"Dengan ILMU hidup menjadi MUDAH, dengan IMAN hidup menjadi TERARAH dengan SENI hidup menjadi INDAH" Dari berbagai sumber.... semoga bermanfaat
Sabtu, 27 September 2008
HATI SEORANG AYAH
Suatu ketika, ada seorang anak wanita bertanya kepada
Ayahnya,
tatkala tanpa sengaja dia melihat Ayahnya sedang
mengusap wajahnya yang
mulai berkerut-merut dengan badannya yang
terbungkuk-bungkuk, disertai
suara batuk-batuknya. Anak wanita itu bertanya pada
ayahnya: Ayah ,
mengapa wajah Ayah kian berkerut-merut dengan badan
Ayah yang kian hari
kian terbungkuk?" Demikian pertanyaannya, ketika
Ayahnya sedang santai
di beranda.
Ayahnya menjawab : "Sebab aku Laki-laki." Itulah
jawaban
Ayahnya. Anak wanita itu berguman : " Aku tidak
mengerti."
Dengan kerut-kening karena jawaban Ayahnya membuatnya
tercenung rasa
penasaran. Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya
rambut anak wanita
itu, terus menepuk nepuk bahunya, kemudian Ayahnya
mengatakan : "Anakku,
kamu memang belum mengerti tentang Laki-laki."
Demikian bisik Ayahnya,
membuat anak wanita itu tambah kebingungan.
Karena penasaran, kemudian anak wanita itu
menghampiri Ibunya
lalu bertanya :"Ibu mengapa wajah ayah menjadi
berkerut-merut dan
badannya kian hari kian terbungkuk? Dan sepertinya
Ayah menjadi
demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit?"
Ibunya menjawab: "Anakku, jika seorang Laki-laki yang
benar
benar bertanggung jawab terhadap keluarga itu memang
akan demikian."
Hanya itu jawaban Sang Bunda.
Anak wanita itupun kemudian tumbuh menjadi dewasa,
tetapi dia
tetap saja penasaran.
Hingga pada suatu malam, anak wanita itu bermimpi. Di
dalam mimpi itu
seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut,
namun jelas sekali.
Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu
ternyata suatu rangkaian
kalimat sebagai jawaban rasa penasarannya selama ini.
"Saat Ku-ciptakan Laki-laki, aku membuatnya sebagai
pemimpin
keluarga serta sebagai tiang penyangga dari bangunan
keluarga, dia
senantiasa akan menahan setiap ujungnya, agar
keluarganya merasa aman
teduh dan terlindungi. "
"Ku-ciptakan bahunya yang kekar & berotot untuk
membanting
tulang menghidupi seluruh keluarganya & kegagahannya
harus cukup kuat
pula untuk melindungi seluruh keluarganya. "
"Ku-berikan kemauan padanya agar selalu berusaha
mencari sesuap
nasi yang berasal dari tetesan keringatnya sendiri
yang halal dan
bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun
seringkali dia
mendapatkan cercaan dari anak-anaknya. "
"Kuberikan Keperkasaan & mental baja yang akan
membuat dirinya
pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan
kulitnya tersengat
panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan
badannya basah kuyup
kedinginan karena tersiram hujan dan hembusan angin,
dia relakan tenaga
perkasanya terkuras demi keluarganya & yang selalu
dia ingat, adalah
disaat semua orang menanti kedatangannya dengan
mengharapkan hasil dari
jerih payahnya."
"Ku berikan kesabaran, ketekunan serta keuletan yang
akan
membuat dirinya selalu berusaha merawat & membimbing
keluarganya tanpa
adanya keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan
hidupnya keletihan dan
kesakitan kerap kali menyerangnya. "
"Ku berikan perasaan keras dan gigih untuk berusaha
berjuang
demi mencintai & mengasihi keluarganya, didalam
kondisi & situasi apapun
juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai
perasaannya melukai
hatinya. Padahal perasaannya itu pula yang telah
memberikan perlindungan
rasa aman pada saat dimana anak-anaknya tertidur
lelap. Serta sentuhan
perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila
saat dia sedang
menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling
menyayangi &
mengasihi sesama saudara."
"Ku-berikan kebijaksanaan & kemampuan padanya untuk
memberikan
pengetahuan padanya untuk memberikan pengetahuan &
menyadarkan, bahwa
Istri yang baik adalah Istri yang setia terhadap
Suaminya, Istri yang
baik adalah Istri yang senantiasa menemani. &
bersama-sama menghadapi
perjalanan hidup baik suka maupun duka, walaupun
seringkali
kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan
yang diberikan kepada
Istri, agar tetap berdiri, bertahan, sejajar & saling
melengkapi serta
saling menyayangi."
"Ku-berikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti
bahwa
Laki-laki itu senantiasa berusaha sekuat daya
pikirnya untuk mencari &
menemukan cara agar keluarganya bisa hidup di dalam
keluarga bahagia &
BADANNYA YANG TERBUNGKUK agar dapat membuktikan,
bahwa sebagai laki-laki
yang bertanggungjawab terhadap seluruh keluarganya,
senantiasa berusaha
mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya,
kekuatannya,
keuletannya demi kelangsungan hidup keluarganya. "
"Ku-berikan Kepada Laki-laki tanggung jawab penuh
sebagai
Pemimpin keluarga, sebagai Tiang penyangga, agar
dapat dipergunakan
dengan sebaik-baiknya. dan hanya inilah kelebihan
yang dimiliki oleh
laki-laki, walaupun sebenarnya tanggung jawab ini
adalah Amanah di Dunia
& Akhirat."
Terbangun anak wanita itu, dan segera dia berlari,
berlutut &
berdoa hingga menjelang subuh. Setelah itu dia
hampiri bilik Ayahnya
yang sedang berdoa, ketika Ayahnya berdiri anak
wanita itu merengkuh dan
mencium telapak tangan Ayanya. " AKU MENDENGAR &
MERASAKAN BEBANMU,
AYAH."
Dunia ini memiliki banyak keajaiban, segala ciptaan
Tuhan yang begitu
agung,
tetapi tak satu pun yang dapat menandingi keindahan
tangan Ayah... With
Love
to All Father " JIKA KAMU MENCINTAI Ayah mu /
sekarang merasa sebagai
AYAH KIRIMLAH CERITA INI KEPADA ORANG
LAIN, AGAR SELURUH ORANG DIDUNIA INI DAPAT MENCINTAI
DAN MENYAYANGI
AYAHNYA & Dan Mencintai Kita Sebagai Seorang Ayah
". Note: Berbahagialah yang masih memiliki Ayah. Dan
lakukanlah yang
terbaik
untuknya.... ......... ......... ......... .....
Berbahagialah yang merasa sebagai ayah. Dan
lakukanlah yang
terbaik
Buat keluarga kita........ ......... .........
Mengakui Kegagalan
“Kita harus bersedia menerima kegagalan sebagai peluang untuk belajar, berkembang, memperbaiki diri, membuat permulaan baru, dan bahkan mengakhiri keterpurukan dan sikap menyerah kita.”
-- Charles W. McCoy Jr., dalam bukunya 'Why Didn’t I Think of That'
DIA sungguh seksi. Bening dan menggairahkan. Siapa pun yang melihatnya, pasti ingin menjamahnya. Jangan salah, dia bukanlah seorang gadis. Dia bernama Macintosh. Tak ada yang menyangkal dengan kecantikan dan kecanggihan komputer keluaran dari Apple tersebut. Tapi, siapa dapat menduga, perusahaan ini tumbuh dari sebuah kegagalan. Tidak saja dalam menciptakan alat tersebut, tapi juga lika-liku laki-laki si pemiliknya, Steve Jobs.
Sekarang marilah kita kembali ke tahun 1976. Dan tengoklah ke dalam garasi milik keluarga Jobs. Di sana, dua anak muda yang kebetulan sama-sama bernama Steve, yaitu Jobs dan Wozniak, tengah asyik mengutak-atik komputer yang bernama Apple 1.
Singkat cerita, perusahaan ini berkembang seperti pohon rambutan di musim panas. Cepat berbuah dan manis. Hasilnya, perusahaan ini tumbuh pesat menjadi a big company. Jobs pun merasa tidak kuasa lagi mengendalikannya. Pada 1983, dia merekrut John Sculley, dari perusahaan Pepsi-Cola, untuk memimpin Apple Computer.
Sculey memang pemimpin jempolan. Dia sendiri kemudian menemukan ketidakcocokan dengan Jobs, yang mudah emosi dan berubah pikiran. Dua tahun kemudian, karena banyak ulah, dia pun memecat Jobs dari jabatannya dan mengusirnya dari Apple.
Tragis nian. Orang yang mendirikan perusahaan ternyata harus hengkang dari rumahnya sendiri. Sedih? So pasti. Tak hanya menyesal seumur-umur, Jobs pun mengakui kegagalannya selama memimpin di Apple. Walau sudah begitu, keinginan untuk kembali ke Apple ditolak oleh para petingginya.
Namun Jobs tak berlama-lama merenungi kegagalannya. Setelah keluar dari Apple, ia mendirikan sebuah perusahaan komputer lagi, NeXT Computer, yang juga tergolong maju dalam hal teknologi. Meski pun canggih, NeXT tidak pernah menjadi terkenal, kecuali di lingkup riset sains.
Di tahun 1986, Jobs bersama Edwin Catmull mendirikan Pixar, sebuah studio animasi komputer di Emeryville, California. Satu dekade kemudian, Pixar berkembang menjadi terkenal dan berhasil dengan film terobosannya, Toy Story. Sejak saat itu Pixar telah menelurkan film-film yang memenangkan Academy Award, seperti Finding Nemo dan The Incredibles. Perusahaan itu kemudian membeli NeXT seharga US$429 juta di tahun 1996. Dan di tahun itu pula, Apple membawa Jobs kembali ke perusahaan yang ia dirikan.
Kisah Jobs menjadi teramat manis. Dia merupakan sedikit orang yang gagal dalam pendidikan. Dia tak pernah tamat kuliah, namun berhasil menjadi satu CEO tersukses.
Itulah sekelumit cerita mengenai kegigihan Steve Jobs, pendiri Apple. Ketika memberikan pidato di Stanford University, Juni 2005, Jobs berterus terang soal kegagalannya di Apple, katanya, ”Saya gagal mengambil kesempatan.” Lebih lanjut, Jobs mengatakan, ”Apa yang terjadi di Apple sedikit pun tak mengubah saya. Saya telah ditolak, namun saya tetap cinta. Maka, saya memutuskan untuk mulai lagi dari nol.” Dari cerita ini tergambar jelas, Jobs tak malu mengakui kegagalannya. Ia tak mau menyerah begitu saja. Kemudian Jobs memperbaiki dan mengevaluasi kegagalannya untuk kemudian meraih sukses di tahun-tahun berikutnya.
Bagaimana dengan kita? Tentunya kita sering kali mendapatkan kegagalan. Dalam hal apa saja. Termasuk mungkin, gagal dalam cinta. Gagal dalam berbisnis. Gagal dalam pekerjaan. Gagal dalam mendidik anak. Atau bahkan, gagal dalam membina rumah tangga.
Sejatinya, kegagalan merupakan suatu hal yang manusiawi. Kegagalan bukanlah sesuatu hal yang buruk. Jadi, mengapa harus malu. Masalahnya, apakah kita berani untuk mengakui suatu kegagalan.
Mengakui kegagalan memang bukanlah perkara yang mudah. Orang yang dengan tulus mengakui kegagalannya, sudah tentu memiliki jiwa besar. Karena tidak mudah untuk mengakui suatu kegagalan, maka diperlukan tingkat keberanian tersendiri dan kejujuran yang paling dalam.
Mengakui kegagalan juga membuka peluang alternatif terbukanya jalan lain. Kita pun tak hanya terpaku pada satu jalan. Dan seperti yang dialami Jobs, mengakui kegagalan juga memberikan pelajaran yang lebih baik lagi untuk tidak mengulangi kesalahan pada hal yang sama.
Ketika kita mengakui kegagalan, niscaya kita akan melihat seluruh perjalanan yang sudah kita lalui dengan jernih. Alhasil, langkah untuk memperbaikinya dan mengubahnya menjadi lebih ringan dilakukan. Namun tentu saja, hal itu harus dibarengi dengan langkah-langkah untuk membuat perubahan. Setelah mengetahui letak kesalahannya, langkah selanjutnya yang ditempuh ialah mengatur kembali rencana berikutnya.
Mengakui kegagalan, bukanlah ’gagal, titik sampai disini’. Bukan titik, melainkan koma. Mengakui kegagalan bukanlah suatu pemberhentian akhir, melainkan suatu terminal transit menuju perjalanan berikutnya yang lebih baik. (150908)
Sumber: Mengakui Kegagalan oleh Sonny Wibisono, penulis, tinggal di Jakarta
-- Charles W. McCoy Jr., dalam bukunya 'Why Didn’t I Think of That'
DIA sungguh seksi. Bening dan menggairahkan. Siapa pun yang melihatnya, pasti ingin menjamahnya. Jangan salah, dia bukanlah seorang gadis. Dia bernama Macintosh. Tak ada yang menyangkal dengan kecantikan dan kecanggihan komputer keluaran dari Apple tersebut. Tapi, siapa dapat menduga, perusahaan ini tumbuh dari sebuah kegagalan. Tidak saja dalam menciptakan alat tersebut, tapi juga lika-liku laki-laki si pemiliknya, Steve Jobs.
Sekarang marilah kita kembali ke tahun 1976. Dan tengoklah ke dalam garasi milik keluarga Jobs. Di sana, dua anak muda yang kebetulan sama-sama bernama Steve, yaitu Jobs dan Wozniak, tengah asyik mengutak-atik komputer yang bernama Apple 1.
Singkat cerita, perusahaan ini berkembang seperti pohon rambutan di musim panas. Cepat berbuah dan manis. Hasilnya, perusahaan ini tumbuh pesat menjadi a big company. Jobs pun merasa tidak kuasa lagi mengendalikannya. Pada 1983, dia merekrut John Sculley, dari perusahaan Pepsi-Cola, untuk memimpin Apple Computer.
Sculey memang pemimpin jempolan. Dia sendiri kemudian menemukan ketidakcocokan dengan Jobs, yang mudah emosi dan berubah pikiran. Dua tahun kemudian, karena banyak ulah, dia pun memecat Jobs dari jabatannya dan mengusirnya dari Apple.
Tragis nian. Orang yang mendirikan perusahaan ternyata harus hengkang dari rumahnya sendiri. Sedih? So pasti. Tak hanya menyesal seumur-umur, Jobs pun mengakui kegagalannya selama memimpin di Apple. Walau sudah begitu, keinginan untuk kembali ke Apple ditolak oleh para petingginya.
Namun Jobs tak berlama-lama merenungi kegagalannya. Setelah keluar dari Apple, ia mendirikan sebuah perusahaan komputer lagi, NeXT Computer, yang juga tergolong maju dalam hal teknologi. Meski pun canggih, NeXT tidak pernah menjadi terkenal, kecuali di lingkup riset sains.
Di tahun 1986, Jobs bersama Edwin Catmull mendirikan Pixar, sebuah studio animasi komputer di Emeryville, California. Satu dekade kemudian, Pixar berkembang menjadi terkenal dan berhasil dengan film terobosannya, Toy Story. Sejak saat itu Pixar telah menelurkan film-film yang memenangkan Academy Award, seperti Finding Nemo dan The Incredibles. Perusahaan itu kemudian membeli NeXT seharga US$429 juta di tahun 1996. Dan di tahun itu pula, Apple membawa Jobs kembali ke perusahaan yang ia dirikan.
Kisah Jobs menjadi teramat manis. Dia merupakan sedikit orang yang gagal dalam pendidikan. Dia tak pernah tamat kuliah, namun berhasil menjadi satu CEO tersukses.
Itulah sekelumit cerita mengenai kegigihan Steve Jobs, pendiri Apple. Ketika memberikan pidato di Stanford University, Juni 2005, Jobs berterus terang soal kegagalannya di Apple, katanya, ”Saya gagal mengambil kesempatan.” Lebih lanjut, Jobs mengatakan, ”Apa yang terjadi di Apple sedikit pun tak mengubah saya. Saya telah ditolak, namun saya tetap cinta. Maka, saya memutuskan untuk mulai lagi dari nol.” Dari cerita ini tergambar jelas, Jobs tak malu mengakui kegagalannya. Ia tak mau menyerah begitu saja. Kemudian Jobs memperbaiki dan mengevaluasi kegagalannya untuk kemudian meraih sukses di tahun-tahun berikutnya.
Bagaimana dengan kita? Tentunya kita sering kali mendapatkan kegagalan. Dalam hal apa saja. Termasuk mungkin, gagal dalam cinta. Gagal dalam berbisnis. Gagal dalam pekerjaan. Gagal dalam mendidik anak. Atau bahkan, gagal dalam membina rumah tangga.
Sejatinya, kegagalan merupakan suatu hal yang manusiawi. Kegagalan bukanlah sesuatu hal yang buruk. Jadi, mengapa harus malu. Masalahnya, apakah kita berani untuk mengakui suatu kegagalan.
Mengakui kegagalan memang bukanlah perkara yang mudah. Orang yang dengan tulus mengakui kegagalannya, sudah tentu memiliki jiwa besar. Karena tidak mudah untuk mengakui suatu kegagalan, maka diperlukan tingkat keberanian tersendiri dan kejujuran yang paling dalam.
Mengakui kegagalan juga membuka peluang alternatif terbukanya jalan lain. Kita pun tak hanya terpaku pada satu jalan. Dan seperti yang dialami Jobs, mengakui kegagalan juga memberikan pelajaran yang lebih baik lagi untuk tidak mengulangi kesalahan pada hal yang sama.
Ketika kita mengakui kegagalan, niscaya kita akan melihat seluruh perjalanan yang sudah kita lalui dengan jernih. Alhasil, langkah untuk memperbaikinya dan mengubahnya menjadi lebih ringan dilakukan. Namun tentu saja, hal itu harus dibarengi dengan langkah-langkah untuk membuat perubahan. Setelah mengetahui letak kesalahannya, langkah selanjutnya yang ditempuh ialah mengatur kembali rencana berikutnya.
Mengakui kegagalan, bukanlah ’gagal, titik sampai disini’. Bukan titik, melainkan koma. Mengakui kegagalan bukanlah suatu pemberhentian akhir, melainkan suatu terminal transit menuju perjalanan berikutnya yang lebih baik. (150908)
Sumber: Mengakui Kegagalan oleh Sonny Wibisono, penulis, tinggal di Jakarta
Mengolah Kebakaran Menjadi Keteduhan
Teriakan "kebakaran, kebakaran" merupakan ekspresi panik tiap
manusia yang rumahnya terbakar.
Hal serupa juga terjadi dalam peradaban manusia. Di mana- mana
terjadi kebakaran. Jangankan pengusaha dan politisi yang dari
asalnya sudah dibakar uang dan kekuasaan, para intelektual, seniman,
bahkan dalam beragama pun banyak manusia terbakar. Jangankan negara
berkembang yang baru mengenal pendidikan dan demokrasi, AS yang
duduk lama sebagai guru dunia mengalami ribuan kasus pelecehan agama
setiap tahun.
Akibatnya, sejarah seperti bergerak dari satu kebakaran ke kebakaran
lain. Bunda Theresa punya pendapat menarik, The problem of the world
is that we draw too narrow line on our concept of family. Tidak saja
dalam konsep keluarga manusia mengalami penyempitan dan kepicikan,
nyaris dalam segala hal terjadi penyempitan dan kepicikan. Dulu,
hubungan sepupu itu dekat. Kini, banyak orang yang bersaudara
kandung pun menjadi jauh. Dulu, begitu mudah membuat keputusan untuk
kepentingan bersama. Kini, yang sederhana pun dibikin rumit.
Akibatnya, terlalu banyak titik api dalam kehidupan manusia.
Api menjadi air
Salah satu perlambang alam yang membawa kesejukan adalah air yang
secara kimiawi dirumuskan, H20. Hidrogen adalah bahan yang mudah
terbakar. 0ksigen adalah yang memungkinkan kebakaran terjadi.
Uniknya, ketika dua bahan sama-sama dekat api ini tepat diramu, ia
menjadi air yang sejuk, teduh, dan lembut.
Ini memberi inspirasi, lingkungan boleh penuh kebakaran, zaman boleh
berputar putaran yang banyak apinya, tetapi bila semua diolah secara
tepat, manusia bisa mengalami hidup penuh keteduhan, kesejukan.
Perhatikan banyak manusia yang tekun berlatih di jalan spiritual
(zikir, kontemplasi, yoga, meditasi, dan lain-lain) sebelum berlatih
banyak yang hidupnya terbakar. Namun, bahan-bahan kehidupan yang
membakar itu diolah dengan latihan spiritual, banyak yang hidupnya
menjadi teduh, sejuk, dan lembut.
Pema Chodron dalam When Things Fall Apart adalah contoh indah.
Setelah 20 tahun lebih sebagai ibu rumah tangga, tiba-tiba hidupnya
terbakar perceraian. Kebakaran ini membawanya berkenalan dengan
meditasi. Di pusat-pusat meditasi umumnya, tangga pertama adalah
etika dan tata susila. Ketekunan latihan yang dibimbing etika
menghantar seseorang mengalami konsentrasi (semadi). Ia yang sering
mengalami konsentrasi, suatu saat dibukakan pintu sejuk
kebijaksanaan. Dalam pengalaman Pema Chodron, tak saja hidupnya
menjadi sejuk dan lembut, bahkan diakui sebagai salah satu
meditation master.
Thich Nhat Hanh dalam retretnya pernah cerita sampah dan bunga.
Manusia yang terbakar punya ciri sama: serakah mau bunga,
mencampakkan sampah. Menerima teman membuang musuh. Teman ibarat
bunga, musuh ibarat sampah. Bunga yang tidak terawat baik besok jadi
sampah. Sampah (asal bisa merawatnya) akan menjadi bunga.
Cara terbaik mengolah sampah kehidupan menjadi bunga indah kehidupan
adalah dengan menerapkan etika dan tata susila. Hentikan kejahatan,
perbanyak kebajikan, murnikan pikiran. Tidak kebetulan jika kemudian
kata sila dalam bahasa Sansekerta berarti kekuatan yang membuat
seseorang menjadi sejuk dan lembut.
Tidak sedikit guru yang menyebut ini sebagai jantung spiritualitas:
bersihkan batin dari segala kekotoran (keserakahan, kemarahan,
kebencian), lalu lihat dan rasakan sendiri bagaimana pintu keteduhan
terbuka.
Memberi itu menyejukkan
Menyusul berita perampokan disertai pembunuhan di Jawa Tengah,
seorang guru di Mendut ditanya muridnya apakah beliau mengenal
korban perampokan. Guru ini menjawab dengan lembut, "Sakit fisik
(sebagaimana dialami korban perampokan) menimbulkan rasa kasihan.
Sakit mental (sebagai sebab seseorang merampok) menimbulkan
kebencian. Rasa kasihan maupun kebencian, keduanya kekotoran batin.
Pancarkan sinar kasih pada keduanya." Inilah ciri manusia yang sudah
bisa mengolah kebakaran menjadi keteduhan: tidak serakah memilih
baik di atas buruk, lalu memancarkan sinar kasih kepada siapa saja.
Dalam pemahaman seperti ini, masalah akan datang, godaan juga
berkunjung, tetapi yang penting adalah bagaimana mengolahnya. Thich
Nhat Hanh mengajarkan, saat hidup penuh bunga (baca: kaya, dipuja),
jangan lupa semua bunga akan jadi sampah. Bila hidup penuh sampah
(baca: cacian, hujatan), ingatlah untuk mengolahnya menjadi bunga.
Di tangan manusia yang cermat, sampah diolah menjadi bunga. Tak
setitik debu pun tidak berguna. Larry Rosenberg memberi judul
karyanya Living in the light of death. Dalam batin jenis ini,
kematian pun menjadi cahaya penerang perjalanan. Perhatikan
kesimpulan Larry Rosenberg: "The awakened mind is the mind that is
intimate with all things". Batin tercerahkan adalah batin yang
bersahabat dengan semua, termasuk dengan kematian.
Seorang wartawati AS yang bertugas ke Israel berjumpa dengan orang
yang berdoa menghadap tembok pada pagi-sore tanpa henti setiap hari.
Saat ditanya sudah berapa lama berdoa seperti ini, ia menjawab lebih
dari 25 tahun. Saat ditanya hasilnya, ia bergumam: "ada yang berdoa
saja dunia seperti ini, tidak terbayang wajah kehidupan bila tidak
ada yang berdoa". Inilah wajah lain batin yang sejuk: berdoa untuk
keselamatan semua.
Sejumlah sahabat bertanya, ada apa di Bali sehingga mudah
menimbulkan kedamaian. Sebagaimana diajarkan tetua di Bali, hidup
adalah persembahan. Untuk itu, mengerti tidak mengerti, berbuah
tidak berbuah, ribuan orang Bali melakukan persembahan setiap hari.
Tidak hanya sesajen sebagai persembahan, bertani, menari, memukul
gamelan, semua adalah persembahan.
Dalam klasifikasi sederhana, persembahan luar (outer offering)
adalah sesajen. Persembahan dalam (inner offering) adalah pikiran,
kata-kata, dan tindakan yang teduh. Persembahan terdalam (innermost
offering) hanya boleh diceritakan di antara para guru. Yang boleh
dibuka hanya batin jadi teduh. Charlotte Joko Beck dalam Nothing
Special menyimpulkan: practice is giving. Memberikan itu
menyejukkan. Itu sebabnya manusia berlatih berbahagia dalam
memberikan.
Sumber: Mengolah Kebakaran Menjadi Keteduhan oleh Gede Prama,
Bekerja di Jakarta, Tinggal di Desa Tajun Bali Utara
Menyembuhkan Luka Batin
Ada sebuah kisah inspiratif yang saya ambil dari buku pertama saya,
Emotional Quality Management. Kisahnya begini.
"Ada sebuah kisah tentang sebuah rumah. yang kebetulan dihuni seekor
monster yang menetap di ruang bawah tanah. Sang pemilik rumah tahu
tentang kehadiran monster itu. Jika merasa terusik, monster itu akan
keluar menjahati, mengganggu bahkan memangsa siapa pun yang ada di
dalam rumah, kecuali pemilik rumah itu. Hal ini membuat si pemilik
rumah menyatakan perang dengan si monster. Namun, monster itu tak
pernah berhasil diusir keluar. Maka monster itu pun dikurung di
ruang bawah tanah.
Tetapi, monster itu selalu mampu menemukan jalan keluar. Bertahun-
tahun, monster itu selalu mengancam kehidupan pemilik rumah. Hingga
akhirnya, pemilik rumah memutuskan untuk membiarkan monster itu
naik, dan tinggal di ruang dalam. Ruang bawah tanah pun
dihancurkannya. Monster itu, ternyata merasa tidak tahan terus-
terusan tinggal di dalam rumah. Monster itu pun pergi....
Selamanya!"
Kisah di atas saya pakai untuk menggambarkan soal berbagai 'monster'
kepahitan, rasa sakit, luka ataupun kepedihan yang kita simpan terus-
menerus dalam diri kita.
Hikmahnya, selama tidak pernah diselesaikan, kepedihan itu akan
terus-menerus menghantui dan mengganggu kehidupan kita. Itulah
sebabnya, ada benarnya saat Milton Wrad, penulis buku The Brilliant
Function of Pain (Fungsi Brilian dari Rasa Sakit),
mengatakan, "Fearing pain, fighting pain, avoiding pain or ignoring
pain, only increasing it. Flow with it". Artinya, ketakutan pada
rasa sakit, melawan rasa sakit, menghindari rasa sakit dan mengelak
dari rasa sakit hanya akan meningkatkan rasa sakit kita. Mengalirlah
dengan rasa sakit itu. Hal ini terutama benar, khususnya kalau kita
bicara soal rasa sakit emosional.
Setiap orang pastilah pernah memiliki luka emosional. Bagi
segelintir orang, luka tersebut menjadi luka batin berkepanjangan.
Namun, di pihak lain ada yang bisa memilih untuk tidak menjadi
terhambat karena luka-luka tersebut.
Saya ingat, ada dua wanita yang pernah dilecehkan secara seksual
oleh orangtuanya. Satunya hidup menderita dan mulai membenci semua
laki-laki. Satunya lagi, bisa belajar memaafkan dan memulai lembaran
hidup baru dengan lebih berhati-hati memilih pasangan.
Wanita yang kedua ini, bisa kembali menjalani hidupnya secara tegar.
Saat ditanya, bagaimana filosofi hidupnya dan mengapa dia bisa
bertahan, jawabnya sederhana, "Pain is inevitable. Suffering is
optional." (mengalami rasa sakit itu lumrah, tidak akan terhindari.
Tapi menderita itu adalah soal pilihan kita). Sebuah filosofi hidup
yang menarik.
6 Langkah
Nah, memasuki bulan Ramadan ini, ada baiknya juga jika kita
menggunakan momen berharga ini bukan hanya sekadar menahan lapar dan
haus, melainkan juga untuk membereskan luka-luka pada diri kita.
Secara psikologis, ada enam langkah proses penyembuhan luka batin
yang bisa kita lakukan pada diri kita.
Pertama, identifikasi. Yakni mengidentifikasikan kembali isu-isu
lama yang pernah membuat Anda terluka. Banyak orang enggan
melakukannya, karena takut membangunkan 'monster' yang tertidur.
Namun, selama hanya ditimbun dan tidak diselesaikan secara tepat,
maka monster ini akan terus-menerus mencari cara mengganggu
kehidupan kita. Cara terbaik adalah menghadapinya dengan gagah
berani dan sikap yang positif. Itulah sikap terbaik menghadapi luka-
luka lama kita.
Kedua, kaitkan. Tanyakanlah pada diri Anda bagaimana luka-luka batin
itu berpengaruh terhadap kehidupan Anda sekarang. Bagaimanakah hal
itu mengganggu proses Anda sekarang. Kaitkan isu lama Anda dengan
situasi yang Anda alami sekarang.
Biasanya luka batin serta pengalaman tak menyenangkan pada masa
lampau memberikan pengaruh terhadap apa yang terjadi saat ini.
Semakin banyak Anda terpengaruh, semakin Anda perlu membereskan.
Ketiga, pikirkan. Pikirkan apa yang mau diubah. Pikirkan pula, apa
akibatnya bagi diri Anda jika hal tersebut dapat diubah dan
diselesaikan. Pikirkan pula apa akibatnya jika ternyata Anda tidak
mengubahnya sama sekali.
Keempat, afirmasi. Di langkah keempat ini, lakukanlah afirmasi terus-
menerus kepada diri sendiri, bahwa Anda perlu, ingin serta memilih
untuk berubah. Berlajarlah untuk mengatakan, "Luka ini menyiksaku,
tetapi saya lebih kuat dan saya ingin menyelesaikan sehingga luka
ini tidak lagi menghalangi hidupku", Ayo. Diriku lebih kuat dari
luka ini." Saya tidak akan membiarkan luka ini mengganggu hidupku.
Itulah pilihanku".
Kelima, ventilasi emosi. Di sinilah kita ditantang untuk
memventilasikan emosi kita secara positif. Arti sederhananya, Anda
perlu mencari cara untuk menyalurkan kemarahan tersebut secara
sehat. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai aktivitas atau
kegiatan seperti menulis diary, membagikan dengan orang lain,
berbicara dengan seorang ahli, berolah raga, yoga, meditasi, dan
masih banyak aktivitas lainnya.
Akhirnya, tahap keenam penyembuhan. Di sinilah kita mencoba
melakukan proses penyembuhan baik secara mental maupun spiritual.
Dalam tahapan ini, kita bisa membingkai ulang dengan memaknai secara
berbeda apa yang terjadi ataupun mengganti kesan kita yang negatif
soal luka itu, dengan pikiran positif.
Sebenarnya, hingga di langkah keenam ini, kita sudah menyelesaikan
secara pribadi. Namun, jika diperlukan, langkah ini pun bisa
dilanjutkan dengan menyelesaikan hal ini dengan penyebab luka batin
Anda yang masih hidup.
Misalkan ada seorang anak dari istri pertama yang diusir keluar
rumah oleh ayahnya, setelah ayahnya menikah dengan istri kedua. Hal
ini menimbulkan luka batin cukup lama, tapi akhirnya setelah belajar
proses di atas, dia bisa menelepon papa-nya dan mengatakan, "Papa,
meskipun papa pernah usir saya dan saya terluka, saya mau bilang
saya memaafkan papa hari ini." Bertahun-tahun kemudian, saat ditanya
sahabatnya bagaimana dia mampu melakukannya, dia hanya
berkata, "Saya menerima papa untuk menunjukkan bahwa diri saya lebih
baik dari diri papa!"
Dalam kesempatan ini pula, mari kita belajar perlakukan luka batin
kita dengan ramah. Lihat kembali luka itu, dan jangan ditolak.
Belajarlah menerima kenyataaan dan perlakukan rasa sakit kita
tersebut dengan ikhlas. Itu semua adalah pelajaran penting dalam
hidup kita.
Hingga akhirnya, kita harus belajar mengatakan "Terima kasih luka
batinku. Ini nggak nyaman tapi terima kasih. Kau sudah memberikan
pelajaran penting bagi hidupku!". Pada akhirnya, semua luka batin
yang tersembuhkan dalam hidup kita akan menjadi kebijaksanaan yang
penting.
Itulah sebabnya orang mengatakan, "Wisdom is a healed pain".
Begitulah. Rasa sakit dan luka batin yang telah disembuhkan, akan
menjadi kebijaksanaan baru buat kita! Selamat menjalankan ibadah
puasa dengan hati yang damai.
Sumber: Menyembuhkan Luka Batin oleh Anthony Dio Martin, Managing Director HR Excellency
Kandungan Kimia Botol Bayi Berbahaya
TEMPO Interaktif , New York: Kalau anda masih memberikan susu bayi dengan botol, sebaiknya kini berpikir ulang. Dalam penelitian di Amerika baru-baru ini, bisphenol A, salah satu bahan kimia yang digunakan untuk membuat botol bayi dan minuman soda dinyatakan berbahaya untuk kesehatan anak-anak dan masih memerlukan penelitan lebih dalam untuk bisa dipastikan aman digunakan.
Tes terhadap hewan telah menunjukkan efek yang berbahaya dari kandungan kimia bahan ini, yang terkenal disebut BPA. The National Toxicology Program melaporkan resiko bahan kimia ini terhadap anak-anak. Orang tua disarankan membatasi penggunaan botol-botol ini dalam keluarga mereka, tapi institusi ini belum merekomendasikan perubahan standar kesehatan Amerika.
Dalam penelitian ini, versi terakhirnya telah dilaporkan sejak April, yang menggarisbawahi perbedaan dengan pernyataan pemerintah mengenai standar keamanan zat kimia ini. Staf dari Administrasi Makanan dan Obat mengatakan bahwa laporan terakhir bulan lalu ada selisih perbedaan keamanan untuk bisphenol A ketika digunakan dalam produk yang kontak dengan makanan.
“Tidak tertutup kemungkinan BPA mempunyai efek terhadap kesehatan manusia,” ujar John Bucher, Direktur Toxicology Group. Dalam pernyataannya, Bucher menambahkan bahwa melihat perkembangan pengaruh bisphenol A terhadap hewan, yang mempunyai tingkat sama dengan manusia.
Sementara pada Apri lalu, Kanada menjadi negara pertama yang memastikan label bisphenol A adalah racun dan melarang penggunaannya di botol bayi. Sedangkan Senator dari Partai Demokrat di New York Charles Schumer mengaku akan memperhatikan masalah ini dan mengharapkan bahan kimia ini tidak digunakan dalam produk anak-anak. “Tapi butuh penelitian yang lebih detil dan jelas.”
Bisphenol A sendiri sesudah jamak digunakan pada produk botol-botol bayi dan minuman soda. Perusahaan minuman soda menggunakan bahan ini untuk melindungi minuman bersentuhan langsung dengan alumunium.
Bangkitkan Semangat Mencapai Kemakmuran dengan Visi
Bangkitkan Semangat Mencapai Kemakmuran dengan Visi
"Where there is no vision, the people perish/ die.
– Ketiadaan visi membuat manusia mati."
~ King Solomon
Saya terinspirasi begitu besarnya kekuatan visi ketika saya
menyaksikan semangat bangsa China menyambut Olimpiade Beijing 2008
yang sangat luar biasa. Semangat dan kesatuan mereka membuat
presiden Perancis, Nicolas Sarkozy, berkomentar, "Ini (olimpiade)
bagi rakyat China adalah acara yang sangat berarti."
Dulu China adalah negara yang sangat konservatif terhadap budaya
asing. Tetapi beberapa tahun belakangan negeri tersebut sudah mulai
terbuka terhadap masuknya budaya asing. Ajang olahraga olimpiade
menjadi salah satu bukti sikap terbuka bangsa tersebut menerima
dunia luar dan menjadi bagian dari era globalisasi.
Seluruh masyarakat dari anak-anak sampai lansia ingin menyukseskan
agenda penting pemerintah China tersebut. Menjelang olimpiade
digelar sejumlah aturan sudah diterapkan di Beijing, ibu kota China.
Aturan tersebut diantaranya adalah dilarang mengupil, menguap,
menggaruk kepala saat berbicara dengan orang asing, selalu
tersenyum, dan diminta selalu mengatakan `kamu sungguh luar biasa'.
Bahkan beberapa kali sudah diselenggarakan kampanye mengubah
kebiasaan buruk warga Beijing. Seluruh wargapun mendukung kampanye
tersebut, karena dianggap sangat membantu terciptanya budaya
berperilaku baik. Ketika saya baru tiba di kota tersebut, saya
terkesan dari cara mereka menyambut tamu asing karena begitu banyak
kemajuan positif.
Kesungguhan pemerintah China menyukseskan olimpiade yang mulai
digelar 8 Agustus mendatang diikuti keputusan pemerintah setempat
menarik 1 juta mobil dari jalanan selama 4 hari, dari tanggal 17-20
Agustus 2008. Langkah tersebut merupakan upaya untuk memperbaiki
kualitas udara di Beijing. Beberapa upaya lain juga dilakukan untuk
mengatasi polusi sebelum dan selama olimpiade digelar.
Tak heran jika jalan-jalan dan fasilitas-fasilitas umum di sana
terlihat sangat bersih. Ini menunjukkan antusiasme warga menyambut
penyelenggaran olimpiade tersebut. Alangkah besar kekuatan sebuah
visi, sampai-sampai semua orang di China dengan suka rela
menjalankan budaya yang lebih baik.
Visi adalah sumber semangat untuk melakukan yang terbaik dan
berusaha sekeras mungkin untuk lebih maju. Bill gates
mengatakan, "If you have a clear vision, you'll even forget your
breakfast. – Jika Anda mempunyai visi yang jelas, mungkin Anda akan
lupa sarapan." Lantas saya berpikir mengapa kita tidak mencontoh
bagaimana bangsa China begitu bersemangat melakukan banyak perubahan
demi tercapainya sebuah visi.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa tantangan hidup akhir-akhir
ini semakin sulit. Kenaikan harga BBM diklaim sebagai biang atau
penyebab kehidupan masyarakat lebih berat. Padahal sangat kecil
kemungkinan BBM bakal turun harga. Lalu apakah artinya tak akan
pernah ada harapan kehidupan kita lebih baik?
Tentu saja semua orang tak ingin kehidupannya terus terpuruk.
Bukankah hidup makmur adalah keinginan semua orang? Mengapa tidak
kita manfaatkan keinginan tersebut sebagai visi untuk membangkitkan
semangat juang kita?
Visi mampu berfungsi sebagai sumber semangat jika kita memiliki
keyakinan akan adanya harapan kehidupan yang lebih baik jika kelak
berhasil mencapai visi tersebut. Keyakinan adalah sumber semangat
yang tidak akan pernah padam untuk terus melakukan sesuatu walaupun
harus menghadapi banyak kesulitan.
Di China semua orang antusias melakukan banyak program menjelang
olimpiade misalnya fashions show olimpiade, pawai obor, dan lain
sebagainya. Semangat mereka begitu besar, walaupun di negeri
tersebut sebenarnya sempat terjadi konflik di Tibet, protes dari
luar negri tentang penegakan HAM, bencana banjir, dan gempa bumi di
Sichuan. Semangat mereka melaksanakan berbagai agenda kegiatan
dikarenakan mereka begitu menginginkan olimpiade tersebut
terselenggara dengan baik.
Menciptakan kemakmuran hanya dapat dicapai dengan melakukan
perubahan-perubahan positif, yaitu perubahan yang membuat kita cepat
mengidentifikasi sekaligus menyelesaikan masalah yang menghalangi
tujuan kita mencapai kemakmuran. Bila visi itu sudah menjadi bagian
dari emosi kita, maka kita akan bersemangat melakukan perubahan,
misalnya melakukan peningkatan etos kerja, moralitas, kreativitas,
integritas, spiritual, toleransi, keahlian atau intelektual, dan
lain sebagainya.
Itulah kesan tentang kedahsyatan sebuah visi yang saya rasakan di
China, khususnya di Beijing menjelang penyelenggaraan olimpiade.
Alangkah beruntungnya bila kita juga dapat memanfaatkan kekuatan
visi untuk membangkitkan semangat juang dan melakukan perubahan.
Karena semangat adalah satu diantara beberapa modal maya penting
untuk meraih kemakmuran.[aho]
Sumber: Bangkitkan Semangat Mencapai Kemakmuran dengan Visi oleh
Andrew Ho, seorang pengusaha, motivator, dan penulis buku-buku best
seller.
"Where there is no vision, the people perish/ die.
– Ketiadaan visi membuat manusia mati."
~ King Solomon
Saya terinspirasi begitu besarnya kekuatan visi ketika saya
menyaksikan semangat bangsa China menyambut Olimpiade Beijing 2008
yang sangat luar biasa. Semangat dan kesatuan mereka membuat
presiden Perancis, Nicolas Sarkozy, berkomentar, "Ini (olimpiade)
bagi rakyat China adalah acara yang sangat berarti."
Dulu China adalah negara yang sangat konservatif terhadap budaya
asing. Tetapi beberapa tahun belakangan negeri tersebut sudah mulai
terbuka terhadap masuknya budaya asing. Ajang olahraga olimpiade
menjadi salah satu bukti sikap terbuka bangsa tersebut menerima
dunia luar dan menjadi bagian dari era globalisasi.
Seluruh masyarakat dari anak-anak sampai lansia ingin menyukseskan
agenda penting pemerintah China tersebut. Menjelang olimpiade
digelar sejumlah aturan sudah diterapkan di Beijing, ibu kota China.
Aturan tersebut diantaranya adalah dilarang mengupil, menguap,
menggaruk kepala saat berbicara dengan orang asing, selalu
tersenyum, dan diminta selalu mengatakan `kamu sungguh luar biasa'.
Bahkan beberapa kali sudah diselenggarakan kampanye mengubah
kebiasaan buruk warga Beijing. Seluruh wargapun mendukung kampanye
tersebut, karena dianggap sangat membantu terciptanya budaya
berperilaku baik. Ketika saya baru tiba di kota tersebut, saya
terkesan dari cara mereka menyambut tamu asing karena begitu banyak
kemajuan positif.
Kesungguhan pemerintah China menyukseskan olimpiade yang mulai
digelar 8 Agustus mendatang diikuti keputusan pemerintah setempat
menarik 1 juta mobil dari jalanan selama 4 hari, dari tanggal 17-20
Agustus 2008. Langkah tersebut merupakan upaya untuk memperbaiki
kualitas udara di Beijing. Beberapa upaya lain juga dilakukan untuk
mengatasi polusi sebelum dan selama olimpiade digelar.
Tak heran jika jalan-jalan dan fasilitas-fasilitas umum di sana
terlihat sangat bersih. Ini menunjukkan antusiasme warga menyambut
penyelenggaran olimpiade tersebut. Alangkah besar kekuatan sebuah
visi, sampai-sampai semua orang di China dengan suka rela
menjalankan budaya yang lebih baik.
Visi adalah sumber semangat untuk melakukan yang terbaik dan
berusaha sekeras mungkin untuk lebih maju. Bill gates
mengatakan, "If you have a clear vision, you'll even forget your
breakfast. – Jika Anda mempunyai visi yang jelas, mungkin Anda akan
lupa sarapan." Lantas saya berpikir mengapa kita tidak mencontoh
bagaimana bangsa China begitu bersemangat melakukan banyak perubahan
demi tercapainya sebuah visi.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa tantangan hidup akhir-akhir
ini semakin sulit. Kenaikan harga BBM diklaim sebagai biang atau
penyebab kehidupan masyarakat lebih berat. Padahal sangat kecil
kemungkinan BBM bakal turun harga. Lalu apakah artinya tak akan
pernah ada harapan kehidupan kita lebih baik?
Tentu saja semua orang tak ingin kehidupannya terus terpuruk.
Bukankah hidup makmur adalah keinginan semua orang? Mengapa tidak
kita manfaatkan keinginan tersebut sebagai visi untuk membangkitkan
semangat juang kita?
Visi mampu berfungsi sebagai sumber semangat jika kita memiliki
keyakinan akan adanya harapan kehidupan yang lebih baik jika kelak
berhasil mencapai visi tersebut. Keyakinan adalah sumber semangat
yang tidak akan pernah padam untuk terus melakukan sesuatu walaupun
harus menghadapi banyak kesulitan.
Di China semua orang antusias melakukan banyak program menjelang
olimpiade misalnya fashions show olimpiade, pawai obor, dan lain
sebagainya. Semangat mereka begitu besar, walaupun di negeri
tersebut sebenarnya sempat terjadi konflik di Tibet, protes dari
luar negri tentang penegakan HAM, bencana banjir, dan gempa bumi di
Sichuan. Semangat mereka melaksanakan berbagai agenda kegiatan
dikarenakan mereka begitu menginginkan olimpiade tersebut
terselenggara dengan baik.
Menciptakan kemakmuran hanya dapat dicapai dengan melakukan
perubahan-perubahan positif, yaitu perubahan yang membuat kita cepat
mengidentifikasi sekaligus menyelesaikan masalah yang menghalangi
tujuan kita mencapai kemakmuran. Bila visi itu sudah menjadi bagian
dari emosi kita, maka kita akan bersemangat melakukan perubahan,
misalnya melakukan peningkatan etos kerja, moralitas, kreativitas,
integritas, spiritual, toleransi, keahlian atau intelektual, dan
lain sebagainya.
Itulah kesan tentang kedahsyatan sebuah visi yang saya rasakan di
China, khususnya di Beijing menjelang penyelenggaraan olimpiade.
Alangkah beruntungnya bila kita juga dapat memanfaatkan kekuatan
visi untuk membangkitkan semangat juang dan melakukan perubahan.
Karena semangat adalah satu diantara beberapa modal maya penting
untuk meraih kemakmuran.[aho]
Sumber: Bangkitkan Semangat Mencapai Kemakmuran dengan Visi oleh
Andrew Ho, seorang pengusaha, motivator, dan penulis buku-buku best
seller.
Menjadi Ibu Rumah Tangga, Berani?
Seorang sahabat mengungkapkan rencananya untuk mengundurkan diri dari
perusahaan tempat kerjanya. Ia merasa tidak takut meninggalkan karirnya
yang sudah belasan tahun dirintisnya dari bawah. "sayang juga
sebenarnya, dan ini merupakan pilihan yang berat, terlebih ketika saya
merasa sudah berada di puncak karir, " ujarnya.
Lalu ke mana setelah resign? "yang ada di pikiran saya saat ini hanya
satu, menjadi ibu rumah tangga. Sudah terlalu lama saya meninggalkan
anak-anak di rumah tanpa bimbingan maksimal dari ibunya. Saya sering
terlalu lelah untuk memberi pelayanan terbaik untuk suami. Bahkan
sebagai bagian dari masyarakat, saya sangat sibuk sehingga hanya sedikit
waktu untuk bersosialisasi dengan tetangga dan warga sekitar"
Tapi, ibu nampaknya masih ragu? "bukan ragu. Saya hanya perlu menata
mental sebelum benar-benar mengambil langkah ini".
"Rasanya masih malu jika suatu saat bertemu dengan teman-teman sejawat
atau rekan bisnis. Saya belum menemukan jawaban yang pas saat mereka
bertanya, "sekarang Anda cuma jadi ibu rumah tangga?"
Saya tersenyum mendengarnya, mencoba memahami kesesakan benaknya saat
itu. Teringat saya dengan seorang sahabat lama yang saat di sebuah forum
wanita karir di Jerman lantang menjawab, "profesi saya ibu rumah tangga,
jika di antara para hadirin ada yang mengatakan bahwa ibu rumah tangga
bukan profesi, saya bisa menjelaskan secara panjang lebar betapa
mulianya profesi saya ini dan tidak cukup waktu satu hari untuk
menjelaskannya".
Luar biasa. Sekali lagi luar biasa. Saya harus hadiahkan acungan jempol
melebihi dari yang saya miliki untuk sahabat yang satu ini. Saya
tuturkan kisah ini kepada sahabat yang sedang menata hati meyakinkan
diri untuk benar-benar menjadi ibu rumah tangga, bahwa ia takkan pernah
menyesali pilihannya itu. Kelak ia akan menyadari bahwa langkahnya itu
adalah keputusan terbaik yang pernah ia tetapkan seumur hidupnya.
Naluri setiap wanita adalah menjadi ibu. Adakah wanita yang benar-benar
tak pernah ingin menjadi ibu? Percayalah, pada fitrahnya wanita akan
lebih senang memilih berada di rumah mendampingi perkembangan
putra-putrinya dari waktu ke waktu. Menjadi yang pertama melihat si
kecil berdiri dan menjejakkan langkah pertamanya. Ia tak ingin anaknya
lebih dulu bisa berucap "mbak" atau "bibi" ketimbang ucapan "mama". Tak
satupun ibu yang tak terenyuh ketika putra yang dilahirkan dari rahimnya
lebih memilih pelukan baby sitter saat menangis mencari kehangatan.
Ibulah yang paling mengerti memberikan yang terbaik untuk anaknya,
karena ia yang tak henti mendekapnya selama dalam masa kandungan.
Sebagian darahnya mengalir di tubuh anaknya. Ia pula yang merasakan
perih yang tak tertahankan ketika melahirkan anaknya, saat itulah
kembang cinta tengah merekah dan binar mata ibu menyiratkan kata, "ini
ibu nak, malaikat yang kan selalu menyertaimu". Cintapun terus mengalir
bersama air kehidupan dari dada sang ibu, serta belai lembut dan kecupan
kasih sayang yang sedetik pun takkan pernah terlewatkan.
Ibu akan menjadi apapun yang dikehendaki. Pemberi asupan gizi, pencuci
pakaian, tukang masak terhebat, perawat di kala sakit, penjaga malam
yang siap siaga, atau pendongeng yang lucu. Kadang berperan sebagai
guru, kadang kala jadi pembantu. Jadi apapun ibu, semuanya dilakukan
tanpa bayaran sepeserpun alias gratis.
Sumber: Menjadi Ibu Rumah Tangga, Berani? oleh Bayu Gawtama
Bersyukur dan Berjuang
Alkisah, di beranda belakang sebuah rumah mewah, tampak seorang anak
sedang berbincang dengan ayahnya. "Ayah, nenek dulu pernah bercerita
kepadaku bahwa kakek dan nenek waktu masih muda sangat miskin, tidak
punya uang sehingga tidak bisa terus menyekolahkan ayah. Ayah pun
harus bekerja membantu berjualan kue ke pasar-pasar."Apa betul
begitu, Yah?" tanya sang anak.
Sang ayah kemudian bertanya, "Memang begitulah keadaannya, Nak.
Mengapa kau tanyakan hal itu anakku?"
Si anak menjawab, "Aku membayangkan saja ngeri, Yah. Lantas, apakah
Ayah pernah menyesali masa lalu yang serba kekurangan, sekolah
rendah dan susah begitu?"
Sambil mengelus sayang putranya, ayah menjawab, "Tidak Nak, ayah
tidak pernah menyesalinya dan tidak akan mau menukar dengan apa pun
masa lalu itu. Bahkan, ayah mensyukurinya. Karena, kalau tidak ada
penderitaan seperti itu, mungkin ayah tidak akan punya semangat
untuk belajar dan bekerja, berjuang, dan belajar lagi, hingga bisa
berhasil seperti saat ini."
Mendapat jawaban demikian, si anak melanjutkan pertanyaannya, "Kalau
begitu, aku tidak mungkin sukses seperti Ayah, dong?"
Heran dengan pemikiran anaknya, sang ayah kembali bertanya, "Kenapa
kau berpikir tidak bisa sukses seperti ayah?"
"Lho, kata Ayah tadi, penderitaan masa lalu yang serba susahlah yang
membuat Ayah berhasil. Padahal, aku dilahirkan dalam keluarga mampu,
kan ayahku orang sukses," ujar si anak sambil menatap bangga
ayahnya. "Ayah tidak sekolah tinggi, sedangkan Ayah menyuruhku kalau
bisa sekolah sampai S2 dan menguasai 3 bahasa, Inggris, Mandarin,
dan IT. Kalau aku ingin sukses seperti Ayah kan nggak bisa, dong.
Kan aku nggak susah seperti Ayah dulu?"
Mengetahui pemikiran sang anak, ayah pun tertawa. "Hahaha, memang
kamu mau jadi anak orang miskin dan jualan kue?" canda ayah.
Digoda sang ayah, si anak menjawab, "Yaaaah, kan udah nggak bisa
memilih. Tapi kayaknya kalau bisa memilih pun, aku memilih seperti
sekarang saja deh. Enak sih, punya papa mama baik dan mampu seperti
papa mamaku hehehe."
Sang ayah lantas melanjutkan perkataannya, "Karena itulah, kamu
harus bersyukur tidak perlu susah seperti ayah dulu. Yang jelas,
siapa orangtua kita dan bagaimana keadaan masa lalu itu, kaya atau
miskin, kita tidak bisa memilih, ya kan? Maka, ayah tidak pernah
menyesali masa lalu. Malah bersyukur pada masa lalu yang penuh
dengan penderitaan, dari sana ayah belajar hanya penderitaan hidup
yang dapat mengajarkan pada manusia akan arti keindahan dan nilai
kehidupan. Yang jelas, di kehidupan ini ada hukum perubahan yang
berlaku. Kita bisa merubah keadaan jika kita mau belajar, berusaha,
dan berjuang habis-habisan. Tuhan memberi kita segala kemampuan itu,
gunakan sebaik-baiknya. Dimulai dari keadaan kita saat ini, entah
miskin atau kaya. Niscaya, semua usaha kita diberkati dan kamu pun
bisa sukses melebihi ayah saat ini. Ingat, teruslah berdoa serta
berusaha. Belajar dan bekerjalah lebih keras dan giat. Maka, cita-
citamu akan tercapai."
Pembaca yang budiman,
Pikiran manusia tidak mungkin mampu menggali dan mengetahui rahasia
kebesaran Tuhan. Karena itu, sebagai manusia (puk nen sien cek) kita
tidak bisa memilih mau lahir di keluarga kaya atau miskin. Kita juga
tak bisa memilih lahir di negara barat atau di timur dan lain
sebagainya.
Maka, jika kita lahir di keluarga yang kaya, kita harus mampu
mensyukuri dengan hidup penuh semangat dan bersahaja. Sebaliknya,
jika kita terlahir di keluarga yang kurang mampu, kita pun harus
tetap menyukurinya sambil terus belajar dan berikhtiar lebih keras
untuk memperoleh kehidupan lebih baik. Sebab, selama kita bisa
bekerja dengan baik benar dan halal, Tuhan pasti akan membantu kita!
Ingat, bahwa Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang, tanpa orang
itu mau berusaha merubah nasibnya sendiri.
Terus berjuang, raih kesuksesan!
Salam sukses luar biasa!!!
Sumber: Bersyukur dan Berjuang oleh Andrie Wongso
sedang berbincang dengan ayahnya. "Ayah, nenek dulu pernah bercerita
kepadaku bahwa kakek dan nenek waktu masih muda sangat miskin, tidak
punya uang sehingga tidak bisa terus menyekolahkan ayah. Ayah pun
harus bekerja membantu berjualan kue ke pasar-pasar."Apa betul
begitu, Yah?" tanya sang anak.
Sang ayah kemudian bertanya, "Memang begitulah keadaannya, Nak.
Mengapa kau tanyakan hal itu anakku?"
Si anak menjawab, "Aku membayangkan saja ngeri, Yah. Lantas, apakah
Ayah pernah menyesali masa lalu yang serba kekurangan, sekolah
rendah dan susah begitu?"
Sambil mengelus sayang putranya, ayah menjawab, "Tidak Nak, ayah
tidak pernah menyesalinya dan tidak akan mau menukar dengan apa pun
masa lalu itu. Bahkan, ayah mensyukurinya. Karena, kalau tidak ada
penderitaan seperti itu, mungkin ayah tidak akan punya semangat
untuk belajar dan bekerja, berjuang, dan belajar lagi, hingga bisa
berhasil seperti saat ini."
Mendapat jawaban demikian, si anak melanjutkan pertanyaannya, "Kalau
begitu, aku tidak mungkin sukses seperti Ayah, dong?"
Heran dengan pemikiran anaknya, sang ayah kembali bertanya, "Kenapa
kau berpikir tidak bisa sukses seperti ayah?"
"Lho, kata Ayah tadi, penderitaan masa lalu yang serba susahlah yang
membuat Ayah berhasil. Padahal, aku dilahirkan dalam keluarga mampu,
kan ayahku orang sukses," ujar si anak sambil menatap bangga
ayahnya. "Ayah tidak sekolah tinggi, sedangkan Ayah menyuruhku kalau
bisa sekolah sampai S2 dan menguasai 3 bahasa, Inggris, Mandarin,
dan IT. Kalau aku ingin sukses seperti Ayah kan nggak bisa, dong.
Kan aku nggak susah seperti Ayah dulu?"
Mengetahui pemikiran sang anak, ayah pun tertawa. "Hahaha, memang
kamu mau jadi anak orang miskin dan jualan kue?" canda ayah.
Digoda sang ayah, si anak menjawab, "Yaaaah, kan udah nggak bisa
memilih. Tapi kayaknya kalau bisa memilih pun, aku memilih seperti
sekarang saja deh. Enak sih, punya papa mama baik dan mampu seperti
papa mamaku hehehe."
Sang ayah lantas melanjutkan perkataannya, "Karena itulah, kamu
harus bersyukur tidak perlu susah seperti ayah dulu. Yang jelas,
siapa orangtua kita dan bagaimana keadaan masa lalu itu, kaya atau
miskin, kita tidak bisa memilih, ya kan? Maka, ayah tidak pernah
menyesali masa lalu. Malah bersyukur pada masa lalu yang penuh
dengan penderitaan, dari sana ayah belajar hanya penderitaan hidup
yang dapat mengajarkan pada manusia akan arti keindahan dan nilai
kehidupan. Yang jelas, di kehidupan ini ada hukum perubahan yang
berlaku. Kita bisa merubah keadaan jika kita mau belajar, berusaha,
dan berjuang habis-habisan. Tuhan memberi kita segala kemampuan itu,
gunakan sebaik-baiknya. Dimulai dari keadaan kita saat ini, entah
miskin atau kaya. Niscaya, semua usaha kita diberkati dan kamu pun
bisa sukses melebihi ayah saat ini. Ingat, teruslah berdoa serta
berusaha. Belajar dan bekerjalah lebih keras dan giat. Maka, cita-
citamu akan tercapai."
Pembaca yang budiman,
Pikiran manusia tidak mungkin mampu menggali dan mengetahui rahasia
kebesaran Tuhan. Karena itu, sebagai manusia (puk nen sien cek) kita
tidak bisa memilih mau lahir di keluarga kaya atau miskin. Kita juga
tak bisa memilih lahir di negara barat atau di timur dan lain
sebagainya.
Maka, jika kita lahir di keluarga yang kaya, kita harus mampu
mensyukuri dengan hidup penuh semangat dan bersahaja. Sebaliknya,
jika kita terlahir di keluarga yang kurang mampu, kita pun harus
tetap menyukurinya sambil terus belajar dan berikhtiar lebih keras
untuk memperoleh kehidupan lebih baik. Sebab, selama kita bisa
bekerja dengan baik benar dan halal, Tuhan pasti akan membantu kita!
Ingat, bahwa Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang, tanpa orang
itu mau berusaha merubah nasibnya sendiri.
Terus berjuang, raih kesuksesan!
Salam sukses luar biasa!!!
Sumber: Bersyukur dan Berjuang oleh Andrie Wongso
Kepribadian wanita dari caranya berjalan...
Tips dari Kanjeng Pengeran Candu, Menurutnya setiap gerakan wanita ketika berjalan melambangkan keperibadiannya.
1. Bila berjalan, dari belakang kelihatan seperti tidak memijak tanah
Golongan wanita yang jalannya berginjat, konon wanita ini adalah wanita yang tidak jujur, bila berbohong, mulutnya laser dan menyinggung perasaan orang lain. Wanita yang berjalan seperti ini juga terkenal dengan sikap egonya. Lebih parah, wanita ini biasanya pemboros atau suka membazir uang tanpa berpikir sebelum berbelanja. Padahal, uangnya itu masih banyak kegunaannya. Tapi jangan berkecil hati, kerana wanita seperti ini biasanya menjadi pujaan lelaki.
2. Bila berjalan, sering menoleh ke kanan and kiri Wanita seperti ini
biasanya pandai menyimpan rahsia. Walaupun ramai
yang menganggap wanita seperti ini tidak jujur, suka menipu teman sendiri, dan merugikan temannya, namun, byk lelaki yang berusaha untuk menaklukan hatinya. Konon wanita seperti ini senang diatur.
3. Bila berjalan suka menunduk
Cara berjalan melambangkan wanita seperti ini memiliki sifat yang tertutup. Ia hanya akan berbicara dengan orang-orang yang dekat dengannya dan dpt dipercaya untuk menyimpan rahasianya. Wanita seperti ini biasanya sukar untuk ditakluk hatinya.
Disamping sikapnya yang dingin, wanita seperti ini tidak peduli dengan
kehidupan cinta. Namun, jika ada lelaki yang berhasil menawan hatinya, dijamin akan mendapat kebahagiaan. Sebab, wanita jenis ini sangat setia, dan dia tidak akan mengkhianati lelaki yang dicintainya.
4. Bila berjalan menatap lurus ke depan
Wanita seperti ini biasanya memiliki pendirian yang teguh. Jangan
sekali-sekali menentang apa yang pernah dikatakannya, jika anda tidak mau mendengar dia bicara panjang lebar. Meski pendiriannya teguh,tapi selalu berselisih pendapat. Jangan heran jika wanita seperti ini hanya mau bicara dengan orang yang berpengetahuan luas.
5. Bila berjalan badan tampak tegak Wanita ini tegas menentukan sikapnya sendiri. Dia tidak mau urusan pribadinya dicampuri orang lain. Gaya bicaranya serius, menunjukkan dia memiliki pendirian teguh. Yang menarik dari wanita ini, ia bertanggungjawap terhadap apa yang pernah dilakukannya. Dia menyenangi lelaki yang mandiri tanpa meninggalkan sifat-sifat romantisnya.
6. Bila berjalan sambil cengar-cengir, senyam-senyum tanpa alasan jelas ini wanita gila, agak kurang waras jgn didekati
7. Bila berjalan sambil nyanyi trus bawa kecrekan
Berarti dia WARIA, bukan wanita asli..banyak pria yang takut padanya
8. Bila berjalan sambil sesekali memamerkan barisan gigi2nya yang putih HATI HATI dia belom di suntik rabies!
9. Bila berjalan, dari belakang kelihatan seperti tidak memijak tanah
Mungkin dia syetan....lariiiiii ......hahahhaha. .....
10. kalo ada wanita bisa jalan di air, wuah... itu pasti zhang zi yi! cewe kung fu!!!
11. Kalo ada wanita berambut panjang menutup muka dan keluar merangkak dari TV anda, maka itu Sadako. Avoid at all cost!
12. bila jalannya maju mundur, itu artinya wanita plin-plan, so kalo mau behubungan dengan wanita jenis ini berhati2 lah , ini hari dia bilang yah besok dia bilang NO NO NO NO NO
13. kalo ada wanita yg berjalan melompat-lompat, nah lho, seraaaammmmm pocong mamiiiiiii..
14. kalo ada wanita yg habis baca email ini ada yg senyam senyum sendirian, apalagi sampe tertawa cekikikan, nah lho gue kagak tahu jenis yg mana ini.. ;-)
Regards
- a Y i -
LENTERA JIWA
source: http://www.kickandy.com/?ar_id=MTEzOA==
Banyak yang bertanya mengapa saya mengundurkan diri sebagai pemimpin
redaksi Metro TV. Memang sulit bagi saya untuk meyakinkan setiap orang
yang bertanya bahwa saya keluar bukan karena ¡pecah kongs dengan Surya
Paloh, bukan karena sedang marah atau bukan dalam situasi yang tidak
menyenangkan. Mungkin terasa aneh pada posisi yang tinggi, dengan power
yang luar biasa sebagai pimpinan sebuah stasiun televisi berita,
tiba-tiba saya mengundurkan diri.
Dalam perjalanan hidup dan karir, dua kali saya mengambil keputusan
sulit. Pertama, ketika saya tamat STM. Saya tidak mengambil peluang
beasiswa ke IKIP Padang. Saya lebih memilih untuk melanjutkan ke Sekolah
Tinggi Publisistik di Jakarta walau harus menanggung sendiri beban uang
kuliah. Kedua, ya itu tadi, ketika saya memutuskan untuk mengundurkan
diri dari Metro TV.
Dalam satu seminar, Rhenald Khasali, penulis buku Change yang saya
kagumi, sembari bergurau di depan ratusan hadirin mencoba menganalisa
mengapa saya keluar dari Metro TV. Andy ibarat ikan di dalam kolam.
Ikannya terus membesar sehingga kolamnya menjadi kekecilan. Ikan
tersebut terpaksa harus mencari kolam yang lebih besar.
Saya tidak tahu apakah pandangan Rhenald benar. Tapi, jujur saja, sejak
lama saya memang sudah ingin mengundurkan diri dari Metro TV. Persisnya
ketika saya membaca sebuah buku kecil berjudul Who Move My Cheese.Bagi
Anda yang belum baca, buku ini bercerita tentang dua kurcaci. Mereka
hidup dalam sebuah labirin yang sarat dengan keju. Kurcaci yang satu
selalu berpikiran suatu hari kelak keju di tempat mereka tinggal akan
habis. Karena itu, dia selalu menjaga stamina dan kesadarannya agar jika
keju di situ habis, dia dalam kondisi siap mencari keju di tempat lain.
Sebaliknya, kurcaci yang kedua, begitu yakin sampai kiamat pun
persediaan keju tidak akan pernah habis.
Singkat cerita, suatu hari keju habis. Kurcaci pertama mengajak
sahabatnya untuk meninggalkan tempat itu guna mencari keju di tempat
lain. Sang sahabat menolak. Dia yakin keju itu hanya dipindahkan oleh
seseorang dan nanti suatu hari pasti akan dikembalikan. Karena itu tidak
perlu mencari keju di tempat lain. Dia sudah merasa nyaman. Maka dia
memutuskan menunggu terus di tempat itu sampai suatu hari keju yang
hilang akan kembali. Apa yang terjadi, kurcaci itu menunggu dan menunggu
sampai kemudian mati kelaparan. Sedangkan kurcaci yang selalu siap tadi
sudah menemukan labirin lain yang penuh keju. Bahkan jauh lebih banyak
dibandingkan di tempat lama.
Pesan moral buku sederhana itu jelas: jangan sekali-kali kita merasa
nyaman di suatu tempat sehingga lupa mengembangkan diri guna menghadapi
perubahan dan tantangan yang lebih besar. Mereka yang tidak mau berubah,
dan merasa sudah nyaman di suatu posisi, biasanya akan mati digilas waktu.
Setelah membaca buku itu, entah mengapa ada dorongan luar biasa yang
menghentak-hentak di dalam dada. Ada gairah yang luar biasa yang
mendorong saya untuk keluar dari Metro TV. Keluar dari labirin yang
selama ini membuat saya sangat nyaman karena setiap hari keju itu sudah
tersedia di depan mata. Saya juga ingin mengikuti lentera jiwa saya.
Memilih arah sesuai panggilan hati. Saya ingin berdiri sendiri.
Maka ketika mendengar sebuah lagu berjudul Lentera Hati yang dinyanyikan
Nugie, hati saya melonjak-lonjak. Selain syair dan pesan yang ingin
disampaikan Nugie dalam lagunya itu sesuai dengan kata hati saya, sudah
sejak lama saya ingin membagi kerisauan saya kepada banyak orang.
Dalam perjalanan hidup saya, banyak saya jumpai orang-orang yang merasa
tidak bahagia dengan pekerjaan mereka. Bahkan seorang kenalan saya, yang
sudah menduduki posisi puncak di suatu perusahaan asuransi asing,
mengaku tidak bahagia dengan pekerjaannya. Uang dan jabatan ternyata
tidak membuatnya bahagia. Dia merasa lentera jiwanya ada di ajang
pertunjukkan musik. Tetapi dia takut untuk melompat. Takut untuk memulai
dari bawah. Dia merasa tidak siap jika kehidupan ekonominya yang sudah
mapan berantakan. Maka dia menjalani sisa hidupnya dalam dilema itu. Dia
tidak bahagia.
Ketika diminta untuk menjadi pembicara di kampus-kampus, saya juga
menemukan banyak mahasiswa yang tidak happy dengan jurusan yang mereka
tekuni sekarang. Ada yang mengaku waktu itu belum tahu ingin menjadi
apa, ada yang jujur bilang ikut-ikutan pacar (yang belakangan ternyata
putus juga) atau ada yang karena solider pada teman. Tetapi yang paling
banyak mengaku jurusan yang mereka tekuni sekarang -- dan membuat mereka
tidak bahagia -- adalah karena mengikuti keinginan orangtua.
Dalam episode Lentera Jiwa (tayang Jumat 29 dan Minggu 31 Agustus 2008),
kita dapat melihat orang-orang yang berani mengambil keputusan besar
dalam hidup mereka. Ada Bara Patirajawane, anak diplomat dan lulusan
Hubungan Internasional, yang pada satu titik mengambil keputusan drastis
untuk berbelok arah dan menekuni dunia masak memasak. Dia memilih
menjadi koki. Pekerjaan yang sangat dia sukai dan menghantarkannya
sebagai salah satu pemandu acara masak-memasak di televisi dan kini
memiliki restoran sendiri. Saya sangat bahagia dengan apa yang saya
kerjakan saat ini, ujarnya. Padahal, orangtuanya menghendaki Bara
mengikuti jejak sang ayah sebagai dpilomat.
Juga ada Wahyu Aditya yang sangat bahagia dengan pilihan hatinya untuk
menggeluti bidang animasi. Bidang yang menghantarkannya mendapat
beasiswa dari British Council. Kini Adit bahkan membuka sekolah animasi.
Padahal, ayah dan ibunya lebih menghendaki anak tercinta mereka
mengikuti jejak sang ayah sebagai dokter.Simak juga bagaimana Gde Prama
memutuskan meninggalkan posisi puncak sebuah perusahaan jamu dan jabatan
komisaris di beberapa perusahaan. Konsultan manajemen dan penulis buku
ini memilih tinggal di Bali dan bekerja untuk dirinya sendiri sebagai
public speaker.
Pertanyaan yang paling hakiki adalah apa yang kita cari dalam kehidupan
yang singkat ini? Semua orang ingin bahagia. Tetapi banyak yang tidak
tahu bagaimana cara mencapainya.
Karena itu, beruntunglah mereka yang saat ini bekerja di bidang yang
dicintainya. Bidang yang membuat mereka begitu bersemangat, begitu
gembira dalam menikmati hidup. Bagi saya, bekerja itu seperti rekreasi.
Gembira terus. Nggak ada capeknya, ujar Yon Koeswoyo, salah satu
personal Koes Plus, saat bertemu saya di kantor majalah Rolling Stone.
Dalam usianya menjelang 68 tahun, Yon tampak penuh enerji. Dinamis. Tak
heran jika malam itu, saat pementasan Earthfest2008, Yon mampu
melantunkan sepuluh lagu tanpa henti. Sungguh luar biasa. Semua karena
saya mencintai pekerjaan saya. Musik adalah dunia saya. Cinta saya.
Hidup saya, katanya.
Berbahagialah mereka yang menikmati pekerjaannya. Berbahagialah mereka
yang sudah mencapai taraf bekerja adalah berekreasi. Sebab mereka sudah
menemukan lentera jiwa mereka.[]
Kekuatan Memberi
“Rahasia kemakmuran adalah kedermawanan, karena dengan membagi kepada orang lain, hal baik yang akan diberikan dalam kehidupan kita, bahkan berkelimpahan.”
-- J. Donald Walters, penulis dan pengajar asal Rumania , tinggal di India
KISAH nyata ini keluar dari mulut Sang Dokter. Pria yang sehari-hari berprofesi sebagai dokter mata ini membuka prakteknya di bilangan Rawamangun, Jakarta Timur. Selain itu, ia juga melayani konsultasi masalah keluarga, termasuk masalah spiritual. Tanpa dipungut biaya, alias gratis. Sang dokter menolak dengan halus setiap pemberian uang sebagai imbalan jasa konsultasi. Ia malah menyarankan agar uangnya diberikan kepada mereka yang benar-benar membutuhkannya, seperti yayasan yatim piatu.
Suatu hari, sang dokter kedatangan tamu seorang ibu beserta putranya yang telah menginjak usia paruh baya. Sang anak dalam keadaan lumpuh kakinya, sehingga ia harus berada di kursi roda. Maksud kedatangan mereka sesungguhnya ingin menanyakan seputar masalah keluarga. Tetapi begitu tiba di ruang dokter, sebelum menyampaikan keluhannya, sang dokter mengatakan bahwa ada sesuatu yang salah terhadap si anak. Putranya, menurut sang dokter, pernah mempunyai kesalahan yang membuat ibunya sakit hati. Sang anak tentu saja kebingungan. Begitu pula sang ibu, yang tahu-tahu diungkit peristiwa di masa lalu. Sang anak mencoba mengingat-ingat kembali peristiwa masa lampau. Sang ibu memang mengakui kalau ia dulu pernah sakit hati oleh tindakan anaknya. Hal itu terus membekas di hatinya menjadi goresan luka batin, yang akhirnya teringat kembali saat itu juga.
Akhirnya, sang anak pun teringat akan kekilafannya. Ia menyesal dan menangis. Secara susah payah, sang anak berusaha bangkit dari kursi rodanya untuk bersimpuh di hadapan kaki ibunya meminta maaf. Ibunya, dengan berlinang air mata, secara tulus akhirnya memaafkan kesalahan putranya di masa lampau. Secara refleks, sang ibu mengangkat putranya berdiri untuk memeluk dan menciumnya. Ajaib, seketika itu juga sang anak dapat berdiri tanpa dibantu lagi oleh kursi roda. Sang ibu memang hanya memberikan maaf dengan tulus, tetapi efeknya sungguh luar biasa.
Kisah ini memang bertolak belakang dengan legenda Malin Kundang. Dimana sang Ibu menyumpah anaknya menjadi batu. Tak ada batu berbentuk manusia. Itulah logika yang paling benar dari cerita yang menyangkut hubungan ibu dan anak. Kisah Malin Kundang selama ini oleh beberapa pihak dinilai jauh dari cinta kasih seorang ibu yang sebenarnya. Walau begitu, tetap ada hikmah yang dapat dipetik dari legenda tersebut.
Sejatinya, Ibu mana yang tega melihat anaknya susah, apalagi menjadi batu sesuai dengan sumpahnya. Alamak, Ibu adalah pintu keluasan hati dan penuh maaf. Berkacalah pada ibu. Dia akan rela lebih menderita, ketimbang melihat anaknya yang kesusahan. Dia akan menyisihkan nasi yang ada untuk anaknya, walau ia sendiri lapar. Dia akan memakan makanan yang bergizi agar janin dalam tubuhnya bisa tumbuh sehat. Seperti dalam bait lagu, ’hanya memberi, tak harap kembali.’ Betul, tak pernah berharap mendapatkan balasan dari semua yang telah dilakukannya. Itulah makna dari memberi yang sesungguhnya.
Memberi? Betul, memberi. Makna dari sebuah pemberian memang besar artinya. Lantas, mengapa orang yang berkelimpahan enggan untuk memberikan sesuatu? Atau, mengapa orang enggan memberikan maaf? Karena mungkin ia berpikir, bila ia memberi kekayaan, pemberian itu akan habis begitu saja tanpa kembali. Atau mungkin ia berpikir, harga dirinya akan turun kalau ia memberikan maaf kepada orang yang menyakitinya. Padahal justeru sebaliknya. Semakin banyak memberi, akan lebih semakin banyak menerima. Kalau orang mengetahui kekuatan memberi, percayalah, akan banyak orang yang berlomba-lomba untuk memberikan segala sesuatunya.
Itulah mengapa, dalam setiap agama selalu diajarkan untuk memberikan sesuatu yang kita miliki. Selain diajarkan selalu memberikan kebajikan, juga kekayaannya. Umat Islam mengenal Zakat dan Sedekah. Umat Kristen Protestan mengenal perpuluhan, yaitu kewajiban untuk memberikan sepersepuluh dari pendapatannya kepada rumah Tuhan, dan Elemosune, yang dapat diterjemahkan dengan kata memberi sedekah. Umat Katholik mengenal Persepuluhan dan juga Sedekah. Umat Hindu mengenal Sedekah Dana Punia, yaitu pemberian yang dilakukan secara sukarela dan tulus ikhlas berupa materi. Sedangkan Buddha mengajarkan bagaimana menggunakan kekayaan yang telah dimiliki, yaitu bila ia perumah tangga yang baik, mengumpulkan harta dengan cara-cara baik, ia harus membantu sanak familinya, serta orang lain dalam empat bagian, juga dikenal Amisa Dana, yaitu memberikan bantuan dalam bentuk materi kepada yang membutuhkan.
Pemberian itu seyogianya dilakukan dengan ikhlas, diberikan pada tempat dan waktu yang tepat. Juga pemberian itu haruslah bertujuan mulia. Yang patut diingat, memberi tak harus berupa uang. Ia bisa berupa apa saja. Sekarang, tengoklah lemari pakaian Anda. Apa yang Anda lihat? Tentu saja sederetan pakaian yang Anda miliki. Nah, ambil sebanyak mungkin. Bila perlu semuanya, untuk kemudian Anda serahkan kepada mereka yang membutuhkannya, misalnya yayasan yatim piatu. Kalau merasa sayang, sisakan beberapa setel saja untuk Anda pakai dalam bekerja selama satu minggu atau untuk Anda pakai sehari-hari. Tak perlu banyak berpikir. Pakaian itu mungkin sudah ketinggalan jaman. Anda perlu memberi lagi yang baru.
Sebuah penelitian menunjukkan, dengan memberi terhadap sesama, membuat diri kita menjadi lebih bahagia. Hukum kekekalan energi mengatakan, tiada energi yang hilang bila dikeluarkan. Ia akan kembali dalam bentuk lain. Begitu pula soal kebaikan, apapun. Ia tak akan hilang walau Anda telah memberikannya. Bahkan Deepak Chopra dalam ’7 Spiritual Law of Success’ mencantumkan ’Law of Giving’ sebagai hukum kedua untuk sukses.
Nah, mulai sekarang, banyak-banyaklah memberi. Memberi maaf. Memberi senyum. Memberi kebajikan. Memberi kemuliaan. Memberi materi. Dan sebaiknya, tak usah berharap dari semua pemberian yang telah Anda lakukan. Karena itulah kebahagiaan sesungguhnya yang didapatkan. Kebahagiaan memberi. Seperti yang dilakukan ibu terhadap kita: hanya memberi, tak harap kembali. (220908)
Sumber: Kekuatan Memberi oleh Sonny Wibisono, penulis, tinggal di Jakarta
-- J. Donald Walters, penulis dan pengajar asal Rumania , tinggal di India
KISAH nyata ini keluar dari mulut Sang Dokter. Pria yang sehari-hari berprofesi sebagai dokter mata ini membuka prakteknya di bilangan Rawamangun, Jakarta Timur. Selain itu, ia juga melayani konsultasi masalah keluarga, termasuk masalah spiritual. Tanpa dipungut biaya, alias gratis. Sang dokter menolak dengan halus setiap pemberian uang sebagai imbalan jasa konsultasi. Ia malah menyarankan agar uangnya diberikan kepada mereka yang benar-benar membutuhkannya, seperti yayasan yatim piatu.
Suatu hari, sang dokter kedatangan tamu seorang ibu beserta putranya yang telah menginjak usia paruh baya. Sang anak dalam keadaan lumpuh kakinya, sehingga ia harus berada di kursi roda. Maksud kedatangan mereka sesungguhnya ingin menanyakan seputar masalah keluarga. Tetapi begitu tiba di ruang dokter, sebelum menyampaikan keluhannya, sang dokter mengatakan bahwa ada sesuatu yang salah terhadap si anak. Putranya, menurut sang dokter, pernah mempunyai kesalahan yang membuat ibunya sakit hati. Sang anak tentu saja kebingungan. Begitu pula sang ibu, yang tahu-tahu diungkit peristiwa di masa lalu. Sang anak mencoba mengingat-ingat kembali peristiwa masa lampau. Sang ibu memang mengakui kalau ia dulu pernah sakit hati oleh tindakan anaknya. Hal itu terus membekas di hatinya menjadi goresan luka batin, yang akhirnya teringat kembali saat itu juga.
Akhirnya, sang anak pun teringat akan kekilafannya. Ia menyesal dan menangis. Secara susah payah, sang anak berusaha bangkit dari kursi rodanya untuk bersimpuh di hadapan kaki ibunya meminta maaf. Ibunya, dengan berlinang air mata, secara tulus akhirnya memaafkan kesalahan putranya di masa lampau. Secara refleks, sang ibu mengangkat putranya berdiri untuk memeluk dan menciumnya. Ajaib, seketika itu juga sang anak dapat berdiri tanpa dibantu lagi oleh kursi roda. Sang ibu memang hanya memberikan maaf dengan tulus, tetapi efeknya sungguh luar biasa.
Kisah ini memang bertolak belakang dengan legenda Malin Kundang. Dimana sang Ibu menyumpah anaknya menjadi batu. Tak ada batu berbentuk manusia. Itulah logika yang paling benar dari cerita yang menyangkut hubungan ibu dan anak. Kisah Malin Kundang selama ini oleh beberapa pihak dinilai jauh dari cinta kasih seorang ibu yang sebenarnya. Walau begitu, tetap ada hikmah yang dapat dipetik dari legenda tersebut.
Sejatinya, Ibu mana yang tega melihat anaknya susah, apalagi menjadi batu sesuai dengan sumpahnya. Alamak, Ibu adalah pintu keluasan hati dan penuh maaf. Berkacalah pada ibu. Dia akan rela lebih menderita, ketimbang melihat anaknya yang kesusahan. Dia akan menyisihkan nasi yang ada untuk anaknya, walau ia sendiri lapar. Dia akan memakan makanan yang bergizi agar janin dalam tubuhnya bisa tumbuh sehat. Seperti dalam bait lagu, ’hanya memberi, tak harap kembali.’ Betul, tak pernah berharap mendapatkan balasan dari semua yang telah dilakukannya. Itulah makna dari memberi yang sesungguhnya.
Memberi? Betul, memberi. Makna dari sebuah pemberian memang besar artinya. Lantas, mengapa orang yang berkelimpahan enggan untuk memberikan sesuatu? Atau, mengapa orang enggan memberikan maaf? Karena mungkin ia berpikir, bila ia memberi kekayaan, pemberian itu akan habis begitu saja tanpa kembali. Atau mungkin ia berpikir, harga dirinya akan turun kalau ia memberikan maaf kepada orang yang menyakitinya. Padahal justeru sebaliknya. Semakin banyak memberi, akan lebih semakin banyak menerima. Kalau orang mengetahui kekuatan memberi, percayalah, akan banyak orang yang berlomba-lomba untuk memberikan segala sesuatunya.
Itulah mengapa, dalam setiap agama selalu diajarkan untuk memberikan sesuatu yang kita miliki. Selain diajarkan selalu memberikan kebajikan, juga kekayaannya. Umat Islam mengenal Zakat dan Sedekah. Umat Kristen Protestan mengenal perpuluhan, yaitu kewajiban untuk memberikan sepersepuluh dari pendapatannya kepada rumah Tuhan, dan Elemosune, yang dapat diterjemahkan dengan kata memberi sedekah. Umat Katholik mengenal Persepuluhan dan juga Sedekah. Umat Hindu mengenal Sedekah Dana Punia, yaitu pemberian yang dilakukan secara sukarela dan tulus ikhlas berupa materi. Sedangkan Buddha mengajarkan bagaimana menggunakan kekayaan yang telah dimiliki, yaitu bila ia perumah tangga yang baik, mengumpulkan harta dengan cara-cara baik, ia harus membantu sanak familinya, serta orang lain dalam empat bagian, juga dikenal Amisa Dana, yaitu memberikan bantuan dalam bentuk materi kepada yang membutuhkan.
Pemberian itu seyogianya dilakukan dengan ikhlas, diberikan pada tempat dan waktu yang tepat. Juga pemberian itu haruslah bertujuan mulia. Yang patut diingat, memberi tak harus berupa uang. Ia bisa berupa apa saja. Sekarang, tengoklah lemari pakaian Anda. Apa yang Anda lihat? Tentu saja sederetan pakaian yang Anda miliki. Nah, ambil sebanyak mungkin. Bila perlu semuanya, untuk kemudian Anda serahkan kepada mereka yang membutuhkannya, misalnya yayasan yatim piatu. Kalau merasa sayang, sisakan beberapa setel saja untuk Anda pakai dalam bekerja selama satu minggu atau untuk Anda pakai sehari-hari. Tak perlu banyak berpikir. Pakaian itu mungkin sudah ketinggalan jaman. Anda perlu memberi lagi yang baru.
Sebuah penelitian menunjukkan, dengan memberi terhadap sesama, membuat diri kita menjadi lebih bahagia. Hukum kekekalan energi mengatakan, tiada energi yang hilang bila dikeluarkan. Ia akan kembali dalam bentuk lain. Begitu pula soal kebaikan, apapun. Ia tak akan hilang walau Anda telah memberikannya. Bahkan Deepak Chopra dalam ’7 Spiritual Law of Success’ mencantumkan ’Law of Giving’ sebagai hukum kedua untuk sukses.
Nah, mulai sekarang, banyak-banyaklah memberi. Memberi maaf. Memberi senyum. Memberi kebajikan. Memberi kemuliaan. Memberi materi. Dan sebaiknya, tak usah berharap dari semua pemberian yang telah Anda lakukan. Karena itulah kebahagiaan sesungguhnya yang didapatkan. Kebahagiaan memberi. Seperti yang dilakukan ibu terhadap kita: hanya memberi, tak harap kembali. (220908)
Sumber: Kekuatan Memberi oleh Sonny Wibisono, penulis, tinggal di Jakarta
Ayahku Tukang Batu
"Wo ba ba shi jian zhu gong ren"
Alkisah, sebuah keluarga sederhana memiliki seorang putri yang
menginjak remaja. Sang ayah bekerja sebagai tukang batu di sebuah
perusahaan kontraktor besar di kota itu. Sayang, sang putri merasa
malu dengan ayahnya. Jika ada yang bertanya tentang pekerjaan
ayahnya, dia selalu menghindar dengan memberi jawaban yang tidak
jujur. "Oh, ayahku bekerja sebagai petinggi di perusahaan
kontraktor," katanya, tanpa pernah menjawab bekerja sebagai apa.
Si putri lebih senang menyembunyikan keadaan yang sebenarnya. Ia
sering berpura-pura menjadi anak dari seorang ayah yang bukan
bekerja sebagai tukang batu. Melihat dan mendengar ulah anak semata
wayangnya, sang ayah bersedih. Perkataan dan perbuatan anaknya yang
tidak jujur dan mengingkari keadaan yang sebenarnya telah melukai
hatinya.
Hubungan di antara mereka jadi tidak harmonis. Si putri lebih banyak
menghindar jika bertemu dengan ayahnya. Ia lebih memilih mengurung
diri di kamarnya yang kecil dan sibuk menyesali keadaan. "Sungguh
Tuhan tidak adil kepadaku, memberiku ayah seorang tukang batu,"
keluhnya dalam hati.
Melihat kelakuan putrinya, sang ayah memutuskan untuk melakukan
sesuatu. Maka, suatu hari, si ayah mengajak putrinya berjalan berdua
ke sebuah taman, tak jauh dari rumah mereka. Dengan setengah
terpaksa, si putri mengikuti kehendak ayahnya.
Setelah sampai di taman, dengan raut penuh senyuman, si ayah
berkata, "Anakku, ayah selama ini menghidupi dan membiayai sekolahmu
dengan bekerja sebagai tukang batu. Walaupun hanya sebagai tukang
batu, tetapi ayah adalah tukang batu yang baik, jujur, disiplin, dan
jarang melakukan kesalahan. Ayah ingin menunjukkan sesuatu kepadamu,
lihatlah gedung bersejarah yang ada di sana. Gedung itu bisa berdiri
dengan megah dan indah karena ayah salah satu orang yang ikut
membangun. Memang, nama ayah tidak tercatat di sana, tetapi keringat
ayah ada di sana. Juga, berbagai bangunan indah lain di kota ini di
mana ayah menjadi bagian tak terpisahkan dari gedung-gedung
tersebut. Ayah bangga dan bersyukur bisa bekerja dengan baik hingga
hari ini."
Mendengar penuturan sang ayah, si putri terpana. Ia terdiam tak bisa
berkata apa-apa. Sang ayah pun melanjutkan penuturannya, "Anakku,
ayah juga ingin engkau merasakan kebanggaan yang sama dengan ayahmu.
Sebab, tak peduli apa pun pekerjaan yang kita kerjakan, bila
disertai dengan kejujuran, perasaan cinta dan tahu untuk apa itu
semua, maka sepantasnya kita mensyukuri nikmat itu."
Setelah mendengar semua penuturan sang ayah, si putri segera memeluk
ayahnya. Sambil terisak, ia berkata, "Maafkan putri, Yah. Putri
salah selama ini. Walaupun tukang batu, tetapi ternyata Ayah adalah
seorang pekerja yang hebat. Putri bangga pada Ayah." Mereka pun
berpelukan dalam suasana penuh keharuan.
Pembaca yang budiman,
Begitu banyak orang yang tidak bisa menerima keadaan dirinya sendiri
apa adanya. Entah itu masalah pekerjaaan, gelar, materi, kedudukan,
dan lain sebagainya. Mereka merasa malu dan rendah diri atas apa
yang ada, sehingga selalu berusaha menutupi dengan identitas dan
keadaan yang dipalsukan.
Tetapi, justru karena itulah, bukan kebahagiaan yang dinikmati.
Namun, setiap hari mereka hidup dalam keadaan was was, demi menutupi
semua kepalsuan. Tentu, pola hidup seperti itu sangat melelahkan.
Maka, daripada hidup dalam kebahagiaaan yang semu, jauh lebih baik
seperti tukang batu dalam kisah di atas. Walaupun hidup pas-pasan,
ia memiliki kehormatan dan integritas sebagai manusia.
Sungguh, bisa menerima apa adanya kita hari ini adalah
kebijaksanaan. Dan, mau berusaha memulai dari apa adanya kita hari
ini dengan kejujuran dan kerja keras adalah keberanian!
Salam Sukses Luar Biasa!!!!
Sumber: Ayahku Tukang Batu oleh Andrie Wongso
Alkisah, sebuah keluarga sederhana memiliki seorang putri yang
menginjak remaja. Sang ayah bekerja sebagai tukang batu di sebuah
perusahaan kontraktor besar di kota itu. Sayang, sang putri merasa
malu dengan ayahnya. Jika ada yang bertanya tentang pekerjaan
ayahnya, dia selalu menghindar dengan memberi jawaban yang tidak
jujur. "Oh, ayahku bekerja sebagai petinggi di perusahaan
kontraktor," katanya, tanpa pernah menjawab bekerja sebagai apa.
Si putri lebih senang menyembunyikan keadaan yang sebenarnya. Ia
sering berpura-pura menjadi anak dari seorang ayah yang bukan
bekerja sebagai tukang batu. Melihat dan mendengar ulah anak semata
wayangnya, sang ayah bersedih. Perkataan dan perbuatan anaknya yang
tidak jujur dan mengingkari keadaan yang sebenarnya telah melukai
hatinya.
Hubungan di antara mereka jadi tidak harmonis. Si putri lebih banyak
menghindar jika bertemu dengan ayahnya. Ia lebih memilih mengurung
diri di kamarnya yang kecil dan sibuk menyesali keadaan. "Sungguh
Tuhan tidak adil kepadaku, memberiku ayah seorang tukang batu,"
keluhnya dalam hati.
Melihat kelakuan putrinya, sang ayah memutuskan untuk melakukan
sesuatu. Maka, suatu hari, si ayah mengajak putrinya berjalan berdua
ke sebuah taman, tak jauh dari rumah mereka. Dengan setengah
terpaksa, si putri mengikuti kehendak ayahnya.
Setelah sampai di taman, dengan raut penuh senyuman, si ayah
berkata, "Anakku, ayah selama ini menghidupi dan membiayai sekolahmu
dengan bekerja sebagai tukang batu. Walaupun hanya sebagai tukang
batu, tetapi ayah adalah tukang batu yang baik, jujur, disiplin, dan
jarang melakukan kesalahan. Ayah ingin menunjukkan sesuatu kepadamu,
lihatlah gedung bersejarah yang ada di sana. Gedung itu bisa berdiri
dengan megah dan indah karena ayah salah satu orang yang ikut
membangun. Memang, nama ayah tidak tercatat di sana, tetapi keringat
ayah ada di sana. Juga, berbagai bangunan indah lain di kota ini di
mana ayah menjadi bagian tak terpisahkan dari gedung-gedung
tersebut. Ayah bangga dan bersyukur bisa bekerja dengan baik hingga
hari ini."
Mendengar penuturan sang ayah, si putri terpana. Ia terdiam tak bisa
berkata apa-apa. Sang ayah pun melanjutkan penuturannya, "Anakku,
ayah juga ingin engkau merasakan kebanggaan yang sama dengan ayahmu.
Sebab, tak peduli apa pun pekerjaan yang kita kerjakan, bila
disertai dengan kejujuran, perasaan cinta dan tahu untuk apa itu
semua, maka sepantasnya kita mensyukuri nikmat itu."
Setelah mendengar semua penuturan sang ayah, si putri segera memeluk
ayahnya. Sambil terisak, ia berkata, "Maafkan putri, Yah. Putri
salah selama ini. Walaupun tukang batu, tetapi ternyata Ayah adalah
seorang pekerja yang hebat. Putri bangga pada Ayah." Mereka pun
berpelukan dalam suasana penuh keharuan.
Pembaca yang budiman,
Begitu banyak orang yang tidak bisa menerima keadaan dirinya sendiri
apa adanya. Entah itu masalah pekerjaaan, gelar, materi, kedudukan,
dan lain sebagainya. Mereka merasa malu dan rendah diri atas apa
yang ada, sehingga selalu berusaha menutupi dengan identitas dan
keadaan yang dipalsukan.
Tetapi, justru karena itulah, bukan kebahagiaan yang dinikmati.
Namun, setiap hari mereka hidup dalam keadaan was was, demi menutupi
semua kepalsuan. Tentu, pola hidup seperti itu sangat melelahkan.
Maka, daripada hidup dalam kebahagiaaan yang semu, jauh lebih baik
seperti tukang batu dalam kisah di atas. Walaupun hidup pas-pasan,
ia memiliki kehormatan dan integritas sebagai manusia.
Sungguh, bisa menerima apa adanya kita hari ini adalah
kebijaksanaan. Dan, mau berusaha memulai dari apa adanya kita hari
ini dengan kejujuran dan kerja keras adalah keberanian!
Salam Sukses Luar Biasa!!!!
Sumber: Ayahku Tukang Batu oleh Andrie Wongso
Langganan:
Postingan (Atom)