Kamis, 13 Maret 2008

Lupa Makan Permennya

Alkisah ada dua orang anak laki-laki, Bob dan Bib,
yang sedang melewati lembah permen lolipop. Di tengah
lembah itu terdapat jalan setapak yang beraspal. Di
jalan itulah Bob dan Bib berjalan kaki bersama.
Uniknya, di kiri-kanan jalan lembah itu terdapat
banyak permen lolipop yang berwarni-warni dengan aneka
rasa.

Permen-permen yang terlihat seperti berbaris itu
seakan
Menunggu tangan-tangan kecil Bob dan Bib untuk
mengambil dan menikmati kelezatan mereka.

Bob sangat kegirangan melihat banyaknya permen lolipop
yang bisa diambil. Maka ia pun sibuk mengumpulkan
permen-permen tersebut.
Ia mempercepat jalannya supaya bisa mengambil permen
lolipop lainnya yang terlihat sangat banyak
didepannya. Bob mengumpulkan sangat banyak permen
lolipop yang ia simpan di dalam tas karungnya. Ia
sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut tapi
sepertinya permen-permen tersebut tidak pernah habis
maka ia memacu langkahnya supaya bisa mengambil semua
permen yang dilihatnya.

Tanpa terasa Bob sampai di ujung jalan lembah permen
lolipop.
Dia melihat gerbang bertuliskan "Selamat Jalan".
Itulah batas akhir lembah permen lolipop. Di ujung
jalan, Bob bertemu seorang lelaki penduduk sekitar.
Lelaki itu bertanya kepada Bob, "Bagaimana perjalanan
kamu di lembah permen lolipop? Apakah permen-permennya
lezat? Apakah kamu mencoba yang rasa jeruk? Itu rasa
yang paling disenangi. Atau kamu lebih menyukai rasa
mangga? Itu juga sangat lezat." Bob terdiam mendengar
pertanyaan lelaki tadi. Ia merasa sangat lelah dan
kehilangan tenaga. Ia telah berjalan sangat cepat dan
membawa begitu banyak permen lolipop yang terasa berat
di dalam tas karungnya. Tapi ada satu hal yang
membuatnya merasa terkejut dan ia pun menjawab
pertanyaan lelaki itu, "Permennya saya lupa makan!"

Tak berapa lama kemudian, Bib sampai di ujung jalan
lembah permen lolipop. "Hai, Bob! Kamu berjalan cepat
sekali. Saya memanggil-manggil kamu tapi kamu sudah
sangat jauh di depan saya."
"Kenapa kamu memanggil saya?" tanya Bob. "Saya ingin
mengajak kamu duduk dan makan permen anggur bersama.
Rasanya lezat sekali.

Juga saya menikmati pemandangan lembah, indah sekali!"
Bib bercerita panjang lebar kepada Bob. "Lalu tadi ada
seorang kakek tua yang sangat kelelahan. Saya temani
dia berjalan. Saya beri dia beberapa permen yang ada
di tas saya. Kami makan bersama dan dia banyak
menceritakan hal-hal yang lucu. Kami tertawa bersama."
Bib menambahkan.

Mendengar cerita Bib, Bob menyadari betapa banyak hal
yang telah ia lewatkan dari lembah permen lolipop yang
sangat indah. Ia terlalu sibuk mengumpulkan
permen-permen itu. Tapi pun ia sampai lupa memakannya
dan tidak punya waktu untuk menikmati kelezatannya
karena ia begitu sibuk memasukkan semua permen itu ke
dalam tas karungnya.

Di akhir perjalanannya di lembah permen lolipop, Bob
menyadari suatu hal dan ia bergumam kepada dirinya
sendiri, "Perjalanan ini bukan tentang berapa banyak
permen yang telah saya kumpulkan. Tapi tentang
bagaimana saya menikmatinya dengan berbagi dan
berbahagia." Ia pun berkata dalam hati, "Waktu tidak
bisa diputar kembali." Perjalanan di lembah lolipop
sudah berlalu dan Bob pun harus melanjutkan kembali
perjalanannya. .

Moral of The Story

Dalam kehidupan kita, banyak hal yang ternyata kita
lewati begitu saja. Kita lupa untuk berhenti sejenak
dan menikmati kebahagiaan hidup. Kita menjadi Bob di
lembah permen lolipop yang sibuk mengumpulkan permen
tapi lupa untuk menikmatinya dan menjadi bahagia.

Pernahkan Anda bertanya kapan waktunya untuk merasakan
bahagia?
Jika saya tanyakan pertanyaan tersebut kepada para
klien saya, biasanya mereka menjawab, "Saya akan
bahagia nanti... nanti pada waktu saya sudah
menikah... nanti pada waktu saya memiliki rumah
sendiri... nanti pada saat suami saya lebih mencintai
saya... nanti pada saat saya telah meraih semua impian
saya... nanti pada saat penghasilan sudah sangat
besar... "

Pemikiran "nanti" itu membuat kita bekerja sangat
keras di saat "sekarang". Semuanya itu supaya kita
bisa mencapai apa yang kita konsepkan tentang masa
"nanti' bahagia. Terkadang jika saya renungkan hal
tersebut, ternyata kita telah mengorbankan begitu
banyak hal dalam hidup ini untuk masa ́£’anti' bahagia.
Ritme kehidupan kita menjadi sangat cepat tapi rasanya
tidak pernah sampai di masa nanti' bahagia itu. Ritme
hidup yang sangat cepat... target-target tinggi yang
harus kita capai, yang anehnya kita sendirilah yang
membuat semua target itu... tetap semuanya itu tidak
pernah terasa memuaskan dan membahagiakan.
Uniknya, pada saat kita memelankan ritme kehidupan
kita; pada saat kita duduk menikmati keindahan pohon
bonsai di beranda depan, pada saat kita mendengarkan
cerita lucu anak-anak kita, pada saat makan malam
bersama keluarga, pada saat kita duduk bermeditasi
atau pada saat membagikan beras dalam acara bakti
sosial tanggap banjir; terasa hidup menjadi lebih
indah.
Jika saja kita mau memelankan ritme hidup kita dengan
penuh kesadaran; memelankan ritme makan kita,
memelankan ritme jalan kita dan menyadari setiap gerak
tubuh kita, berhenti sejenak dan memperhatikan tawa
indah anak-anak bahkan menyadari setiap hembusan nafas
maka kita akan menyadari begitu banyak detil kehidupan
yang begitu indah dan bisa disyukuri. Kita akan
merasakan ritme yang berbeda dari kehidupan yang
ternyata jauh lebih damai dan tenang. Dan pada
akhirnya akan membawa kita menjadi lebih bahagia dan
bersyukur seperti Bib yang melewati perjalanannya di
lembah permen lolipop

dari email