Kamis, 19 Juni 2008

Mengejar Impian


"When the legends die, the dreams end; there is no more greatness. –
Ketika legenda sudah mati, tentu impian-impian itu juga sudah
berakhir; tak akan ada lagi kejayaan."

~ Tecumseh of the Shawnees

Setiap orang mempunyai impian. Masing-masing orang tentu memiliki
impian berbeda-beda. Ada yang mempunyai impian menjadi miliarder
papan atas di dunia, mempunyai bisnis yang besar, mempunyai yayasan
sosial yang besar dan canggih, berpengaruh dan terkenal di seluruh
jagat, menjadi profesor ternama, menemukan mesin spektakuler, menjadi
pelawak terkenal di seluruh dunia, mendapatkan pasangan hidup yang
kaya dan terkenal dan lain sebagainya.

Impian itu merupakan hal besar yang mungkin mustahil diwujudkan bila
dilihat dalam kondisi Anda sekarang ini. Tetapi sebenarnya impian
merupakan langkah menuju sukses yang teramat penting. Tentang apakah
impian tersebut terwujud atau tidak semuanya ada di tangan Anda
sendiri.

Ada yang lebih cepat mewujudkan impian, ada pula yang lambat, bahkan
ada yang tidak berhasil karena tidak melakukan langkah apa pun untuk
mewujudkan impian tersebut. Ibarat Anda mengendarai mobil menuju
sebuah tujuan yaitu impian tadi, terkadang lebih cepat sampai atau
lebih lambat karena kondisi jalan berkelok, bergelombang atau banyak
batu sandungan. Tak jarang diantara kita tak pernah sampai ke tempat
tujuan karena hanya menggerutu dan mengutuk kondisi medan jalan yang
sulit ditempuh atau terlalu lama tidur di tepi jalan.

Umumnya setiap proses menuju impian terasa tidak begitu mudah
dilalui. Ada saja tantangan meskipun Anda sudah melakukan yang
terbaik, sehingga membutuhkan usaha yang berulang-ulang, perhatian
dan perjuangan ekstra. Tantangan tersebut bukanlah kegagalan. Bahkan
bila kita cermati, tantangan itu membentuk diri Anda menjadi lebih
baik dalam berbagai hal.

Jadi jangan mudah putus asa dan kehilangan keberanian untuk mencoba
lagi mewujudkan impian. Tingkatkan kemauan Anda. Maka pintu
kesempatan untuk mewujudkan impian akan selalu terbuka lebar.

Jonathan, teman saya semasa SMA begitu mencintai dunia bisnis dan
bermimpi untuk mengabdikan hidupnya di dunia tersebut. Beberapa tahun
kemudian usahanya berkembang pesat dan menggurita. Hidupnya
bergelimang kesuksesan.

Namun di usia 40 tahun ia tersadar akan impiannya mengabdi di dunia
pendidikan. Sehingga ia memutuskan untuk kembali menempuh pendidikan.
Kemudian ia berhasil menyelesaikan pendidikan S2 dan S3. Saat ini ia
sudah menjadi seorang profesor di sebuah universitas ternama di
Malaysia. "Setelah mengelilingi seputaran, baru aku temui diriku yang
sebenarnya. Kini aku memulai kehidupanku yang baru," katanya.

Sebenarnya masih banyak lagi contoh orang-orang yang sudah berhasil
meraih impian. Jika mereka berhasil, lalu mengapa sebagian besar
diantara kita belum mencapainya? Seperti yang sudah saya singgung
tadi, jawabannya adalah karena kita belum melaksanakan tindakan untuk
menjemput impian tersebut.

Tindakan yang saya maksud adalah melakukan sesuatu untuk mendekatkan
diri pada tujuan. Jika tidak dapat melakukan tindakan secara lebih
cepat, Anda dapat memulainya secara perlahan. Tetapi pastikan Anda
selalu melakukan sesuatu untuk tiba pada impian itu.

Belajar dari salah seorang teman saya yang bermimpi suaminya kelak
adalah pria yang sukses dalam karir dan mencintai dirinya sepenuh
hati. Oleh sebab itu ia sangat berhati-hati memilih teman dekatnya.
Sampai-sampai mayoritas teman-teman dan kerabatnya pesimis, karena di
usia sudah memasuki 30 tahun ia belum menemukan pendamping.

Tetapi kemauannya begitu kuat dan tidak pernah putus asa mencari
sekaligus menunggu. Di usia 35 tahun barulah ia berhasil menemukan
pria yang dia impikan. Meskipun agak terlambat, tetapi ia berhasil
mendapatkan apa yang sangat ia dambakan. Bahkan sekarang
kebahagiaannya semakin lengkap setelah dikaruniai seorang anak
lelaki.

Selain tindakan, untuk sampai kepada impian juga butuh sikap
konsisten. Artinya Anda siap menghadapi tantangan dalam proses
pencapaian impian, sekalipun Anda harus keluar dari zona nyaman. "In
Dreams Begin Responsibilities. Tanggung jawab bermula dari sebuah
impian," kata Delmore Schwartz. Sekali Anda bersikap konsisten, maka
Anda akan selalu menemukan kekuatan untuk terus melanjutkan
perjuangan hingga tiba pada tujuan.

Seperti teman saya lainnya sebut saja Desi, meskipun baru berusia 30
tahun ia mempunyai karir sangat cemerlang dan mempunyai keluarga yang
harmonis. Hidupnya sukses dan bahagia. Tetapi ia masih mempunyai
impian untuk menyelesaikan pendidikan sarjana yang tertunda sejak 7
tahun yang lalu.

Demi mengejar impian tersebut ia tidak segan keluar dari zona nyaman.
Sebagaimana Jiminy Cricket menyatakan, "When your heart is in your
dreams, no request is too extreme. – Ketika impian itu tertanam di
hati Anda, tak kan ada yang terasa berat untuk dilakukan."
Oleh sebab
itu, Desi justru menikmati aktivitasnya belajar di sebuah universitas
swasta di Jakarta dua kali dalam satu minggu. Sesampainya di rumah ia
juga masih menyempatkan diri untuk belajar. Motivasinya semata-mata
hanya ingin mengejar impian yang tertunda, bukan sekedar mencari
selembar ijasah atau tergiur posisi lebih strategis di kantor setelah
mendapatkan gelar sarjana nanti.

Impian mungkin hanya merupakan khayalan belaka. Tetapi jika impian
tersebut disertai dengan tindakan, sikap konsisten, dan kemauan untuk
berjuang keras meskipun harus keluar dari zona nyaman ditambah dengan
rasa syukur dan doa maka akan menjadikan diri kita lebih pintar,
kreatif dan kehidupan kita lebih terarah. Jika Anda ingin
meningkatkan produktivitas diri dan kualitas kehidupan, maka pastikan
Anda mempunyai impian dan berusaha maksimal untuk mengejarnya.
[aho]

Sumber: Mengejar Impian oleh Andrew Ho, seorang pengusaha, motivator, dan penulis buku-buku
best seller.


__._,_.___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan beri Komentar sehat dan membangun