Kamis, 06 September 2007

PIKIRAN ITU

“Pikiran itu seperti parasut. Ia hanya berkembang jika dibuka”.




Di pintu keluar pelabuhan laut yang rawan penyelundupan, seorang petugas keamanan (Satpam) menghentikan sebuah sedan mewah yang melintas. 'Saya hanya membawa pakaian bekas Pak. Saya beli dari awak kapal'.


Demikian pengendara sedan membuka percakapan. Setelah diperiksa, isi bagasi sedan mewah itu memang sejumlah pakaian bekas, dilengkapi kuitansi pembelian resmi. Kesimpulan Satpam adalah; tidak ada penyelundupan.




Bulan berikutnya, pengendara yang sama melintas lagi. Di pintu pemeriksaan, ia membuka percakapan dengan penjelasan yang sama; "Saya hanya membawa pakaian bekas Pak, saya beli dari awak kapal". Setelah diperiksa, isi bagasi sedan mewah itu memang sejumlah pakaian bekas, dilengkapi kuitansi pembelian resmi. Kesimpulannya, tidak ada penyelundupan.




Hal itu berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Petugas Keamanan itu konsisten memeriksa bagasi, isinya tetap pakaian bekas dengan kuitansi resmi. Akhirnya petugas keamanan itu pensiun. Suatu ketika, keduanya bertemu lagi di sebuah kedai kopi, dan pensiunan Satpam itu bertanya, “Dulu kenapa setiap diperiksa, engkau selalu membawa pakaian bekas dengan kuitansi resmi?”



”Okey karena bapak sudah pensiun, maka saya katakan yang sebenarnya, bahwa selama itu saya menyelundupkan barang mewah, dan selalu berhasil, justru karena bapak yang jaga pintu luarnya”.


Tentu saja jawaban pengendara mobil itu membuat pensiunan Satpam itu kaget. Ia merasa selalu memeriksa isi bagasi setiap mobil yang melintas pintu keluar. “Apakah engkau menyelundupkan pakaian bekas?” Ia bertanya penasaran.



“Tentu saja bukan pakaian bekas, Pak! Saya sebenarnya menyelundupkan sedan mewah pengangkut pakaian bekas itu”. Mantan Satpam itu benar-benar lemas, ia baru menyadari bahwa selama bekerja pikirannya tertutup, terjebak dalam rutinitas pemeriksaan bagasi.




Minds are like parachutes, they only work when open.


Begitu kata pepepatah , Parasut adalah benda mati yang hanya bermanfaat bila ia dibuka dan dibiarkan mengembang. Pikiran kita juga begitu, hanya bermanfaat bila dibuka dan dibiarkan mengembang.


Kalau tidak, kita akan terjebak dalam rutinitas kerja sebagaimana penjaga keamanan di atas yang sebenarnya baik, tapi ternyata tidak baik dalam hal melakukan tugas dan tanggung jawabnya.




Pikiran kita seperti parasut, hanya berguna bila dibuka. Siapa yang harus membuka pikiran kita? Keliru besar jika orang lain yang diharapkan membukanya. Para pemimpin, ulama, trainer dan segala sumber informasi, hanya stimulus pembuka wawasan berpikir.





Soal membuka atau menutup pikiran, sepenuhnya tanggung jawab masing – masing. Maka kalau pikiran kita kurang gaul, gak nyambung atau apa pun istilahnya yang mengindikasikan kebodohan, jangan salahkan siapa – siapa.




Lebih baik buka pikiran lebar – lebar untuk menerima pengetahuan, supaya tugas dan tanggung jawab dapat dikerjakan dengan lebih baik. Untuk melakukan itu semua, kuncinya hanya satu, yaitu;


Rendah Hati. Hanya orang rendah hati yang mau terus belajar, membuka pikirannya, tidak merasa paham segala – galanya dan menutup pikiran dari hal – hal yang baru.





Ditulis oleh Teha Sugiyo