Alkisah, di beranda belakang sebuah rumah mewah, tampak seorang anak
sedang berbincang dengan ayahnya. "Ayah, nenek dulu pernah bercerita
kepadaku bahwa kakek dan nenek waktu masih muda sangat miskin, tidak
punya uang sehingga tidak bisa terus menyekolahkan ayah. Ayah pun
harus bekerja membantu berjualan kue ke pasar-pasar."Apa betul
begitu, Yah?" tanya sang anak.
Sang ayah kemudian bertanya, "Memang begitulah keadaannya, Nak.
Mengapa kau tanyakan hal itu anakku?"
Si anak menjawab, "Aku membayangkan saja ngeri, Yah. Lantas, apakah
Ayah pernah menyesali masa lalu yang serba kekurangan, sekolah
rendah dan susah begitu?"
Sambil mengelus sayang putranya, ayah menjawab, "Tidak Nak, ayah
tidak pernah menyesalinya dan tidak akan mau menukar dengan apa pun
masa lalu itu. Bahkan, ayah mensyukurinya. Karena, kalau tidak ada
penderitaan seperti itu, mungkin ayah tidak akan punya semangat
untuk belajar dan bekerja, berjuang, dan belajar lagi, hingga bisa
berhasil seperti saat ini."
Mendapat jawaban demikian, si anak melanjutkan pertanyaannya, "Kalau
begitu, aku tidak mungkin sukses seperti Ayah, dong?"
Heran dengan pemikiran anaknya, sang ayah kembali bertanya, "Kenapa
kau berpikir tidak bisa sukses seperti ayah?"
"Lho, kata Ayah tadi, penderitaan masa lalu yang serba susahlah yang
membuat Ayah berhasil. Padahal, aku dilahirkan dalam keluarga mampu,
kan ayahku orang sukses," ujar si anak sambil menatap bangga
ayahnya. "Ayah tidak sekolah tinggi, sedangkan Ayah menyuruhku kalau
bisa sekolah sampai S2 dan menguasai 3 bahasa, Inggris, Mandarin,
dan IT. Kalau aku ingin sukses seperti Ayah kan nggak bisa, dong.
Kan aku nggak susah seperti Ayah dulu?"
Mengetahui pemikiran sang anak, ayah pun tertawa. "Hahaha, memang
kamu mau jadi anak orang miskin dan jualan kue?" canda ayah.
Digoda sang ayah, si anak menjawab, "Yaaaah, kan udah nggak bisa
memilih. Tapi kayaknya kalau bisa memilih pun, aku memilih seperti
sekarang saja deh. Enak sih, punya papa mama baik dan mampu seperti
papa mamaku hehehe."
Sang ayah lantas melanjutkan perkataannya, "Karena itulah, kamu
harus bersyukur tidak perlu susah seperti ayah dulu. Yang jelas,
siapa orangtua kita dan bagaimana keadaan masa lalu itu, kaya atau
miskin, kita tidak bisa memilih, ya kan? Maka, ayah tidak pernah
menyesali masa lalu. Malah bersyukur pada masa lalu yang penuh
dengan penderitaan, dari sana ayah belajar hanya penderitaan hidup
yang dapat mengajarkan pada manusia akan arti keindahan dan nilai
kehidupan. Yang jelas, di kehidupan ini ada hukum perubahan yang
berlaku. Kita bisa merubah keadaan jika kita mau belajar, berusaha,
dan berjuang habis-habisan. Tuhan memberi kita segala kemampuan itu,
gunakan sebaik-baiknya. Dimulai dari keadaan kita saat ini, entah
miskin atau kaya. Niscaya, semua usaha kita diberkati dan kamu pun
bisa sukses melebihi ayah saat ini. Ingat, teruslah berdoa serta
berusaha. Belajar dan bekerjalah lebih keras dan giat. Maka, cita-
citamu akan tercapai."
Pembaca yang budiman,
Pikiran manusia tidak mungkin mampu menggali dan mengetahui rahasia
kebesaran Tuhan. Karena itu, sebagai manusia (puk nen sien cek) kita
tidak bisa memilih mau lahir di keluarga kaya atau miskin. Kita juga
tak bisa memilih lahir di negara barat atau di timur dan lain
sebagainya.
Maka, jika kita lahir di keluarga yang kaya, kita harus mampu
mensyukuri dengan hidup penuh semangat dan bersahaja. Sebaliknya,
jika kita terlahir di keluarga yang kurang mampu, kita pun harus
tetap menyukurinya sambil terus belajar dan berikhtiar lebih keras
untuk memperoleh kehidupan lebih baik. Sebab, selama kita bisa
bekerja dengan baik benar dan halal, Tuhan pasti akan membantu kita!
Ingat, bahwa Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang, tanpa orang
itu mau berusaha merubah nasibnya sendiri.
Terus berjuang, raih kesuksesan!
Salam sukses luar biasa!!!
Sumber: Bersyukur dan Berjuang oleh Andrie Wongso
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan beri Komentar sehat dan membangun