringan tangan menolong orang lain yang
bukan menjadi tugasnya sehingga dia sangat disukai oleh semua orang.
Bahkan saat tidak masuk kerja karena sakit, beberapa orang kantor
menyempatkan menengok dan mengumpulkan uang membantu Udin.

Diam-diam aku iri kepada udin dan marah kepada diriku sendiri. Iri
kepada Udin? Yang cuma cleaning service? Sungguh keterlaluan!
Kenyataan itu serasa menamparku dengan keras. Selama berhari-hari aku
merenung dan meneliti kembali tujuan hidupku. Apakah aku bahagia
dengan perolehan yang telah aku capai selama ini? Apakah ini tujuan
hidup yang aku inginkan? Dan banyak lagi pertanyaan yang menggantung
di benak ini. Sejak itu, aku sadar dan segera membuat rencana untuk
berusaha merubah diri menjadi lebih baik seperti yang aku inginkan.
Menjadi pribadi yang lebih menyenangkan bagi diri sendiri dan orang
lain. Perubahan demi perubahan positif pun terjadi. Sungguh luar
biasa. Kesadaranku muncul karena seorang Udin!

Pembaca yang budiman,

Pepatah bijak mengatakan "Setiap orang bisa menjadi guru bagi orang
lain" dan yang sering saya sharingkan, "Sebuah prestasi tanpa
dilandasi oleh kepribadian dan pikiran yang positif maka akan rapuh
dan mudah runtuh" adalah sangat tepat untuk menggambarkan kisah tadi.
Apalah artinya pintar jika hanya menyakiti orang lain, bahkan teman
sendiri? Karena sesungguhnya, pintar adalah berkah dari yang Kuasa.
Tetapi mampu mengelola kepintaran sehingga bermanfaat dan
membahagiakan bagi diri sendiri dan orang lain itu baru lah
kebijaksanaan.

Mari mengevaluasi diri sendiri, untuk selalu menghargai berkah yang
diberikan Tuhan kepada kita.

Salam sukses luar biasa!

Sumber: Nilai Kesadaran oleh Andrie Wongso

Habitus Orang Kaya

Manusia membangun habitus secara perlahan. Dan kemudian habitus itu
membentuk nasibnya.
– Pandir Karya "Apakah habitus orang kaya yang paling umum?" tanya
saya kepada sejumlah kawan.
"Mereka super pelit," kata Iin.
"Orang kaya yang saya kenal banyak yang sombong," jawab Toni.
"Selalu memperhitungkan segala sesuatunya dengan cermat," kata
Herlina.
"Tidak suka berhutang," ujar Didi.
"Suka menawar harga barang yang ingin dibelinya," jelas Diah.
"Mereka suka memamerkan kekayaannya, " kata Rudy.
"Cenderung serakah dan asosial," gagas Yuyun.
"Hanya membeli barang-barang bermerek terkenal," ujar Lilik.
"Hidup hemat, cenderung pelit, dan tidak suka menunjukkan kemampuan
mereka yang sebenarnya," papar Dewi.
"Suka bangun siang dan tidur dini hari," kata Indra.

***

"Habitus (Latin) bisa berarti kebiasaan, tata pembawaan, atau
penampilan diri, yang telah menjadi insting perilaku yang mendarah
daging, semacam pembadanan dari kebiasaan kita dalam rasa-merasa,
memandang, mendekati, bertindak, atau berinteraksi dalam kondisi
suatu masyarakat… bersifat spontan, tidak disadari pelakunya apakah
itu terpuji atau tercela, seperti orang tak sadar akan bau mulutnya.
Ia bisa menunjuk seseorang, tapi juga kelompok sosial," demikian
antara lain penjelasan B. Herry-Priyono (Kompas, 31 Desember 2005).

Perhatikan bahwa habitus "...telah menjadi insting perilaku yang
mendarah daging", "bersifat spontan", "tidak disadari pelakunya", dan
bisa menunjuk kepada "kelompok sosial" tertentu. Nah, dengan
pemahaman ini, mari kita coba pikirkan, apa sajakah habitus kelompok
sosial ekonomi atas (baca: orang-orang kaya dan super kaya) yang
telah menjadi insting perilaku yang mendarah daging, bersifat
spontan, dan tidak disadari pelakunya (baca: bersifat reflek)?

Dari studi literatur tentang kecenderungan perilaku orang-orang kaya
di Amerika dan Asia, serta dari pengamatan pribadi mengenai perilaku
sejumlah kawan yang kaya di Indonesia, sekurang-kurangnya bisa
disebutkan beberapa habitus yang saling kait mengait satu sama lain
sebegai berikut.

Habitus pertama, dan boleh jadi ini yang terpenting, mereka menikmati
hidup dengan standar jauh dibawah kemampuan mereka yang sebenarnya.
Artinya, secara keuangan mereka lebih kuat dari apa yang nampak oleh
mata lingkungannya. Mereka lebih kaya dari apa yang mungkin
dipikirkan orang lain di sekitar mereka (tetangganya) . Bila mereka
sesungguhnya mampu membeli rumah seharga Rp 10 miliar, maka mereka
senang memilih rumah seharga Rp 1 miliar. Jika mereka mampu membeli
mobil seharga Rp 2 miliar, mereka senang memilih mobil seharga Rp 600
juta saja. Sekalipun mereka lebih dari mampu membeli barang-barang
yang dipajang di butik-butik eksklusif atau pertokoan mewah macam
Sogo Departemen Store, mereka tidak sungkan untuk berbelanja di pusat
belanja grosir seperti di ITC Mangga Dua.

Seorang kawan yang saya duga memiliki harta kekayaan bersih lebih
dari Rp 20 miliar dan tinggal di kawasan Karawaci, Tangerang, pernah
mengatakan kepada saja bahwa, "Saya menganut pandangan bahwa apapun
yang kita gunakan dan nampak oleh orang lain seharusnya tidak lebih
dari sepertiga kekuatan kita yang sesungguhnya. Dan kalau saya bisa
menggunakan sepertigapuluh atau bahkan sepertigaratus dari kemampuan
finansial saya untuk hidup nyaman, itu sudah cukup. Saya tidak suka
dikenal terutama sebagai orang kaya. Saya lebih suka dikenal sebagai
orang yang berkarya". Pernyataan ini dengan tegas menunjukkan bahwa
ia menikmati hidup dibawah kemampuan yang sesungguhnya.

Karena terbiasa hidup dibawah kemampuan yang sesungguhnya, maka
mereka—orang- orang kaya tersebut—selalu memastikan bahwa biaya
konsumsi mereka jauh dibawah penghasilan rutin yang mereka peroleh.
Itulah habitus kedua. Jika mereka memperoleh penghasilan rutin
(katakan saja) Rp 30-40 juta per bulan, maka mereka telah membiasakan
diri untuk hanya menggunakan sekitar Rp 10-15 juta per bulan untuk
memenuhi kebutuhan bulanan keluarganya. Dan ketika penghasilan mereka
meningkat menjadi Rp 60-70 juta per bulan pun, mereka tidak merasa
perlu untuk mengubah pola konsumsi mereka. Dalam hal ini yang
meningkat secara langsung adalah jumlah tabungan untuk investasi,
karena biaya konsumsi relatif tetap.

Habitus yang ketiga adalah kebiasaan menyisihkan dana untuk tabungan
dan investasi dulu, dan menyisakan yang lainnya untuk konsumsi rutin
setiap bulannya. Jadi bukannya menggunakan penghasilannya untuk
konsumsi dan kalau akhir bulan masih tersisa baru ditabung dan
diinvestasikan. Dengan kata lain, mereka terbiasa untuk mencurahkan
cukup banyak waktu untuk memikirkan soal kemana dan bagaimana uang
mereka ditabung dan diinvestasikan agar berkembang lebih maksimal.
Mereka tidak memberikan banyak waktu untuk memikirkan cara-cara
menggunakan uang secara konsumtif, untuk berbelanja berlama-lama di
pusat-pusat pembelanjaan. Sebaliknya, mereka memberikan banyak waktu
untuk memikirkan hal-hal yang membuat harta mereka menjadi makin
produktif, tumbuh dan berkembang, sehingga mereka menjadi mapan
secara keuangan.

Setiap kali saya mengingat sejumlah perbincangan ketika berkesempatan
mewawancarai atau sekadar mendengarkan nasihat orang-orang seperti
Mochtar Ryadi, Ir. Ciputra, Bob Sadino, Jonathan L. Parapak, dan Soen
Siregar, saya merasakan bagaimana ketiga habitus yang disebut di atas
telah terpatri menjadi bagian dari tarikan nafas orang-orang
tersebut. Tentu saja masih banyak lagi habitus orang-orang yang mapan
secara finansial itu. Namun tiga yang telah dipaparkan di atas adalah
habitus yang paling umum.

Karena itu saya bisa memastikan bahwa kawan-kawan saya yang lebih
suka menampilkan gaya hidup seperti orang kaya, membiasakan diri
untuk berbelanja lebih dulu dan menabung belakangan, serta senang
menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan barang-barang konsumsi
(gonta ganti mobil baru tiap 1-2 tahun sekali, mengenakan pakaian-
pakaian bermerek yang dibeli secara kredit, makan minum di tempat-
tempat mahal, dan sebagainya), pastilah tidak akan pernah menjadi
orang yang mapan secara keuangan. Orang muda yang suka foya-foya,
hampir pasti akan hidup susah di usia senja. Sepasti matahari
tenggelam di ufuk barat.

Kalau tak percaya, silahkan mencoba dan rasakan akibatnya!

Sumber: Habitus Orang Kaya oleh Andrias Harefa, Pembelajar Mindset Transformation, Certified Trainer and Therapist, Pen

Aku Menangis untuk Adikku 6 Kali

Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil.
Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan
punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik,
tiga tahun lebih muda dariku.

Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis
di sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri lima puluh sen
dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku
dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di
tangannya.
"Siapa yang mencuri uang itu?"
Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah
tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, "Baiklah,
kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!"

Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi.
Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku
yang melakukannya!"
Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah
begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai
Beliau kehabisan nafas. Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang
batu bata kami dan memarahi, "Kamu sudah belajar mencuri dari rumah
sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa
mendatang? ... Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak
tahu malu!"

Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya
penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun.
Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis
meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan
berkata, "Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah
terjadi."

Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup
keberanian untuk maju mengaku.
Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan
seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku
ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun.
Aku berusia 11.
Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk
masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima
untuk masuk ke sebuah universitas propinsi.
Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya,
bungkus demi bungkus.
Saya mendengarnya memberengut,
"Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik...hasil yang
begitu baik..."
Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, "Apa
gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"
Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata,
"Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca
banyak buku."
Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya.
"Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan
jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan
kamu berdua sampai selesai!"
Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk
meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke
muka adikku yang membengkak, dan berkata, "Seorang anak laki-laki
harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah
meninggalkan jurang kemiskinan ini."
Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke
universitas.
Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku
meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit
kacang yang sudah mengering.
Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas
bantalku:
"Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari
kerja dan mengirimu uang."
Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis
dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku
berusia 17 tahun. Aku 20.
Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang
adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi
konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas).
Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku
masuk dan memberitahukan, " Ada seorang penduduk dusun menunggumu di
luar sana !"
Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku?
Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya
kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, "Mengapa
kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?"
Dia menjawab, tersenyum,
"Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika
mereka tahu saya adalah adikmu?
Apa mereka tidak akan menertawakanmu?"
Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu
debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam
kata-kataku, "Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah
adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun
penampilanmu..."
Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk
kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, "Saya
melihat semua gadis kota memakainya.
Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu."
Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi.
Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis.
Tahun itu, ia berusia 20, Aku 23.
Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah
telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku
pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku.
"Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk
membersihkan rumah kita!"
Tetapi katanya, sambil tersenyum,
"Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini.
Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika
memasang kaca jendela baru itu.."
Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus,
seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada
lukanya dan mebalut lukanya.
"Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya.
"Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi
konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan
itu tidak menghentikanku bekerja dan..."
Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku
memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun
itu, adikku 23, Aku berusia 26.
Ketika aku menikah, aku tinggal di kota .
Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan
tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka
mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus
mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, "Kak, jagalah
mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini."
Suamiku menjadi direktur pabriknya.
Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada
departemen pemeliharaan.
Tetapi adikku menolak tawaran tersebut.
Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.
Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah
kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit.
Suamiku dan aku pergi menjenguknya.
Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, "Mengapa kamu
menolak menjadi manajer?
Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya
seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa
kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"
Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya.
"Pikirkan kakak ipar--ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir
tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita
seperti apa yang akan dikirimkan?"
Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang
sepatah-sepatah:
"Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!"
"Mengapa membicarakan masa lalu?"
Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.
Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani
dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan
itu bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?"
Tanpa bahkan berpikir ia menjawab,
"Kakakku."
Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan
tidak dapat kuingat.
"Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda.
Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke
sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, Saya kehilangan satu dari
sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya
memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di
rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin
sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya
bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan
baik kepadanya."

Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan
perhatiannya kepadaku.
Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, "Dalam hidupku,
orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku."
Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan
perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.

Diterjemahkan dari : "I cried for my brother six times"

Anak muda jaman sekarang - SAD BUT TRUE

Beginikah kelakuan anak ABG muda saat ini.. SAD BUT TRUE

1. Rambut mohawk,emo, harajuku, britpop
2. Stelan indies,rock and roll,ato kejepang2x-an
3. Jacket cewek : warna yg nabrak2x kaya IJO,KUNING,- army ato skrng2x mulai kotak2x bergaris, jakcet cowok : jeans-cardinal- vitage merek adidas-pake jas yg item-army cewek-cowok: semua pakean mulai dari sepatu-jam buatan distro
4. Beli baju ato jacket? KE DISTRO aja..(walpoun ga beli apa2x)
5. Pake gelang2x karet yg item2x..
6. Jomblo = cupu
7. GA ADA LAGI LAGU2X ANAK,jaman saya dulu ada bondan si lumba2x,ria enes sama susan,eno lerian dll
8. Nonton TV? MTV terusss…
9. Malem minggu ngajak si pacar pasti ke mall
10. Gaya ngomong "GUE GITLOHH.."." ......... "CAPE DYEEE…"SECARA… … GITU LOHH…" ß ini nih yang ga saya ngerti ampe sekarang “SECARA GITU LOH” apa sik maksudnya dari bahasanya..
11. Ke warnet cuma buka FRIENDSTER
12. Di bus,di angkot, lagi jalan,di skull ato di kampus bawa mp3 ato i pod trus di stel
13. Hp minimal 2 jt-an berkamera
14. Pose foto cewe:45 DERAJAT DENGAN TAMPANG SO CUTE(BIAR JELEKNYA GA KELIATAN) cowo:NGANGKAT DAGU NGELIAT KE ARAH YG TERANG CAHAYANYA..kalo ga NUNDUK KE BAWAH MATA LIAT KE DEPAN sambil pamer rambut trus dipasang di FS
15. Bahasa sms "h1,hr Ni Lo3 M0 jLn2x B4rEn9 tem3N2x 9W ga ?"
16. Punya mobil mahal2x,motor CBR trus caper padahal punya ortunya (Kredit Pulak)
17. Rambut cewek item dan lurus banget…… ….. direbonding. .
18. Lagu? indie, britpop,japan. … dewa19,gigi DLL mah lewat…
19. Mulai clubbing
20. Punya banyak nomer im3,xl,simpati trus no nya di iklanin di forum majalah,radio, dll
21. DRAGON BALL,DORAEMON, KUNG FU BOY,CHIN MI,LEGENDA NAGA? lewatttt… sekarang BLEACH,DEATH NOTE,NARUTO, 20th Century boy,dll..
22. Pramuka?dulu sih gaul sekarang?
23. Makan? McD,KFC,JCO, bread talk dll
24. Taon2x kemaren.. cs-ragnarok- dota-(selajutnya apa ya ahuahuahuahauha)
25. Tujuan ke pensi cuma pamer pacar ke orang laen
26. Tukang NOMAT
27. Kelas 3 ? SSC,GANESHA OPERATION,izi
28. JADI KORBAN penculikan TIANS** :peace:
29. Cewek?korban kokology….
30. Bego kalo ga nonton HEROES,PRISON BREAK,dll
31. Yg cewek nonton drama korea….Princes hour anyone uahuahauahua. ..
32. Nonton reality show sctv
33. Belajar dari MBS?? sekarang guitar pro
34. Jamannya laptop nyari wifi gratisan bahkan lagi perkuliahan dikit2x dosen gerak alt-tab (Takien Banget)
35. MIYABI dan jav idol dan video porno anak2x sma,di save di hp trus pass istirahat dikerubutin sama orang2x
36. Nangkring di pinggir2x mall sambil ngeliat ke bawah
37. Yg cewek jalan2x ke strowberry yg nyedianin pernak pernik
38. Foto di fs pake editap photoshop
39. Jam tangan levi's / ODM yg kotak2x padahal kw1
40. Kalo ngobrol pake kata2 kayak "bo" ex : “aduh bo, tau ngga sih tadi dia ngeliatin gw gitu..”
41. Kerjaannya nyari invitation biar bisa clubbing gratis
42. Ngerokok, tapi ngga ditarik.. cuma isep-buang.. biar keliatan keren..
43. Hapenya 2, satu buat sms,musik,foto2, dll… satu buat nelfon murah..hehehe
44. Skinny jeans
45. Kalo lagi sendirian di tempat rame, kerjaannya ngotak-ngatik hape, biar keliatannya lagi sms-an, padahal kesepian..
46. Dulu doraemon, sekarang spongebob… .
47. Kebanyakan cewe jaman skarang,dari blakang diliat, malam minggu, tapi di liat dari depan……. buset! malam jum'at kliwon
48. Cuma bisa dengerin lagu, ga bisa nyanyiin dgn bener ato mainin alat musik
49. Sok-sok an jadi pembalap [khusus cwo]
50. Beli brand distro di Mall [biasanya pr* sh*p]
51. Jaman nya pake celana pensil [yg dibawah kakinya sempit buanget] ama sepatu jerry [yg pantofel gitu deh....]
52. Klo debat, udah pake bahasa bon-bin [gak jelaz kadang ga nyambung]
53. Udah pada smoking, nge ganja, ke sekolah malah sakaw
54. Yg cewe umur baru 14-17 taun, mukanya kayak 29-35 Tahun..
55. Trus pada rame2 pake kartu selular "3″ biar bisa sms gratis ..
56. Yg cewe pada sibuk cari cowo yg anak emo,biar ga ketinggalan jaman ..
57. Trus cewe juga skrg kalo jalan ke mall bawa tas yg yg ditaro di lengan gitu(aku ga tau namanya) mungkin biar keliatan udah dewasa kali ..
58. Yg cowo pada rame2 ke salon buat smoothing rambut ..
59. Bikin MSN/YM biar dikata gaul .. lalu bikin myspace,LC(Live Connector),Facebook dan situs pertemanan lainnya ..
60. Kalo dulu cowo baru kenalan ama cewe nanyanya nomor hape doang,skrg ditambah lagi,"friendster lo apa ??"
61. Ngerokoknya sok2 marlboro ..
62. Pada demen jalan ke PIM .. tongkrongan wajib anak gaul tiap malam minggu ..
63. Bawa laptop cari wifi gratisan = KESEPIAN,GA ADA TEMPAT TONGKRONGAN, MALLLUUU. .. jadi mojok buka web yg ga penting
64. SMU uang jajan 50.000-100.000 sehari atau??? Zamannya aku dulu cm goceng sampe 10rb
65. Akseesoris hp rame, apalagi yg dibadan: bando, anting, kalung, gelang
66. Bacaan nya Teenlit, Cosmo Girl dll
67. Klo lagi ngomong, kadang pake lirik lagu,udah gitu kadang ga nyambung pula!
68. Cewek, ngobrol di angkot, dalam jumlah banyak, biasanya ngomong dikit, lsg ketawa ampe mulutnya robek……. sumpah sering bgt ini…….di kira angkot punya moyangnya kali, sampe ketawa ngalahin klakson truk gandeng?
69. Udah banyak cwo yg berbadan tinggi [dulu tahun 2000 belom loh......]
70. Klo ngomong bola [cwo] biasanya debat sampe taruhan duit[5000 aja ribut?]
71. Cewek jaman sekarang udah pinter pencahayaan [ya begitulah kira kira ]
72. Jaman nya CAMPUR-CAMPURIN ALIRAN/GENRE [good or evil?]
73. Yg punya hape, udah kayak mekanik hape…….apal fitur2x hp
74. Kaum yg hobinya minoritas [klo dulu dianggap kuper] malah jadi gaul
75. Ssssttt.. ……internet mau dateng…..!
76. Udah jarang yg bercita-cita DOKTER,ILMUWAN, ARSITEK,DLL [yg jurusan IPA lah....]
77. Kalo sms romantis ga mau pake bahasa indonesia, pakenya bahasa inggris
78. Pasti minta di add sama temennya, pdhal mah tiap hari bisa ktemu temen"nya di skolah.. trus suka minta diisi testinya
79. suka pake Baju kuning, cardigan ungu, celana ijo, sepatu pink (Ketabrak abizzzzzzzzz)…
80. Oh ada lagi, kalo cowo pake polo shirt gitu kerahnya pasti dinaekin Gak demen banget aku liatnya (Kayak yang penyakitan..)
81. Klo bawa mobil music nya pasti yg "ajeb ajeb" plus sound system yg super gede + kenceng
82. Bawa mobil nya ga mau kalah sama supir angkot … sliweran sana sini , ngebut2 … knalpot nya uda di ganti …
83. Makan rombongan, penampilan keren, pas bayar antri alias BMM kasirnya BT knapa gk sekalian 1 aja yg byr
84. Abg kalo ke Godiva, McD ato apa lah .. yg beli kopi cuma 1 orang yg nongkrong 1 geng …
85. Kalo di skolah aku, ada 1 orang yg boker, langsung pada rame2 kerubutin buat ngintip ama diguyur
86. Cowok:cardigans (vest juga sering),baju mickey mouse,celana skinny jeans,sepatu converse,rambut gondrong2 indie,badan begeng
87. Kalo ngomong suka berlebihan n sok baku cth:"saya tinggal di Batam yang tiap hari semakin menggila" ato "gw terjebak dalam hiruk pikuk Batam yang semakin kompleks"
88. Kalo ngetik suka aneh2…cth: "sayaH sedang galau menikmati sepi sendiri…Ah, benar2 gelisah…HUHUHU. .."
89. Mengganti kata "dong" dengan "doms"
90. Merubah nama orang jd ditambahin imbuhan "ski"…cth: banyu jd banski,toni jd tonski…
91. Friendster/ myspace/facebook nya ga nahan dong…Fotony dibuat seartistik mungkin…profilny diisi dgn kata2 ga jelas kyk di atas…favorit movie,books, sm musicny pst didominasi nama2 yg g terkenal (biar dibilang punya pengetahuan luas n gaol geto…)
92. Cewek2 mengucapkan kata "ya iyalah" dan "jangan gila dong" dengan lidah yg melet2 kyk orang lg teler
93. Dugem da biasa,
94. Selera musiknya high class dong…indie pop,folk,jazz, ambient,chill. ..tp ad jg cewe yg ngaku2 suka band2 emo pdhl g tau laguny…
95. Makannya selalu di McD,trus beli buku ud g jaman di gramed,sekarang mah maenanny AKSARA…
96. Menggilai pop art dan selalu memakai baju bergambar marylin monroe ato cover album velvet underground yg bergambar pisang…
97. Klo frenster,myspace, facebook. ..yang penting temenny banyak!
98. Mo kenal kek,kagak kek,add aj trus…klo perlu bikin account lebih dr lima
99. Soal jazz…gw jg eneg tu klo ad yg ngomong "lo udah dewasa,ga jaman lg denger rock…harus jazz"padahaalll taunya cuma MALIQ The Essensial
100. Demen nya malakin pulsa kawan nya

Integritas

”Anak-anak tidak pernah menjadi pendengar yang baik atas nasehat orangtuanya, tapi mereka tidak pernah gagal meniru.”
-- Eleanor Farjeon, penulis cerita anak asal Inggris

“AYAH janji ya besok minggu kita jalan-jalan,” demikian janji Radit terhadap kedua anaknya yang masih kecil, Siska dan Rani. Ketika hari Minggu datang, tiba-tiba saja rekan bisnis Radit mengajaknya bertemu untuk membicarakan prospek bisnis yang akan coba mereka rintis. Melihat peluang bisnis di depan mata, Radit pun tergiur. Akhirnya Radit menyepakati bertemu dengan temannya dan mengorbankan hari Minggu yang telah dijanjikan kepada anaknya. Radit mencoba berkilah dihadapan anak-anaknya, dengan mengatakan bahwa ia mendadak dipanggil bosnya. Siska dan Rani pun menjadi kecewa.

Masalahnya adalah Radit beberapa kali berjanji kepada anaknya untuk mengajaknya jalan-jalan di hari raya, pergi berlibur atau membelikan mainan, tetapi seringkali ia malah menciderai janjinya sendiri. Alasannya pun beragam, mulai dari pekerjaan kantor yang tak bisa ditinggalkan, urusan bisnis, hingga pertemuan dengan teman lama. Untuk menjelaskan janji yang tidak ditepatinya, kadang Radit harus berbohong, demi menentramkan anak-anaknya agar tidak ngambek.

Apa yang dilakukan Radit jelas membuat kecewa anak-anaknya. Akhirnya, alasan apapun yang diberikan oleh Radit, tidak dapat diterima dengan baik oleh sang anak. Karena memang Radit lebih sering tidak menepatinya. Dalam beberapa kali janji yang tidak dipenuhi, Radit tidak hanya berbohong, tapi juga tidak konsisten. Komitmen Radit pun patut dipertanyakan. Radit jelas telah mengorbankan integritas dirinya sendiri sebagai seorang ayah di depan anak-anaknya. Integritas? Betul, sekarang kita bicara mengenai integritas.

Integritas berasal dari bahasa Inggris, integrity, yang diartikan sebagai ‘the state of being honest, up right and sincere’. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, integritas diartikan sebagai keterpaduan, kebulatan, keutuhan, jujur, dan dapat dipercaya. Makna yang lebih luas, integritas dapat pula berarti bersikap jujur, menjaga komitmen dan berperilaku konsisten.

Bicara integritas, umumnya terkait dengan kepemimpinan. Integritas memang mutlak diperlukan dalam kepemimpinan. Penelitian yang dilakukan oleh James M. Kouzes dan Barry Z. Posner membuktikan hal itu. Penelitian ini menyimpulkan bahwa integritas merupakan modal utama seorang pemimpin. Penelitian yang dilakukan Kouzes dan Posner melibatkan ribuan orang dari seluruh dunia. Hampir sebagian besar responden menjawab, integritas diidentifikasi sebagai karakter yang mutlak harus dimiliki oleh seorang pemimpin.

Integritas sejatinya tak hanya dimiliki oleh seorang pemimpin formal, seorang pemimpin dalam pemerintahan dan juga perusahaan. Integritas dalam lingkup yang lebih kecil, sangat dibutuhkan dalam kehidupan berkeluarga. Dalam keluarga, seorang ayah sejatinya juga merupakan seorang pemimpin. Begitupula peran penting sang ibu, ketika sang ayah tidak berada di rumah. Ya, orangtua adalah pemimpin untuk anak-anaknya.

Lantas, bagaimana menanamkan integritas pada anak sehingga mereka dapat bersikap jujur, menjaga komitmen dan berperilaku konsisten? Kuncinya tentu saja ada pada orangtua.

Menurut Ayah Edy, penulis buku ’Mengapa Anak Saya Suka Melawan dan Susah Diatur, 37 Kebiasaan Orangtua yang Menghasilkan Perilaku Buruk pada Anak’, anak memiliki ingatan yang tajam terhadap suatu janji. Anak akan sangat menghormati orang yang menepati janji, baik janji untuk memberi hadiah atau janji untuk memberi sanksi. Oleh karena itu, berlaku konsisten mutlak diperlukan dalam mendidik anak. Konsisten merupakan kesesuaian antara yang dinyatakan dan tindakan. Demikian dituturkan oleh Ayah Edy dalam bukunya, yang menempatkan satu poin kebiasaan buruk orangtua dalam mendidik anak ialah ucapan dan tindakan yang tidak sesuai.

Keteladanan orangtua, baik ayah dan ibu, yang paling dibutuhkan seorang anak adalah integritasnya. Dalam arti, bersikap jujur terhadap anak dan melaksanakan apa yang diucapkan sama dengan apa yang dilakukan. Orangtua yang memiliki integritas tentu akan dihormati oleh anak-anaknya. Hal itu akan membekas terus hingga sang anak tumbuh dewasa. Sebaliknya, orangtua yang kurang atau tidak memiliki integritas, akan sulit untuk mendidik anaknya dengan baik. Jika sang orangtua malah menggunakan kekerasan dalam mendidik anak, hal ini akan berdampak buruk bagi anak. Anak akan meniru tindakan orangtua yang suka melakukan kekerasan.

Nah terlihat, bahwa integritas orangtua memegang peranan penting dalam mendidik anak. Orangtua yang baik memahami bahwa integritas dalam bentuk keteladanan merupakan sebuah alat yang ampuh dan efektif dalam mendidik anak. Orangtua yang baik tentu menyadari bahwa anak-anak mereka memperhatikan betul ucapan dan tindakannya. Dan bahwa integritas dalam bentuk keteladanan yang diberikan, berdaya pengaruh jauh lebih hebat dibandingkan bila sang orangtua hanya mengkhotbahkannya.

Berilah teladan yang baik kepada anak. Bila ingin berjanji, pikir-pikirlah dahulu. Harus dilihat, apakah kita nantinya sanggup menepatinya atau tidak. Jangan terlalu mudah pula mengumbar janji. Bila akhirnya kita tidak dapat menepati janji tersebut, mintalah maaf dan berikan alasan yang jujur kenapa kita tidak dapat menepatinya. Tanyakanlah apa yang dapat dilakukan untuk mengganti janji itu. Dan berlakulah konsisten. Bila janji yang tidak ditepati diganti dengan janji lain, segera tunaikan janji tersebut.

Bila integritas yang baik tidak dapat dicontohkan oleh orangtua kepada anak-anaknya, hal ini akan berakibat fatal. Anak-anak memang tidak pernah menjadi pendengar yang baik atas nasehat orangtuanya, tapi percayalah, mereka tidak pernah gagal meniru. (081208)

Sumber: Integritas oleh Sonny Wibisono, penulis, tinggal di Jakarta

Mengusir Kebosanan dalam Bekerja

Dewi Arta - Okezone

Foto: Corbis

SEORANG karyawan andal harus mampu memberikan hasil terbaik dalam setiap pekerjaannya. Kuncinya, suasana hati karyawan harus senantiasa tenang.

Kendati demikian, tidak mudah menjaga suasana hati tetap stabil. Terkadang rasa bosan datang dan merusak suasana kerja yang tadinya enak menjadi menyebalkan karena faktor kebosanan.

Menurut artikel yang dilasir Careerbuilder, untuk mengusir kebosanan dalam bekerja, Anda bisa mengikuti beberapa petunjuk di bawah ini:

Mencari udara segar

Bagi mereka yang menghabiskan waktu seharian berada di depan komputer, sebaiknya keluar kantor sebentar untuk menghirup udara segar dan melihat pemandangan. Tentu saja hal ini diharapkan bisa membangun kreativitas yang terhambat dan membuat suasana hati menjadi lebih tenang.

Meluangkan waktu untuk membaca

Meluangkan waktu untuk membaca buku atau sekadar membolak-balikkan lembaran kertas sebuah majalah merupakan salah satu cara menghilangkan kebosanan. Mungkin saja cara ini bisa memberikan inspirasi kepada Anda untuk segera menyelesaikan sederet pekerjaan penting.

Membawa buku-buku favorit

Saat pikiran sedang stagnan, Anda jangan terpaku pada pekerjaan. Anda bisa menyiasatinya dengan membawa buku-buku favorit, seperti novel, cerpen, atau buku-buku nonfiksi lainnya. Alhasil, rasa bosan yang menghinggapi perasaan Anda menjadi hilang seketika.

(tty)

Mengusir Kebosanan dalam Bekerja

Dewi Arta - Okezone

Foto: Corbis

SEORANG karyawan andal harus mampu memberikan hasil terbaik dalam setiap pekerjaannya. Kuncinya, suasana hati karyawan harus senantiasa tenang.

Kendati demikian, tidak mudah menjaga suasana hati tetap stabil. Terkadang rasa bosan datang dan merusak suasana kerja yang tadinya enak menjadi menyebalkan karena faktor kebosanan.

Menurut artikel yang dilasir Careerbuilder, untuk mengusir kebosanan dalam bekerja, Anda bisa mengikuti beberapa petunjuk di bawah ini:

Mencari udara segar

Bagi mereka yang menghabiskan waktu seharian berada di depan komputer, sebaiknya keluar kantor sebentar untuk menghirup udara segar dan melihat pemandangan. Tentu saja hal ini diharapkan bisa membangun kreativitas yang terhambat dan membuat suasana hati menjadi lebih tenang.

Meluangkan waktu untuk membaca

Meluangkan waktu untuk membaca buku atau sekadar membolak-balikkan lembaran kertas sebuah majalah merupakan salah satu cara menghilangkan kebosanan. Mungkin saja cara ini bisa memberikan inspirasi kepada Anda untuk segera menyelesaikan sederet pekerjaan penting.

Membawa buku-buku favorit

Saat pikiran sedang stagnan, Anda jangan terpaku pada pekerjaan. Anda bisa menyiasatinya dengan membawa buku-buku favorit, seperti novel, cerpen, atau buku-buku nonfiksi lainnya. Alhasil, rasa bosan yang menghinggapi perasaan Anda menjadi hilang seketika.

(tty)

Pantun Dewasa - Anti Stress

*Sory, bagi yang gak berkenan , cuma buat ngilangin stress…hehe*/

Kain batik dipakai selendang
Di bawah pusar, daging berlubang.
Jangan pegang punya si Abang
Kalo kena "si urat panjang"
Air setitik akan menjadi orang.

Daun sirih daun kelor,
Apa isi di balik kolor,
Satu pistol dua pelor,
Buah kecapi rasanya kecut,
Apa isi di dalam cancut,
Dua bibir yang berambut lagi cemberut!

Jinak-jinak burung merpati
Lebih jinak burung lelaki
Burung merpati dipegang lari
Burung lelaki dipegang berdiri!

Seringgit sidua kupang,
Sendal jepit buatan Jepang.
Apa itu dibalik kutang,
Lembek-lembek tidak bertulang.
Dipegang malah menantang,
Bikin batang menjadi tegang.

Pantun seorang istri kepada suaminya :
Burung pipit makan kedondong
Minta duit dong !

Suami-pun menjawab :
Burung pipit makan kedondong
Burungku dijepit dulu dong!

__._,_.___

Berani Mengambil Risiko

“Kapal akan aman bila berada di pelabuhan, tetapi kapal tidak diciptakan untuk itu.”

-- Grace Murray Hopper, ahli matematika, penemu teknologi komputer, 1906-1992



MEJA itu terisi oleh empat orang dengan empat cangkir kopi panas. Farid mengundang kawan-kawan dekatnya untuk minum kopi di sebuah kedai kopi di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Sambil sesekali menghirup kopi panas dihadapannya, Farid bercerita bahwa dirinya seminggu yang lalu baru saja terkena PHK. PHK, yang kata para pengamat ekonomi, akibat dampak krisis global yang terjadi saat ini. Untungnya, seperti kata Farid, ia masih diberi uang pesangon oleh perusahaannya. Dalam curhatnya, ia mengatakan akan mencoba melakukan usaha dari uang pesangon yang diterimanya.



Tapi ada satu hal yang membuat Farid bimbang. Ia tak siap mengambil risiko kehilangan semua modal pesangonnya bila ternyata usahanya merugi. Risiko? Betul. Satu kata yang kelihatannya menjadi momok bagi sebagian orang.



Bicara mengenai risiko, seperti kata William J. Bernstein dalam bukunya ‘The Four Pillars of Investing', “Risk, like pornography, is difficult to define, but we think we know it when we see it.” Risiko, seperti pornograpi, sukar untuk didefinisikan, tapi kita akan mengetahuinya bila kita telah melihatnya. Begitu pula risiko, kita akan mengetahui dan merasakannya bila kita telah menjalaninya.



Seperti Farid, banyak orang memang merasa tak nyaman dalam mengambil risiko. Takut mengambil risiko justeru dapat mengakibatkan batu sandungan. Hal itu malah menghambat mereka untuk dapat berkembang lebih baik dalam menjalani hidup, usaha, atau karir mereka sendiri.



Sebaliknya, bila berani mengambil risiko, artinya kita telah berani menjalani kehidupan itu sendiri. Juga menunjukkan bahwa kita yakin akan mendapatkan suatu pelajaran berharga dari setiap risiko yang diambil. Tentu saja bukan berarti melangkah tanpa perhitungan yang matang. Satu rahasia orang-orang yang telah sukses, seperti yang mereka ungkapkan, adalah bahwa mereka sering mengambil risiko dalam bertindak.



Lantas, mengapa sebagian orang enggan untuk mengambil risiko? Jawabannya sederhana. Mereka takut gagal, berpikir tak dapat melakukannya, atau merasa belum mahir dan berbakat. Keberanian mengambil risiko, sesungguhnya lebih menunjukkan kepada karakter dan mental seseorang. Bukan pada besar kecilnya risiko yang dihadapi. Kualitas seseorang tidak ditentukan dari peristiwa yang datang menghampirinya, tapi dari respon yang ia berikan dari peristiwanya itu sendiri.



Kunci utama dalam mengatasi ketakutan dalam mengambil risiko ialah percaya diri dan selalu berpikir positif. Dengan percaya diri, hal itu akan menambah energi yang ada dalam diri kita sebelum benar-benar bertindak. Dan dengan berpikir positif, akan membuat langkah kita menjadi ringan dalam bertindak.



Yakinlah, bahwa ketika kita telah memutuskan untuk mengambil risiko, akan ada jalan yang terbuka bagi kita nantinya. Jangan takut bila gagal. Karena ada setiap pelajaran yang dapat dipetik, entah gagal ataupun sukses, terhadap risiko yang kita ambil.



Orang yang telah berhasil mencapai sesuatu, seringkali tidak menyangka sebelumnya kalau sebenarnya ia mampu melakukannya. Padahal asal ada keinginan yang kuat, mereka dapat melakukan sesuatu, yang katakanlah, bahkan di luar perhitungan mereka sendiri sebelumnya.



Jadi, bila ada tantangan menghampiri kita, sambutlah dengan semangat dan antusias yang tinggi. Bila ada peluang yang dapat mengubah hidup Anda menjadi lebih baik, jangan takut untuk mengambil risiko. Diana Ackerman, penulis kondang asal Amerika mengatakan, “I don't want to get to the end of my life and find that I lived just the length of it. I want to have lived the width of it as well.” Atau dengan kata lain, "Saya tak ingin di akhir hidup saya dan menyadari bahwa saya hanya menjalani panjangnya saja. Saya pun ingin menjalani lebarnya."



Ackerman benar. Luasnya kehidupan merupakan panjang kali lebar kehidupan itu sendiri. Kadang kita tidak menyadari, bahwa ketika kita menjalani kehidupan saat ini, kita telah mengambil risiko-risiko di dalamnya. Ya, apapun kehidupan yang terjadi. Yang sebenarnya tak hanya terkait masalah ’survival’ ekonomi semata. Ada risiko politik, manajemen, inovasi, dan risiko-risiko lainnya.



Sebuah kapal memang akan terlihat besar, indah, dan gagah ketika berada di pelabuhan. Tetapi kapal diciptakan tidak untuk berada di pelabuhan. Sebuah kapal akan bermakna dan memiliki nilai, ketika ia berada di tengah samudra luas, dalam mengarungi lautan, menghadapi terjangan ombak, dan melewati rintangan badai. Ketika sang kapal telah mencapai tujuan, ia telah menjalankan satu tugasnya dengan baik. Perjalanan berikut telah menantinya. Begitu seterusnya.



Sama halnya dengan sebuah kapal. Bila Anda tak mau menerima tantangan dan mengambil risiko, maka Anda tak akan merasakan dan menikmati getar kemenangan dan kesuksesan, kecuali getir kekalahan dan kepahitan hidup Anda. (151208)



Sumber: Berani Mengambil Risiko oleh Sonny Wibisono, penulis, tinggal di Jakarta