Rabu, 04 Juni 2008

Melepaskan Sakit Hati

"No one can make you jealous, angry, vengeful, or greedy ?unless
you let him. ?Tak seorangpun membuat Anda cemburu, marah,
mendendam, atau rakus ?kecuali Anda mengijinkannya. "
~ Napoleon Hill

Dalam pergaulan sehari-hari wajar jika kita tidak selalu bersanding
dengan kemesraan bersama teman-teman maupun keluarga, kerabat,
kolega bisnis, dan lain sebagainya. Ada kalanya terjadi benturan
kecil atau besar. Tak jarang kita juga bertemu dengan orang-orang
yang bersikap negatif, misalnya senang menghina, ikut campur urusan
pribadi, memotong pembicaraan, merusak kebahagiaan, menghancurkan
impian, senang menertawakan merendahkan, dan lain sebagainya.
Benturan-benturan maupun sikap negatif tersebut dapat menimbulkan
sakit hati yang luar biasa.

Tidak semua orang di antara kita berjiwa besar untuk melepaskan
sakit hati tersebut. Meskipun demikian, usahakan untuk melepaskan
sakit itu secepat mungkin sebelum meracuni jiwa kita. Pengalaman di
sepanjang hidup saya memberikan pelajaran berharga bahwa memelihara
sakit hati hanya menimbulkan kerugian dan kesulitan belaka.

Sebuah kisah berikut ini mungkin dapat memberikan gambaran yang
lebih jelas betapa tidak enaknya menyimpan rasa sakit hati.
Dikisahkan tentang seorang guru yang memberikan tugas cukup unik
kepada para anak didiknya untuk mata pelajaran budi pekerti. Hari
itu siswanya di kelas 3 SD diminta untuk memasukkan kentang ke dalam
sebuah kantong plastik, sesuai dengan jumlah orang yang tidak
disukai. Jika siswa membenci banyak orang, maka semakin banyak pula
kentang yang ia masukkan ke dalam plastiknya.

Tugas selanjutnya adalah para siswa diwajibkan membawa kentang-
kentang tersebut ke mana pun mereka pergi selama satu minggu. Hari
pertama, kedua dan ketiga para siswa masih belum banyak mengeluh.
Tetapi menginjak hari ke-4 sampai hari ke-6, hampir seluruh siswa
itu mengeluh, karena merasa sangat tersiksa membawa beban yang cukup
berat apalagi kentang-kentang itu mulai membusuk dan berbau. Setelah
satu minggu barulah kentang-kentang itu dilepaskan, murid-murid itu
pun merasa sangat lega.

Kisah tersebut mengisyaratkan alangkah ruginya menyimpan rasa sakit
hati terus-menerus. Salah satunya mungkin sakit hati itu menyebabkan
tubuh kita menjadi cepat letih dan sakit. Selanjutnya, menyimpan
rasa sakit hati dapat menghambat upaya kita mencapai tujuan-tujuan
yang lebih tinggi dan usaha untuk mendapatkan kehidupan yang lebih
baik.

Sebaliknya, bila kita berbesar hati melepaskan sakit hati itu maka
kita akan lebih mudah memetik manfaat darinya. Meskipun usaha itu
tidak mudah, tetapi selama Anda berkemauan maka tidak akan ada yang
sulit. Semoga beberapa tip berikut ini memudahkan usaha Anda
melepaskan diri dari rasa sakit hati.

Berbicara tentang upaya melepaskan diri dari sakit hati tentunya
kita harus terlebih dahulu menjernihkan hati kita agar dapat
memandang persoalan dengan jernih pula. Koreksilah diri sendiri,
bersihkan hati dari kotoran temasuk iri, dengki, sirik, pelit,
culas, dan lain sebagainya. Pastikan bukan diri Anda sebenarnya yang
keliru atau terlalu sensitif, sehingga orang lain berbuat sesuatu
yang wajar saja tetapi bagi Anda sudah menyakitkan hati.

Bila hati nurani sudah dapat memastikan tidak ada yang salah dalam
diri Anda, maka cara yang dapat Anda tempuh untuk melepaskan sakit
adalah tersenyum tulus dan selalu menampilkan wajah ceria untuk
melepaskan sakit hati terhadap orang yang sudah menyakiti hati Anda.
Karena tanpa mereka sadari sebenarnya sikap buruk mereka justru
mengasah hati nurani Anda semakin tajam. Anda sudah merasakan betapa
tidak enaknya dihina, dihasut, difitnah, dimanfaatkan, dan lain
sebagainya, sehingga Anda tidak akan berani melakukan sikap buruk
yang sama. Secara tidak langsung mereka sudah menyebabkan kebaikan-
kebaikan di dalam hati nurani Anda semakin indah terpancar dalam
sikap maupun perbuatan Anda.

Berusahalah bersikap manis sebagai bentuk terima kasih kepada orang
yang sudah menyebabkan Anda sakit hati. Bagaimanapun juga, mereka
sudah menginspirasi Anda untuk mendidik diri sendiri maupun
keturunan Anda untuk tidak melakukan sikap serupa. Sehingga, diri
Anda maupun keturunan Anda nanti lebih terkontrol untuk tidak
berbuat sesuatu yang dapat menyakiti orang lain.

Tanamkan dalam pikiran Anda bahwa orang-orang yang sudah menyakiti
hati Anda itu memiliki andil yang sangat besar membesarkan tekad dan
kemampuan Anda. Mereka sudah membuat Anda memiliki pribadi yang kuat
dan sabar. Sehingga, Anda tidak mudah goyah menghadapi situasi
sesulit apa pun dalam upaya mengejar cita-cita dan menjadi orang
yang hebat.

Ini pengalaman pribadi ketika saya bekerja di sebuah perusahaan di
Malaysia belasan tahun yang lalu. Seseorang sudah berbuat culas,
sehingga karier dan investasi yang saya bangun dengan susah payah
hancur lebur tak bersisa dalam sekejap mata. Terus terang waktu itu
saya sangat terpukul dan sakit hati atas perbuatannya.

Cukup lama saya menyimpan rasa sakit hati pada atasan saya tersebut.
Tetapi kemudian, saya berpikir alangkah bodohnya membiarkan
kebencian merasuki pikiran saya. Susah payah saya merasakan sakitnya
hati, sedangkan dia tidak ikut merasakan penderitaan saya.

Sejak saat itu saya bertekad untuk melupakan semua kenangan buruk
dengan menumpahkan seluruh kekesalan pada selembar kertas lalu
membakarnya. Saya bertekad bahwa kebencian saya harus lenyap seperti
hancurnya kertas itu dimakan api. Memori akan perlakuan buruk itu
saya jadikan semangat untuk memperbaiki keadaan, membangun usaha
sampai akhirnya saya memiliki bisnis seperti sekarang ini.

Saya ingin menyimpulkan bahwa solusi paling tepat untuk melepaskan
sakit hati sebenarnya hanyalah mengubah api kebencian itu menjadi
api semangat untuk berbenah diri. Lepaskanlah sakit hati agar
langkah Anda semakin ringan untuk mengejar impian yang lebih besar
dan berarti dalam hidup Anda. Melepaskan sakit hati memungkinkan
Anda menjadi manusia lebih baik dan hebat.[aho]

Sumber: Melepaskan Sakit Hati oleh Andrew Ho, seorang pengusaha,
motivator, dan penulis buku-buku bestseller.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan beri Komentar sehat dan membangun