Ada sebuah negeri yang diperintah oleh seorang raja yang terkenal sangat bijaksana. Raja itu sering berkeliling negeri untuk melihat-lihat kehidupan rakyatnya
Pada suatu ketika Sang Raja dengan diiringi para pengawalnya sedang berjalan-jalan masuk-keluar kampung, dilihatnya ada seorang anak pengemis yang sedang mengais-ngais sampah di tempat sampah untuk mendapatkan sisa-sisa makanan. Tergerak oleh belas kasihan, raja itu memerintahkan kepada pengawalnya untuk membawa anak itu keistana.
Raja berkenan mengangkat anak itu menjadi anaknya.
Malam itu ketika Sang Raja dan Permaisurinya santap malam. Anak angkat barunya, yang sudah dimandikan dan diberi pakaian baru, diajak bersama santap malam. Terbiasa dengan kehidupan lamanya, anak itu makan dengan tergesa-gesa, comot sana, comot sini dengan tidak tahu aturan.
Namun Sang Raja dan Permaisuri dengan sabar mengajarkan kepada anak itu tata cara makan yang baik.
"Nak, engkau di sini tidak perlu takut tidak mendapat bagian, tidak perlu tergesa-gesa, semuanya tersedia dengan cukup. Begini cara memegang sendok dan garpu. Begini cara mengambil nasi. Begini cara mengambil lauk. Semuanya ada aturannya. Jangan sembarangan mengambil dengan sendokmu".
Pada suatu hari, Sang Raja mengadakan perjalanan dengan keretanya dan anak itu diajak serta. Di kiri-kanan jalan rakyat menyambut mereka dengan penuh antusias. Sang Raja menyambut dengan gembira lambaian tangan rakyatnya.
Namun Sang Raja keheranan memperhatikan anak angkatnya. Dia tidak mempedulikan orang-orang yang menyambutnya. Malahan setiap melewati tempat pembuangan sampah, anak itu ingin turun dari keretanya.
Sang Raja selalu melarang anak itu turun dari kereta, setiap mereka melewati tempat sampah.
"Nak engkau sekarang anak terhormat , tidak perlu engkau mencari makan ditempat sampah lagi. Lupakan masa lalumu. Hiduplah seperti orang terhormat ".
Renungan :
Kehidupan kita, kadang seperti anak raja itu. Kita yang melalui pemberian nama dari orang tua dan hakekah yang secara resmi menjadi muslim , namun masih cenderung untuk kembali ke kehidupan lama kita "mengais-ngais sampah".
Datang kepada dukun, tukang ramal, orang "pintar" dsb, untuk minta "ilmu",zimat dsb. Lupakah anda, bahwa anda itu " orang terhormat " ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan beri Komentar sehat dan membangun