"Winning is about heart, not just legs. It's got to be in the right
place."
(Lance Armstrong)
Pekan ini, saya ingin mengajak Anda semua belajar tentang kekuatan
motivasi superdahsyat. Sebuah motivasi yang mampu mematahkan vonis
dokter ahli akan ketiadaan harapan. Justru dalam keadaan terpuruk
dan seolah-olah tiada pertolongan lagi itulah, dia mampu menciptakan
rekor balap sepeda dunia tujuh kali. Itulah Lance Armstrong yang
kita bahas kali ini.
Sebelumnya, bayangkan dulu satu skenario ini. Anda sudah menggeluti
olahraga sepeda ini sejak usia 13 tahun. Olahraga ini sudah khatam
Anda jalani. Saat ini, karir olahraga Anda melejit. Beberapa
perusahaan rebutan kontrak sponsorship dengan Anda. Dana mengucur
deras ke kantong. Tapi, mendadak Anda harus terpaksa dirawat.
Usai menjalani diagnosis, Anda divonis kena kanker ganas dan sudah
menjalar ke paru-paru dan otak Anda. Kata dokter, harapan hidup Anda
tinggal 40%. Padahal, Anda baru berusia 25 tahun, usia produktif.
Lalu apa yang bakal Anda lakukan? Menyerah, mundur dari olahraga,
dan mengutuki Tuhan? Atau justru memacu Anda semakin bersemangat
untuk menciptakan momen spektakuler dalam sisa waktu ini?
Nah, Lance Armstrong memilih langkah kedua. Inilah yang menjadikan
dirinya manusia super dengan catatan rekor luar biasa. Bagaimana
bisa? Kisahnya dimulai pada 1996 saat Lance Armstrong jadi pembalap
tenar dan baru saja memenangi kejuaraan dunia balap sepeda. Langsung
saja, sebuah kontrak senilai US$2,9 juta diberikan kepadanya dari
sponsor Prancis. Namun, pada 2 Oktober 1996, dia diperiksa oleh
dokter dan dinyatakan menderika kanker testis yang sudah menjalar
hingga ke paru-paru serta otaknya. Kesimpulannya, kankernya ganas,
harapan hidupnya tinggal 40%, dan kesehatannya makin menurun. Dia
pun disarankan banyak istirahat dan berhenti dari latihan fisik.
Lance Armstrong bukan orang yang patah arang. Dia tetap menjalankan
latihannya untuk membuktikan masih banyak yang mampu diraihnya. Dia
setia menjalani kemoterapi. Setelah dinyatakan berangsur membaik,
Lance Armstrong kembali dengan latihannya, mulai dari latihan
sederhananya karena berat badannya turun drastis. Namun belakangan,
penurunan berat badan ini menjadi keuntungannya untuk mengikuti
turnamen. Akhirnya, saat latihan di trail Blue Rider Mountain, Lance
memotivasi dirinya sendiri untuk menciptakan rekor lebih tinggi. Dia
meyakini akan sanggup meraihnya.
Intuisinya terbukti pada 1999 saat dia mulai kembali bertanding.
Kali ini dalam acara Tour de France yang sangat prestisius. Mula-
mula, lajunya lambat dan dia membiarkan orang lain memimpin lebih
dulu. Di pertengahan Gunung Alpen, di tengah hujan yang dingin
itulah, akhirnya Lance menyalip cepat pembalap yang berada di urutan
terdepan. Dan untuk pertama kalinya, dia menjuarai Tour de France.
Orang berpikir, inilah tonggak sejarah yang ingin diciptakan oleh
Lance Armstrong dan dia akan berhenti setelah itu. Ternyata tidak.
Justru karirnya masih terus melaju, bahkan dia memenangi enam kali
berturut-turut lomba Tour de France. Lebih dari itu, berbagai
penghargaan juga diraihnya, seperti sport personality terbaik.
Faktor kekuatan
Apakah yang bisa kita pelajari dari Lance Armstrong? Ada banyak hal.
Pertama, tentunya soal kekuatan motivasi yang mengalahkan kekuatan
fisik. Seperti yang terjadi pada Lance Armstrong yang berangsur
sembuh berkat motivasinya yang gigih, begitu pula banyak dokter
menemukan bahwa pasien dengan motivasi sembuh yang luar biasa akan
punya peluang sembuh yang lebih besar. Hal ini juga pernah dilakoni
oleh tokoh Bruce Lee yang setelah divonis mengalami keretakan fisik
lantaran latihannya yang gila-gilaan, justru semakin termotivasi
untuk sembuh. Akhirnya, bisa kembali latihan bahkan dengan skills
yang lebih dahsyat. Inilah kekuatan motivasi yang sanggup
mengalahkan rintangan fisik.
Kedua, Lance Armstrong mengajari kita untuk tidak perlu meratapi
masalah. Tapi, melihat sisi lain dari masalah itu. Saat divonis
dokternya dengan kanker, Lance Armstrong tidak meratapi dirinya dan
menyesali diri, tetapi dia justru bangkit dengan kekuatan berlipat.
Inilah yang akhirnya membuat dia masih mampu menciptakan enam rekor
Tour de France. Coba bandingkan dengan kebanyakan dari kita yang
saat menghadapi masalah justru berhenti, mundur, meratapi diri, atau
pun menyalahkan orang lain atau bahkan Tuhan.
Ketiga, Lance Armstrong mengingatkan bahwa dalam diri ada kekuatan
api motivasi luar biasa yang kadang-kadang tidak kita sadari.
Seringkali, dengan berbagai cobaan dan tantangan, justru api itu
semakin menyala. Demikianlah rintangan dan cobaan kadang bisa
menjadi cara Tuhan 'memberi tahu' betapa mulia dan dahsyatnya
kekuatan yang ada pada diri kita. Hal ini seharusnya membuat kita
yang normal, sehat, dan memiliki kehidupan bagus, semakin
termotivasi. Sayangnya, kadang-kadang ketika segalanya berjalan
baik, motivasi kita justru melempem. Memang menjadi pertanyaan kita
kalau Lance tidak kena kanker, apakah dia akan enam kali menjadi
juara Tour de France.
Mari kita renungkan lagi kalimat Lance yang menarik, "Segalanya
mungkin. Anda boleh dibilang berpeluang 90% atau 50% atau pun 1%.
Tapi, yang penting Anda harus tetap percaya dan Anda harus tetap
berjuang!"
Sumber: Ketika Motivasi Mengalahkan Fisik oleh Anthony Dio Martin
"Dengan ILMU hidup menjadi MUDAH, dengan IMAN hidup menjadi TERARAH dengan SENI hidup menjadi INDAH" Dari berbagai sumber.... semoga bermanfaat
Kamis, 27 Maret 2008
Rabu, 26 Maret 2008
10 Pertanda Anda-lah Penyebab Ketidakberuntungan
KapanLagi.com - Jika Anda kerap merasa sebagai orang yang tak beruntung, yang sebenarnya bisa jadi sebagian besar itu semua Anda sendiri yang menciptakannya. Coba cermati 10 hal penyebab sial di bawah ini, jika ternyata Anda melakukan kesalahan-kesalahan di bawah ini, maka sudah selayaknya pemikiran dan keyakinan Anda perlu diubah lagi.
1. Tak Punya Selera Humor - Jika Anda tipe orang yang menanggapi segala hal secara serius, maka Anda masuk daftar pertama ini. Mulailah belajar tertawa. Tawa adalah obat paling ampuh dalam segala hal. Jika Anda tak dapat menjadikan permasalahan yang Anda hadapi sebagai lelucon, malah sebaliknya mengeluh panjang lebar tentang masalah tersebut, bisa jadi masalah ini sebenarnya tak seburuk yang Anda pikirkan. Sekali Anda buktikan, maka sepanjang hidup semua masalah tak seburuk yang Anda kira.
2. Menyalahkan Pihak Lain - Kenapa Anda begitu mudah patah? Bukan berarti mengatakan orang lain tak bersalah, tapi saat menunjuk pada hal itu, Anda akhirnya malah mengubah uang Anda sendiri. Sekali lagi, berhentilah merasa menyesali diri dan berhentilah mengeluh. Jika usaha yang Anda lakukan tak membawa hasil seperti yang diharapkan, maka lakukan hal yang berbeda. Jadi orang yang berbeda sesekali, bisa jadi hal bagus buat diri Anda. Ingat, mulailah dengan berhenti mengeluh, dan berdamailah dengan segala keadaan yang Anda hadapi.
3. Tak Bahagia Dengan Diri Sendiri Saat Melihatnya di Kaca - Kenapa bis begitu? Dengan standard siapa Anda membandingkan diri sendiri? Anda sendiri atau orang lain? Yang Sebenarnya, Anda bisa menemukan sesuatu dalam diri sendiri yang membuat Anda bahagia, atau melakukan perubahan. Lakukan keduanya jika Anda mau. Tak seorangpun di dunia ini yang dapat menghentikan Anda berpikir bahwa Anda menarik.
4. Tak Punya Harapan Atau Stuck - Tak seorangpun yang dapat membuat Anda merasa lebih baik selain diri Anda sendiri. Anda tak bisa mengharapkan dunia berubah untuk Anda sebelum Anda mengubah diri.
5. Bertindak Lebih Dari Kemampuan - Tindakan ini membuat Anda jadi tumpul, dan khususnya tak berarti 'Semua pekerjaan dan tak ada permainan.'
6. Khawatir Berlebihan - Semakin Anda khawatir, semakin kurang keyakinan Anda kalau segala sesuatunya akan berjalan dengan baik. Bagaimana Anda dapat mengharapkan mendapat tempat dalam kehidupan jika Anda tak punya keyakinan atau rasa percaya diri? Biarkan semua berjalan apa adanya. Rileks.
7. Iri Dengan Keberuntungan Orang Lain - Kapanpun Anda mendengar orang lain mendapat keberuntungan Anda selalu berseru, 'Orang itu bikin aku sangat kesal!' Mungkin jika Anda ikut bergembira dengan keberuntungan orang lain, maka keberuntungan yang sama bisa menular pada Anda.
8. Menyalahkan Tuhan - Kadang Anda berpikir betapa Tuhan tidak adil pada Anda. Mungkin sebaiknya mulai sekarang Anda belajar bersyukur dan maka hal-hal baik akan datang menggantikan hal-hal buruk. Anda bisa memulainya dengan bersyukur bangun dalam keadaan sehat di pagi hari.
9. Tak Menghargai Hal-Hal Baik Yang Anda Miliki - Sebagai contohnya, Anda tak pernah mensyukuri kalau Anda masih bisa bangun pagi ini dan melihat sinar matahari? Benar begitu? Mulai sekarang, Anda bisa menghitung kebaikan yang Anda miliki dalam hidup dari hal-hal kecil yang Anda miliki.
10. Mengeluh Terus Menerus - Sebenarnya, mengeluhkan satu hal malah akan lebih banyak hal lain yang Anda keluhkan. Dan yang pasti semua orang merasa terganggu dengan orang yang suka mengeluh.
Bagaimana menurut Anda? Jika benar dari 10 hal di atas ada pada diri Anda. Coba lakukan perubahan, dan ketidakberuntungan itu hanya akan tinggal bayang-bayang. (kpl/art/erl)
1. Tak Punya Selera Humor - Jika Anda tipe orang yang menanggapi segala hal secara serius, maka Anda masuk daftar pertama ini. Mulailah belajar tertawa. Tawa adalah obat paling ampuh dalam segala hal. Jika Anda tak dapat menjadikan permasalahan yang Anda hadapi sebagai lelucon, malah sebaliknya mengeluh panjang lebar tentang masalah tersebut, bisa jadi masalah ini sebenarnya tak seburuk yang Anda pikirkan. Sekali Anda buktikan, maka sepanjang hidup semua masalah tak seburuk yang Anda kira.
2. Menyalahkan Pihak Lain - Kenapa Anda begitu mudah patah? Bukan berarti mengatakan orang lain tak bersalah, tapi saat menunjuk pada hal itu, Anda akhirnya malah mengubah uang Anda sendiri. Sekali lagi, berhentilah merasa menyesali diri dan berhentilah mengeluh. Jika usaha yang Anda lakukan tak membawa hasil seperti yang diharapkan, maka lakukan hal yang berbeda. Jadi orang yang berbeda sesekali, bisa jadi hal bagus buat diri Anda. Ingat, mulailah dengan berhenti mengeluh, dan berdamailah dengan segala keadaan yang Anda hadapi.
3. Tak Bahagia Dengan Diri Sendiri Saat Melihatnya di Kaca - Kenapa bis begitu? Dengan standard siapa Anda membandingkan diri sendiri? Anda sendiri atau orang lain? Yang Sebenarnya, Anda bisa menemukan sesuatu dalam diri sendiri yang membuat Anda bahagia, atau melakukan perubahan. Lakukan keduanya jika Anda mau. Tak seorangpun di dunia ini yang dapat menghentikan Anda berpikir bahwa Anda menarik.
4. Tak Punya Harapan Atau Stuck - Tak seorangpun yang dapat membuat Anda merasa lebih baik selain diri Anda sendiri. Anda tak bisa mengharapkan dunia berubah untuk Anda sebelum Anda mengubah diri.
5. Bertindak Lebih Dari Kemampuan - Tindakan ini membuat Anda jadi tumpul, dan khususnya tak berarti 'Semua pekerjaan dan tak ada permainan.'
6. Khawatir Berlebihan - Semakin Anda khawatir, semakin kurang keyakinan Anda kalau segala sesuatunya akan berjalan dengan baik. Bagaimana Anda dapat mengharapkan mendapat tempat dalam kehidupan jika Anda tak punya keyakinan atau rasa percaya diri? Biarkan semua berjalan apa adanya. Rileks.
7. Iri Dengan Keberuntungan Orang Lain - Kapanpun Anda mendengar orang lain mendapat keberuntungan Anda selalu berseru, 'Orang itu bikin aku sangat kesal!' Mungkin jika Anda ikut bergembira dengan keberuntungan orang lain, maka keberuntungan yang sama bisa menular pada Anda.
8. Menyalahkan Tuhan - Kadang Anda berpikir betapa Tuhan tidak adil pada Anda. Mungkin sebaiknya mulai sekarang Anda belajar bersyukur dan maka hal-hal baik akan datang menggantikan hal-hal buruk. Anda bisa memulainya dengan bersyukur bangun dalam keadaan sehat di pagi hari.
9. Tak Menghargai Hal-Hal Baik Yang Anda Miliki - Sebagai contohnya, Anda tak pernah mensyukuri kalau Anda masih bisa bangun pagi ini dan melihat sinar matahari? Benar begitu? Mulai sekarang, Anda bisa menghitung kebaikan yang Anda miliki dalam hidup dari hal-hal kecil yang Anda miliki.
10. Mengeluh Terus Menerus - Sebenarnya, mengeluhkan satu hal malah akan lebih banyak hal lain yang Anda keluhkan. Dan yang pasti semua orang merasa terganggu dengan orang yang suka mengeluh.
Bagaimana menurut Anda? Jika benar dari 10 hal di atas ada pada diri Anda. Coba lakukan perubahan, dan ketidakberuntungan itu hanya akan tinggal bayang-bayang. (kpl/art/erl)
Selasa, 25 Maret 2008
Mengelola Ekspektasi
"dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata... "
-- W.S Rendra, penyair Indonesia
KEJADIANNYA selalu sama. Seorang remaja pendiam, pemurung, dan
terkesan aneh dibandingkan teman-temannya yang lain. Dalam
kesendiriannya itu, sebuah dialog berkecamuk berat di kepalanya.
Singkat cerita, dikeheningan pagi, dia masuk ke dalam ruangan
kampus. Sepucuk pistol dan banyak lagi senjata api lainnya
dimasukkan ke dalam ranselnya. Di pagi buta. Udara pun masih dingin,
bahkan masih ada kabut yang menerpa wajah. Lalu terjadilah bencana.
Pistolnya menyalak seperti anjing yang melihat orang yang tak
dikenalnya. Berondong sana, berondong sini. Dar-der-dor. Begitulah
bunyi peluru ketika ditembakkan. Pistol itu mengambil nyawa orang-
orang di sekitarnya. Mereka terjengkang. Mati, satu demi satu.
Lantas, episode penutup pun terjadi. Dor, dia menembak kepalanya
sendiri. Pemuda itu mati menyusul orang-orang yang lebih dulu dia
tembak. Tragis. Seperti itulah kisah hidupnya.
Itulah sepenggal kisah yang terjadi dalam film Elephant, garapan
sutradara Gus van Sant. Film yang berdurasi 81 menit ini dengan
gamblang menceritakan bagaimana sebuah perencanaan pembunuhan
dilakukan oleh seorang pemuda di sekolahnya. Tapi, ah, untung hanya
sebuah film.
Untung? Not really. Film ini pada akhirnya memang hanya rekaan. Tapi
van Sant punya blue print yang jelas tentang peristiwa ini, yakni
peristiwa yang terjadi di Columbine High School, pada 1999. Kejadian
di sana, kurang lebih persis seperti dalam filmnya. Semula orang
berharap kejadian itu merupakan yang terakhir, tapi ternyata tidak.
Seperti memutar pita seluloid, berbagai kejadian yang mirip pun
kembali terulang. Malapetaka paling akhir justeru terjadi di Hari
Kasih Sayang, 14 Februari 2008. Di Amerika Serikat, 18 orang di
kampus Northern Illinois tertembak oleh seorang pria berkulit putih.
Empat orang dilaporkan tewas. Kejadiannya selalu sama: si penembak
akhirnya bunuh diri.
Singkatnya, dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, Kantor Berita AFP
melansir telah terjadi sedikitnya 16 penembakan di kampus-kampus dan
sekolah-sekolah. Kebanyakan dari mereka akhirnya menembak dirinya
sendiri. Pelakunya pun sebagian besar adalah remaja atau siswa dari
sekolah tersebut. Dari kejadian-kejadian tersebut, diduga pelaku
mengalami stres, sehingga melampiaskannya kekesalannya dengan
membunuh dan melukai orang lain. Pertanyaannya, mengapa hal itu bisa
terjadi?
Betul, bahwa keadaan di Amerika Serikat dan di sini tentu berbeda.
Tapi, marilah kita tarik garis kesamaannya. Dalam kehidupan sehari-
hari, sering kali kita menjumpai bahwa kenyataan yang terjadi pada
akhirnya tidak sesuai dengan yang kita harapkan pada awalnya.
Sebenarnya hal itu normal saja. Masalahnya adalah ketika ternyata
kenyataan yang terjadi jauh dari harapan, sungguh memukul hati dan
perasaan. Kita merancang dengan matang suatu plan jauh-jauh hari
sebelumnya. Kita berharap bahwa rencana itu seharusnya terjadi.
Ternyata, setelah rencana telah dibuat matang sekalipun, dapat
meleset juga. Dan pada akhirnya yang terjadi tidaklah sesuai
kenyataan. Ekspektasi kita adalah das sollen, yaitu apa yang kita
harapkan bakal terjadi. Tetapi ternyata kenyataan lainlah yang
sesungguhnya terjadi atau kita menyebutnya das sein. Dalam lingkup
nasional, banyak kita temui siswa-siswa yang melakukan bunuh diri.
Hal ini terjadi karena ada jurang pemisah yang besar antara das
sollen dan das sein. Antara kenyataan yang terjadi sangat berbeda
jauh dari harapan.
Pada dasarnya mengelola ekspektasi bukanlah sesuatu hal yang baru.
Kita sebenarnya sering melakukannya. Dalam mengelola ekspektasi, hal
penting yang harus selalu diingat ialah bahwa kita harus sadar akan
kemampuan kita dan selalu mencari alternatif lain terhadap pemecahan
suatu masalah. Mengetahui kemampuan diri sendiri itu penting. Hal
ini untuk mengukur tolok ukur kita sendiri sampai sejauh mana.
Dengan mengetahui kapabilitas diri sendiri, kita dapat mengetahui
persentase sejauh mana target yang akan kita capai dapat berhasil.
Kita pun dapat pula mencari alternatif lain, seandainya target yang
kita capai nantinya tidak sesuai dengan rencana awal.
Anda bingung? Mari kita ambil sebuah contoh. Misalkan Anda berencana
mendaftar beasiswa untuk mengambil gelar master di luar negeri.
Pilihannya di masa sekarang, wow, asoy geboy, beasiswa tersedia di
mana-mana. Berbagai lembaga pendidikan pun ada di mana-mana. Siapa
yang tak mau, belajar di luar negeri, dengan berbagai keunggulan
mendapatkan pelajaran yang bagus. Bisa cas cis cus Bahasa Inggris
dengan fasihnya. Dan, ehm, ada uang saku lagi.
Tawaran yang menggiurkan. Anda pun segera tergerak untuk
mengikutinya. Tentu dengan segala bekal. Anda sudah mengukur
kemampuan Anda sebelumnya. Katakanlah untuk mencapai tujuan itu,
Anda belajar dengan giat ditambah dengan kursus Bahasa Inggris untuk
mencapai nilai standar. Kalau Anda berpikir rasional, tentu saja
rencana Anda tersebut bisa saja tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan. Tapi kemudian, bagaimana mengelola ekspektasi Anda
tersebut? Artinya, bagaimana kalau Anda kemudian gagal? Mau ambil
senjata menembaki siapa saja dan akhirnya menembak kepala sendiri?
Gak la ya. Tentu bukan itu. Anda harus mempunyai alternatif-
alternatif jalan lain, seandainya rencana Anda gagal. Misalkan saja
rencana Anda berikutnya ialah Anda akan belajar dengan lebih giat
lagi, ditambah Anda mulai mencari dana atau biaya tambahan dengan
bekerja paruh waktu atau full time. Kalau berhasil di tahun kedua,
tabungan yang telah Anda kumpulkan bisa untuk digunakan hal-hal
lainnya atau tetap ditabung. Bagaimana bila gagal lagi? Seandainya
gagal kembali di tahun berikutnya, maka dengan biaya yang telah Anda
kumpulkan sebelumnya, Anda bisa mengambil gelar master di dalam
negeri dengan mengambil universitas favorit. Dan bagaimana kalau
gagal lagi? Ah, kesiann deh lu, begitu kata tetangga sebelah. Dalam
hal ini Anda musti berkaca diri terhadap kemampuan Anda. Bisa jadi
Anda memasang target terlalu tinggi. Hal ini dapat menjadi evaluasi
lebih lanjut. Anda dapat menyusun ulang rencana-rencana berikutnya
yang benar-benar rasional.
Itu sebenarnya hanya sekedar contoh saja. Jadi ketika Anda mengalami
kegagalan, Anda tidak kaget karenanya. Anda pun terhindar dari
stres. Anda bahkan sudah siap dengan rencana-rencana berikutnya.
Rencana-rencana alternatif yang rasional, yang tentu saja salah satu
pilihannya bukanlah membeli pistol. (240308)
Sumber: Mengelola Ekspektasi oleh Sonny Wibisono, penulis, tinggal
di Jakarta.
Sabtu, 22 Maret 2008
Masa Depan Ada Di Masa Lalu
\Saya pernah membaca kalimat motivasi: "Your past doesn't equal your
future" atau "Masa lalu Anda tidak sama dengan masa depan Anda".
Maksud dari pernyataan ini adalah apa pun yang terjadi di masa lalu
kita tidak menentukan masa depan kita.
Benarkah demikian?
Dulu saya menerima sepenuhnya pernyataan di atas. Dengan kata lain
saya hakulyakin bahwa penyataan ini benar-benar benar. Namun,
sekarang saya justru berpikir sebaliknya. Saat ini, saya tahu bahwa
masa lalu sama dengan masa depan atau masa depan ada di masa lalu.
Nah, bingung, kan?
Kesimpulan ini saya dapatkan setelah memikirkan secara mendalam
berbagai kasus yang pernah saya tangani dan juga pengalaman hidup
serta perubahan yang terjadi pada begitu banyak alumnus pelatihan
Supercamp Becoming a Money Magnet dan The Secret of Mindset yang
saya selenggarakan.
Ceritanya begini. Jika masa lalu tidak sama dengan masa depan, lalu
mengapa ada begitu banyak orang yang sulit mencapai impian mereka?
Mengapa mereka, yang telah berusaha sedemikian keras alias melakukan
massive action melakukan sangat banyak upaya, membaca banyak buku
sukses, ikut berbagai pelatihan pengembangan diri, masih saja tetap
sulit berhasil?
Sebaliknya, mengapa ada orang yang tidak perlu membaca buku, tidak
usah dengar kaset motivasi, nggak pernah ke berbagai seminar, dan
hanya dengan upaya yang sedikit, eh?mudah sekali mencapai sukses
yang mereka inginkan.
Dari hasil perenungan saya akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa
masa lalu seseorang sama dengan masa depan mereka. Jika tetap
berpegang teguh pada pernyataan bahwa masa lalu tidak sama dengan
masa depan maka kalimat ini perlu sedikit dimodifikasi.
Saya akhirnya menambahkannya menjadi, "Masa lalu tidak sama dengan
masa depan, bila kita mengembangkan kesadaran diri untuk berpikir
dan bertindak dengan prinsip kekinian."
Lha, kamsud?eh.. maksudnya apa lagi nih?
Maksudnya begini. Dari berbagai kasus yang saya telaah, saya
menemukan bahwa hampir semua tindakan kita, saat ini, dipengaruhi
oleh kesimpulan akibat pembelajaran berdasar pengalaman hidup kita
di masa lalu, baik itu pengalaman positif maupun pengalaman negatif.
Dengan kata lain, selama kita tidak mengembangkan kesadaran diri
untuk bisa berpikir dengan prinsip kekinian maka kita akan selalu
beroperasi dengan "automatic pilot". Sebenarnya di dalam pikiran
kita tidak mengenal masa lalu maupun masa depan. Yang ada hanyalah
masa sekarang.
Saya akan berikan contoh agar bisa lebih jelas.
Baru-baru ini saya menangani mahasiswa dari Yogyakarta yang putus
kuliah. Ia bercerita bahwa ia tidak bisa berbicara di depan umum.
Jika diminta bicara di depan orang banyak maka ia selalu merasa
takut, tidak berdaya, jantung berdebar, muka pucat, keringat dingin,
dan tidak tahu apa yang harus diucapkan.
Dari mana ia belajar respon seperti ini? Sudah tentu dari masa
lalunya. Di masa lalu, saat ia masih SD ternyata ia pernah
dipermalukan di depan kelas saat diminta membaca puisi. Pengalaman
traumatik ini yang akhirnya membuat ia seperti sekarang ini.
Seorang wanita cantik, menarik, pintar, berusia sekitar 30-an,
memegang posisi kunci di perusahaan tempat ia bekerja, ternyata
masih jomblo alias belum punya pasangan. Kok bisa, ya?
Banyak pria mapan yang menyenanginya. Dan, ia juga suka pada mereka.
Bahkan, ia telah menjalin kasih secara serius dengan beberapa pria
itu. Namun, selalu putus di tengah jalan. Nggak pernah sampai ke
pernikahan.
Selidik punya selidik ternyata wanita ini berasal dari keluarga
broken home. Orangtuanya berpisah saat ia masih berusia lima tahun.
Ternyata, perpisahan ini meninggalkan luka yang membekas cukup dalam
di hatinya. Saat itu ia menyimpulkan bahwa kehidupan rumah tangga
adalah sesuatu yang menyakitkan.
Namun, ada juga orang yang telah beberapa kali mengalami kegagalan
tapi ia tetap bisa bangkit dari kegagalan itu dan akhirnya berhasil
mencapai impiannya. Saat ditanya mengapa ia bisa begitu gigih dan
yakin dalam memperjuangkan impiannya ia menjawab, "Saya berasal dari
keluarga miskin. Ayah saya selalu berpesan bahwa tidak ada orang
yang gagal asalkan ia mau terus berusaha, belajar dari kegagalannya,
dan terus berjuang. Prinsip ini yang saya pegang teguh."
Ia tidak membiarkan apa yang dialaminya sekarang menghentikan
langkahnya. Yang menjadi pendorong semangatnya adalah pesan ayahnya,
yang ia dapatkan sewaktu ia masih kecil dulu.
Nah, Anda jelas sekarang?
Tadi saya mengatakan bahwa masa lalu tidak sama dengan masa depan,
bila kita mengembangkan kesadaran diri untuk berpikir dan bertindak
dengan prinsip kekinian. Untuk bisa membuat masa depan tidak sama
dengan masa lalu maka kita perlu mengembangkan kesadaran diri.
Kesadaran ini yang membuat kita bertindak tidak lagi berdasar "data
base" atau "program" pikiran akibat pengalaman masa lalu namun
berdasar kondisi kita saat ini. Inilah yang saya maksudkan dengan
prinsip kekinian.
Prinsip kekinian menyatakan bahwa saat ini (kini) adalah titik awal
dari langkah kehidupan yang akan kita tempuh. Kita beroperasi dengan
pengetahuan, pengalaman, pemahaman, prinsip hidup, dan kebijaksanaan
yang berhasil kita kembangkan hingga saat ini. Kita tidak membiarkan
masa lalu mendikte hidup kita. Kita mengenang masa lalu hanya
sebagai sejarah hidup kita. Kita belajar dari masa lalu dan menjadi
lebih bijaksana.
Nah, saat merenung mengenai kesadaran, kebijaksanaan, dan masa
depan?eh.. tiba-tiba saya mendapat email dari kawan saya, Eric
Gotana, melalui milis Money Magnet. Apa yang Eric tulis sejalan
dengan yang sedang saya pikirkan. Dan, atas seizin Eric saya
mengutip dan sedikit memodifikasi tulisannya.
Masa depan sama dengan masa lalu karena kita "tidak bebas" menjalani
kehidupan di dunia sebagai akibat dari ketidaksadaran kita.
"Tidak bebas" menjalani hidup maksudnya tidak bebas menjadi diri
kita sendiri karena rasa takut seperti takut dosa, takut karma
buruk, takut salah, takut berakibat buruk dan takut-takut lainnya
yang dibenarkan oleh pikiran kita.
Pada contoh di atas, mahasiswa yang takut bicara di depan umum dan
wanita yang susah dapat jodoh (baca: takut menikah) menjalani hidup
dengan "tidak bebas" akibat penjara mental yang dibangun oleh
pikiran mereka, untuk melindungi mereka dari hal-hal "negatif",
menurut pikiran itu sendiri.
Ketidaksadaran ini disebabkan oleh karena pikiran kita merekayasa
(baca: menafsirkan secara subjektif) kebenarannya sendiri dan secara
terus menerus berputar-putar di dalam lingkaran sebab-akibat yang
diciptakannya sendiri.
Ketidaksadaran membuat kita tidak sadar akan adanya:- kebenaran, karena kita terkekang oleh "kebenaran"
dan "ketidakbenaran" menurut penafsiran pikiran kita.
- keadilan, karena kita terkekang oleh "keadilan"
dan "ketidakadilan" menurut penafsiran pikiran kita.
- surga, karena kita terkekang oleh "surga" dan "neraka" menurut
penafsiran pikiran kita.
- karma baik, karena kita terkekang oleh "karma baik" dan "karma
buruk" menurut penafsiran pikiran kita.
-keberlimpahan, karena kita terkekang oleh "kekayaan"
dan "kemelaratan" menurut penafsiran pikiran kita.
- kebahagiaan, karena kita terkekang oleh "kebahagiaan"
dan "ketidakbahagiaan" menurut penafsiran pikiran kita.
Hanya melalui kebijaksanaan kita mampu bebas dari jerat "benar"
dan "tidak benar" menurut pikiran sehingga mampu melihat apa yang
ada secara jernih. Kebijaksanaan hanya muncul ketika kita memutuskan
untuk menjadi sadar.
Pada saat kita telah benar-benar sadar maka masa lalu tidak sama
dengan masa depan, masa depan tidak ada di masa lalu, masa depan
adalah hasil pencapaian yang diraih melalui perencanaan yang matang
berdasar peta kehidupan yang kita rancang sendiri, secara hati-hati
dan saksama, berdasar kesadaran kita pada saat itu.[awg]
Sumber: Masa Depan Ada Di Masa Lalu oleh Adi W. Gunawan, lebih dikenal sebagai Re-Educator and Mind
Navigator, adalah pakar pendidikan dan mind technology, pembicara
publik, dan trainer yang telah berbicara di berbagai kota besar di
dalam dan luar negeri.
Soal Uang, Inilah Posisi Anda
Rambut bisa sama hitam, tetapi pendapat boleh berbeda, begitulah
juga dalam mengelola uang. Kita bekerja keras setiap hari untuk
mendapatkan penghasilan, beberapa dari kita bahkan mendapatkan lebih
besar dibandingkan yang lainnya.
Namun, bagaimana cara menggunakannya berbeda. Ada yang cenderung
menghabiskan uangnya segera, menyimpannya untuk digunakan lagi di
masa depan. Beberapa orang cenderung terus-menerus menyimpan
uangnya, dan hanya sedikit yang bisa mendayagunakannya.
Kecenderungan inilah yang akan membagi para pengguna uang menjadi
beberapa tipe.
Tidak semua tipe penggunaan uang langsung menempatkan Anda dalam
kategori kebebasan finansial. Dengan mengetahui siapa diri Anda
sekarang, akan membantu memetakan arah untuk mencapai posisi yang
diinginkan pada masa datang.
Looser = Pecundang
Looser adalah orang yang kecanduan dan candunya adalah uang. Pada
saat ketagihan, dia akan menghabiskan apa pun yang dimilikinya dan
bahkan yang tidak dimilikinya. Pengeluarannya selalu lebih besar
daripada penghasilannya karena memperturutkan ketergantungan yang
amat sangat pada uang untuk mengobati sesuatu.
Setiap orang mempunyai lubang di hatinya, tetapi looser hanya mampu
mengisinya dengan uang. Lubang itu dapat berupa apa saja - kesepian,
dendam, atau rendah diri yang memicu emosi berlebihan.
Jika tidak terkendali orang menjadi butuh pelampiasan dengan
berbagai macam cara. Untuk melampiaskan kemarahan, kesedihan atau
kekecewaan, looser melampiaskannya dengan berbelanja. Semakin marah,
sedih, kecewa maka semakin banyak belanjaannya.
Looser membutuhkan lebih banyak uang untuk mengatasi rasa sakitnya.
Mereka selalu kekurangan, dan untuk menutupinya mereka mengambil
dari tempat lain. Tipe pecundang arus kasnya selalu negatif atau
defisit.
Kekurangan inilah yang ditutup dengan cara berutang. Akibatnya jika
arus kas negatif terus menerus, jumlah beban utang juga bisa semakin
berat. Looser tipikal yang selalu bangkrut. Prinsipnya, hidup akan
berjalan baik-baik saja jika bisa mendapat lebih banyak uang atau
lebih banyak utang
Shopper = Pembelanja
Ketika menerima uang, segera saja uang itu berubah menjadi belanja
bulanan, tagihan telepon, listrik, air, gaji pembantu, iuran pensiun
atau tabungan pendidikan anak. Seakan-akan uang dalam bentuk aslinya
sebagai uang sangatlah mengganggu sehingga tipe shopper segera
menukarnya dengan bentuk lain.
Satu-satunya yang bisa menghentikan mereka adalah kalau uangnya
habis. Buat pembelanja, mereka akan baik-baik saja selama
pengelurannya tidak lebih dari penghasilannya. Tidak heran mereka
selalu mengeluh tidak punya uang, bahkan pada saat gajian
sekalipun. "Gaji cuma numpang lewat." Prinsip hidupnya segala
sesuatu akan baik-baik saja asal impas.
Tidak seperti looser yang berbelanja melebihi takaran, tipe
pembelanja bahkan enggan berutang. Shopper merencanakan penggunaan
uangnya dengan cermat dan mereka cukup cerdas untuk berhenti ketika
uang habis.
Pengeluaran mereka selalu sama besarnya dengan penghasilan mereka.
Jika penghasilan naik, secara alamiah pengeluaran naik juga.
Penghasilan dan pengeluaran seperti saling berkejaran. Tidak peduli
berapa kalipun sudah kenaikan gaji terjadi, sulit sekali
mengumpulkan uang untuk tidak digunakan.
Penghasilan yang ada sekarang jika tidak habis untuk biaya hidup
masa sekarang, pasti akan digunakan untuk suatu tujuan keuangan
tertentu di masa depan, misalnya membayar biaya pendidikan anak,
membayar biaya hidup pensiun atau menunaikan ibadah Haji.
Keeper = Penyimpan
Kehilangan uang menakutkan. Semakin besar jumlahnya semakin
menakutkan. Saya kira begitulah juga motivasi orang menabung. Kalau
dipikir-pikir kegiatan menabung itu sama sekali tidak menyenangkan.
Buat apa kita mendapatkan uang tetapi tidak dibelanjakan? Tetapi
buat keeper jika berbelanja membuatnya kehilangan uang maka dia
perlu untuk tidak menghabiskannya. Kehilangan uang membuat tipe
keeper tidak aman, dan menyimpannya akan menetralisir rasa tidak
aman.
Keeper tidak kesulitan untuk membayar kebutuhan hidupnya di masa
sekarang. Dia juga akan mampu membiayai berbagi tujuan keuangan
tertentu yang ingin dicapainya di masa depan. Di luar itu keeper
bahkan menyimpan lebih banyak - untuk dirinya, untuk keluarganya.
Dia tipe yang akan terus menerus mengumpulkan uang dengan tujuan
untuk disimpan, lebih dari sekadar mencukupi kebutuhannya sekarang
maupun di masa depan.
Sedikit demi sedikit dari hari ke hari tumpukan uangnya bertambah
banyak, proses ini inilah yang amat disukainya. Dia membuat uangnya
bekerja lebih keras agar bisa menghasilkan lebih banyak uang
untuknya.
Developer = Pengembang
Developer tidak dikendalikan oleh uang, dia mengendalikan uang. Maka
itu, dia tidak menginginkan uang kecuali jika membutuhkan sebesar
yang akan digunakan untuk menjalankan rencananya.
Prinsipnya, setiap rupiah dalam sebuah portfolio berada disana untuk
suatu tujuan tertentu, jika tidak, uang itu harusnya berada di
tempat lain untuk tujuan lain. Developer percaya bahwa uang adalah
salah satu alat untuk mencapai tujuan.
Jadi, dia tidak membuat rencana mengumpulkan uang, tetapi dia
memiliki tujuan yang membutuhkan uang untuk mewujudkannya. Sesuai
dengan namanya-developer mengembangkan/ membangun sesuatu dalam
ukuran masif yang hanya bisa dikerjakan dengan keterlibatan banyak
orang.
Dengan tujuan besar inilah yang menyebabkan daya jangkaunya terhadap
uang menjadi luas. Developer memusatkan perhatiannya pada usaha-
usaha yang memberi manfaat pada masyarakat.
Dia percaya bahwa terdapat korelasi positif antara tingkat
kesejahteraan masyarakat dengan kemakmuran pribadi. Artinya bangunan
finansial yang akan didirikannya tidak bisa diperuntukkan untuk
dirinya dan keluarganya, tetapi juga untuk masyarakat luas.
Developer menjalankan rencananya langkah demi langkah secara
bertahap mencapai tujuannya, proses inilah yang amat disukainya.
Jika satu tujuan telah tercapai, maka dengan segera dia akan
menentukan tujuan baru yang lebih baik lebih besar. Dia membuat uang
bekerja lebih keras untuk mewujudkan tujuannya.
Sumber: Soal Uang, Inilah Posisi Anda oleh Mike R. Sutikno
juga dalam mengelola uang. Kita bekerja keras setiap hari untuk
mendapatkan penghasilan, beberapa dari kita bahkan mendapatkan lebih
besar dibandingkan yang lainnya.
Namun, bagaimana cara menggunakannya berbeda. Ada yang cenderung
menghabiskan uangnya segera, menyimpannya untuk digunakan lagi di
masa depan. Beberapa orang cenderung terus-menerus menyimpan
uangnya, dan hanya sedikit yang bisa mendayagunakannya.
Kecenderungan inilah yang akan membagi para pengguna uang menjadi
beberapa tipe.
Tidak semua tipe penggunaan uang langsung menempatkan Anda dalam
kategori kebebasan finansial. Dengan mengetahui siapa diri Anda
sekarang, akan membantu memetakan arah untuk mencapai posisi yang
diinginkan pada masa datang.
Looser = Pecundang
Looser adalah orang yang kecanduan dan candunya adalah uang. Pada
saat ketagihan, dia akan menghabiskan apa pun yang dimilikinya dan
bahkan yang tidak dimilikinya. Pengeluarannya selalu lebih besar
daripada penghasilannya karena memperturutkan ketergantungan yang
amat sangat pada uang untuk mengobati sesuatu.
Setiap orang mempunyai lubang di hatinya, tetapi looser hanya mampu
mengisinya dengan uang. Lubang itu dapat berupa apa saja - kesepian,
dendam, atau rendah diri yang memicu emosi berlebihan.
Jika tidak terkendali orang menjadi butuh pelampiasan dengan
berbagai macam cara. Untuk melampiaskan kemarahan, kesedihan atau
kekecewaan, looser melampiaskannya dengan berbelanja. Semakin marah,
sedih, kecewa maka semakin banyak belanjaannya.
Looser membutuhkan lebih banyak uang untuk mengatasi rasa sakitnya.
Mereka selalu kekurangan, dan untuk menutupinya mereka mengambil
dari tempat lain. Tipe pecundang arus kasnya selalu negatif atau
defisit.
Kekurangan inilah yang ditutup dengan cara berutang. Akibatnya jika
arus kas negatif terus menerus, jumlah beban utang juga bisa semakin
berat. Looser tipikal yang selalu bangkrut. Prinsipnya, hidup akan
berjalan baik-baik saja jika bisa mendapat lebih banyak uang atau
lebih banyak utang
Shopper = Pembelanja
Ketika menerima uang, segera saja uang itu berubah menjadi belanja
bulanan, tagihan telepon, listrik, air, gaji pembantu, iuran pensiun
atau tabungan pendidikan anak. Seakan-akan uang dalam bentuk aslinya
sebagai uang sangatlah mengganggu sehingga tipe shopper segera
menukarnya dengan bentuk lain.
Satu-satunya yang bisa menghentikan mereka adalah kalau uangnya
habis. Buat pembelanja, mereka akan baik-baik saja selama
pengelurannya tidak lebih dari penghasilannya. Tidak heran mereka
selalu mengeluh tidak punya uang, bahkan pada saat gajian
sekalipun. "Gaji cuma numpang lewat." Prinsip hidupnya segala
sesuatu akan baik-baik saja asal impas.
Tidak seperti looser yang berbelanja melebihi takaran, tipe
pembelanja bahkan enggan berutang. Shopper merencanakan penggunaan
uangnya dengan cermat dan mereka cukup cerdas untuk berhenti ketika
uang habis.
Pengeluaran mereka selalu sama besarnya dengan penghasilan mereka.
Jika penghasilan naik, secara alamiah pengeluaran naik juga.
Penghasilan dan pengeluaran seperti saling berkejaran. Tidak peduli
berapa kalipun sudah kenaikan gaji terjadi, sulit sekali
mengumpulkan uang untuk tidak digunakan.
Penghasilan yang ada sekarang jika tidak habis untuk biaya hidup
masa sekarang, pasti akan digunakan untuk suatu tujuan keuangan
tertentu di masa depan, misalnya membayar biaya pendidikan anak,
membayar biaya hidup pensiun atau menunaikan ibadah Haji.
Keeper = Penyimpan
Kehilangan uang menakutkan. Semakin besar jumlahnya semakin
menakutkan. Saya kira begitulah juga motivasi orang menabung. Kalau
dipikir-pikir kegiatan menabung itu sama sekali tidak menyenangkan.
Buat apa kita mendapatkan uang tetapi tidak dibelanjakan? Tetapi
buat keeper jika berbelanja membuatnya kehilangan uang maka dia
perlu untuk tidak menghabiskannya. Kehilangan uang membuat tipe
keeper tidak aman, dan menyimpannya akan menetralisir rasa tidak
aman.
Keeper tidak kesulitan untuk membayar kebutuhan hidupnya di masa
sekarang. Dia juga akan mampu membiayai berbagi tujuan keuangan
tertentu yang ingin dicapainya di masa depan. Di luar itu keeper
bahkan menyimpan lebih banyak - untuk dirinya, untuk keluarganya.
Dia tipe yang akan terus menerus mengumpulkan uang dengan tujuan
untuk disimpan, lebih dari sekadar mencukupi kebutuhannya sekarang
maupun di masa depan.
Sedikit demi sedikit dari hari ke hari tumpukan uangnya bertambah
banyak, proses ini inilah yang amat disukainya. Dia membuat uangnya
bekerja lebih keras agar bisa menghasilkan lebih banyak uang
untuknya.
Developer = Pengembang
Developer tidak dikendalikan oleh uang, dia mengendalikan uang. Maka
itu, dia tidak menginginkan uang kecuali jika membutuhkan sebesar
yang akan digunakan untuk menjalankan rencananya.
Prinsipnya, setiap rupiah dalam sebuah portfolio berada disana untuk
suatu tujuan tertentu, jika tidak, uang itu harusnya berada di
tempat lain untuk tujuan lain. Developer percaya bahwa uang adalah
salah satu alat untuk mencapai tujuan.
Jadi, dia tidak membuat rencana mengumpulkan uang, tetapi dia
memiliki tujuan yang membutuhkan uang untuk mewujudkannya. Sesuai
dengan namanya-developer mengembangkan/ membangun sesuatu dalam
ukuran masif yang hanya bisa dikerjakan dengan keterlibatan banyak
orang.
Dengan tujuan besar inilah yang menyebabkan daya jangkaunya terhadap
uang menjadi luas. Developer memusatkan perhatiannya pada usaha-
usaha yang memberi manfaat pada masyarakat.
Dia percaya bahwa terdapat korelasi positif antara tingkat
kesejahteraan masyarakat dengan kemakmuran pribadi. Artinya bangunan
finansial yang akan didirikannya tidak bisa diperuntukkan untuk
dirinya dan keluarganya, tetapi juga untuk masyarakat luas.
Developer menjalankan rencananya langkah demi langkah secara
bertahap mencapai tujuannya, proses inilah yang amat disukainya.
Jika satu tujuan telah tercapai, maka dengan segera dia akan
menentukan tujuan baru yang lebih baik lebih besar. Dia membuat uang
bekerja lebih keras untuk mewujudkan tujuannya.
Sumber: Soal Uang, Inilah Posisi Anda oleh Mike R. Sutikno
Rabu, 19 Maret 2008
Hipokrisi dan Standar Ganda
Tak syak lagi, kejahatanlah yang membesarkan penjahat, yang dapat menghadirkan setan kelas kakap bagi kita, tetapi orang yang munafik jauh lebih bejat daripada seberat-beratnya penjahat.?br> -- Hannah Arendt, pakar politik Jerman, 1906 ?1975
PEMIMPIN yang baik hanya memiliki satu mata uang yang selalu laku di mana-mana. Apa itu? Keteladanan. Mereka menyadari, orang-orang di sekelilingnya melihat semua hal tentang dirinya. Tidak saja cara berpakaian, sikap, cara kerjanya, dan tentu saja perilakunya. Keteladanan merupakan satu-satunya hal yang tidak perlu dikotbahkan, tetapi jelas memberikan sebuah pegangan bagi siapa pun. Keteladanan memiliki pengaruh yang jauh lebih hebat dibandingkan dengan apa yang dikotbahkannya.
Mengapa tiba-tiba kita berbicara tentang keteladanan? Ada sebabnya. Pada 12 Maret lalu, di Amerika Serikat, tepatnya di New York, telah terjadi sebuah peristiwa politik penting. Inilah kisahnya. Pada tanggal tersebut, akhirnya Gubernur New York, Eliot Spitzer mengundurkan diri dari jabatannya. Pengunduran diri itu merupakan sesuatu yang mengejutkan karena reputasi cemerlang Spitzer dalam hal etika. Spitzer pun menghabiskan banyak waktu sepanjang karirnya untuk memburu korupsi kelembagaan dan jaringan prostitusi.
Spitzer terpilih sebagai Gubernur New York pada 2006. Sebelumnya, Spitzer adalah jaksa utama di negara bagian tersebut. Tahun 2002, ia digelari Crusader of The Year oleh Majalah Time. Ia memiliki reputasi sebagai seorang penegak hukum yang gigih. Spitzer sebelumnya dikenal dengan julukan Mr Clean, Sheriff of Wall Street, yang tegas dalam menghadapi maraknya bisnis prostitusi di New York. Tahun 2004, ia pernah menjadi bagian dari tim penyelidik New York City yang menangkap 18 orang yang terlibat promosi prostitusi.
Namun ironisnya, di balik catatan-catatan gemilang itu ternyata karier politik Eliot Spitzer berakhir dengan dunia yang selama ini digelutinya. Diam-diam dia memiliki hubungan dengan agen penyedia layanan seks komersial, Emperors Club-VIP. Selama ini Emperors Club-VIP dikenal sebagai agen yang menyediakan PSK bagi orang-orang kaya yang beroperasi di New York, Washington, Los Angeles, Miami, London, dan Paris. Skandal yang melibatkan Spitzer pertama kalinya diungkap oleh harian cetak terkemuka New York Times.
Penyelidikan kasus ini berawal dari sebuah penyadapan telepon di hotel di Washington. Seorang petugas penegak hukum yang menangani kasus ini mencurigai pelanggan yang dimaksud adalah Spitzer. Dalam percakapan tersebut, ditenggarai sang pelanggan membayar 4.300 dolar AS atau setara Rp 40 juta tunai bagi pelayanan pribadi yang diberikan oleh anggota klub Emperors Club-VIP yang diidentifikasi bernama Kristen. Tekanan yang bertubi-tubi dari berbagai pihak membuat Spitzer akhirnya mengundurkan diri. Dalam konferensi pengunduran dirinya, dengan mata berkaca-kaca, Spitzer mengatakan "Banyak hal lain yang harus dilakukan dan saya tidak bisa membiarkan kegagalan pribadi saya mengganggu pekerjaan publik saya. Karena alasan ini, saya mengundurkan diri dari jabatan gubernur.?Orang Amerika bolehlah bersenandung, seperti kata Maia Ahmad dalam lagu Buaya Darat, ë°·usyet aku tertipu lagi.?
Urusan selingkuh Spitzer memang urusan pribadinya. Namun yang menjadi pertanyaan publik ialah bagaimana mungkin seorang pejabat yang dengan gigih memerangi jaringan prostitusi ternyata ia sendiri memakai salah satu jaringan prostitusi demi kenikmatannya. Tindakan Spitzer dinilai hipokrit atau dalam bahasa sehari-hari yang kita kenal, munafik. Spitzer jelas-jelas melakukan standar ganda.
Apa yang dialami Spitzer, tak beda jauh dengan apa yang dilakukan Paul Wolfowitz, orang nomor satu di Bank Dunia yang mengundurkan Mei tahun lalu. Gara-garanya? Dia memerintahkan agar gaji kekasihnya, Riza dinaikkan menjadi hampir 200.000 dollar AS per tahun ketika Riza dipindahkan dari Bank Dunia ke Departemen Luar Negeri. Aturan Bank Dunia melarang karyawan yang memiliki hubungan supervisi menjalin asmara. Skandal ini tak pelak mempermalukan Wolfowitz yang sedang gencar berkampanye tentang pemberantasan korupsi dalam penyaluran dana bantuan dari Bank Dunia. Dalam editorialnya, The Financial Times menulis, "Bila Presiden Bank Dunia bertahan, hal itu berisiko menjadi bahan ejekan dan kampanyenya soal pemerintahan yang bersih hanya akan dilihat sebagai kemunafikan" .
Menjadi pemimpin atau pun orang biasa memang tidak mudah. Apa yang ada di mulut, itu pula yang harus tercermin dalam tindakan. Dua pemimpin ini barangkali hanya salah satu puncak gunung es. Di bagian bawahnya, masih banyak pemimpin yang berlaku sama bahkan lebih buruk dari mereka.
Spitzer dan Wolfowitz pada akhirnya mengakui kesalahannya dan meminta maaf. Mereka pun, walau dengan berat hati, mengundurkan diri dari jabatannya. Bagaimana dengan kasus di Indonesia? Bila seorang pejabat di Indonesia tertangkap basah melakukan tindakan kesalahan, jangankan meminta maaf, mengakui kesalahannya pun tidak dilakukannya. Bahkan sedapat mungkin mengelak dari tuduhan atau berbohong kepada publik. Juga tak ada kata mundur sebelum benar-benat dipecat oleh atasan mereka. Dalam On Revolution (1963), Hannah Arendt, seorang pakar politik Jerman mengatakan, ë°¢nly crime and the criminal, it is true, confront us with the perplexity of radical evil; but only the hypocrite is really rotten to the core.?Yang artinya kurang lebih, tak syak lagi, kejahatanlah yang membesarkan penjahat, yang dapat menghadirkan setan kelas kakap bagi kita, tetapi orang yang munafik jauh lebih bejat daripada seberat-beratnya penjahat.?
Keteladanan dan keteguhan adalah mata uang universal. Hijau bagi Anda adalah hijau bagi staf Anda. Begitu pula, hijau bagi Anda adalah hijau pula bagi isteri dan anak Anda. Sehijau apa pun 몉umput tetangga? jangan sekali-kali terpengaruh untuk membuat standar ganda.
Sumber: Hipokrisi dan Standar Ganda oleh Sonny Wibisono, penulis,
tinggal di Jakarta
PEMIMPIN yang baik hanya memiliki satu mata uang yang selalu laku di mana-mana. Apa itu? Keteladanan. Mereka menyadari, orang-orang di sekelilingnya melihat semua hal tentang dirinya. Tidak saja cara berpakaian, sikap, cara kerjanya, dan tentu saja perilakunya. Keteladanan merupakan satu-satunya hal yang tidak perlu dikotbahkan, tetapi jelas memberikan sebuah pegangan bagi siapa pun. Keteladanan memiliki pengaruh yang jauh lebih hebat dibandingkan dengan apa yang dikotbahkannya.
Mengapa tiba-tiba kita berbicara tentang keteladanan? Ada sebabnya. Pada 12 Maret lalu, di Amerika Serikat, tepatnya di New York, telah terjadi sebuah peristiwa politik penting. Inilah kisahnya. Pada tanggal tersebut, akhirnya Gubernur New York, Eliot Spitzer mengundurkan diri dari jabatannya. Pengunduran diri itu merupakan sesuatu yang mengejutkan karena reputasi cemerlang Spitzer dalam hal etika. Spitzer pun menghabiskan banyak waktu sepanjang karirnya untuk memburu korupsi kelembagaan dan jaringan prostitusi.
Spitzer terpilih sebagai Gubernur New York pada 2006. Sebelumnya, Spitzer adalah jaksa utama di negara bagian tersebut. Tahun 2002, ia digelari Crusader of The Year oleh Majalah Time. Ia memiliki reputasi sebagai seorang penegak hukum yang gigih. Spitzer sebelumnya dikenal dengan julukan Mr Clean, Sheriff of Wall Street, yang tegas dalam menghadapi maraknya bisnis prostitusi di New York. Tahun 2004, ia pernah menjadi bagian dari tim penyelidik New York City yang menangkap 18 orang yang terlibat promosi prostitusi.
Namun ironisnya, di balik catatan-catatan gemilang itu ternyata karier politik Eliot Spitzer berakhir dengan dunia yang selama ini digelutinya. Diam-diam dia memiliki hubungan dengan agen penyedia layanan seks komersial, Emperors Club-VIP. Selama ini Emperors Club-VIP dikenal sebagai agen yang menyediakan PSK bagi orang-orang kaya yang beroperasi di New York, Washington, Los Angeles, Miami, London, dan Paris. Skandal yang melibatkan Spitzer pertama kalinya diungkap oleh harian cetak terkemuka New York Times.
Penyelidikan kasus ini berawal dari sebuah penyadapan telepon di hotel di Washington. Seorang petugas penegak hukum yang menangani kasus ini mencurigai pelanggan yang dimaksud adalah Spitzer. Dalam percakapan tersebut, ditenggarai sang pelanggan membayar 4.300 dolar AS atau setara Rp 40 juta tunai bagi pelayanan pribadi yang diberikan oleh anggota klub Emperors Club-VIP yang diidentifikasi bernama Kristen. Tekanan yang bertubi-tubi dari berbagai pihak membuat Spitzer akhirnya mengundurkan diri. Dalam konferensi pengunduran dirinya, dengan mata berkaca-kaca, Spitzer mengatakan "Banyak hal lain yang harus dilakukan dan saya tidak bisa membiarkan kegagalan pribadi saya mengganggu pekerjaan publik saya. Karena alasan ini, saya mengundurkan diri dari jabatan gubernur.?Orang Amerika bolehlah bersenandung, seperti kata Maia Ahmad dalam lagu Buaya Darat, ë°·usyet aku tertipu lagi.?
Urusan selingkuh Spitzer memang urusan pribadinya. Namun yang menjadi pertanyaan publik ialah bagaimana mungkin seorang pejabat yang dengan gigih memerangi jaringan prostitusi ternyata ia sendiri memakai salah satu jaringan prostitusi demi kenikmatannya. Tindakan Spitzer dinilai hipokrit atau dalam bahasa sehari-hari yang kita kenal, munafik. Spitzer jelas-jelas melakukan standar ganda.
Apa yang dialami Spitzer, tak beda jauh dengan apa yang dilakukan Paul Wolfowitz, orang nomor satu di Bank Dunia yang mengundurkan Mei tahun lalu. Gara-garanya? Dia memerintahkan agar gaji kekasihnya, Riza dinaikkan menjadi hampir 200.000 dollar AS per tahun ketika Riza dipindahkan dari Bank Dunia ke Departemen Luar Negeri. Aturan Bank Dunia melarang karyawan yang memiliki hubungan supervisi menjalin asmara. Skandal ini tak pelak mempermalukan Wolfowitz yang sedang gencar berkampanye tentang pemberantasan korupsi dalam penyaluran dana bantuan dari Bank Dunia. Dalam editorialnya, The Financial Times menulis, "Bila Presiden Bank Dunia bertahan, hal itu berisiko menjadi bahan ejekan dan kampanyenya soal pemerintahan yang bersih hanya akan dilihat sebagai kemunafikan" .
Menjadi pemimpin atau pun orang biasa memang tidak mudah. Apa yang ada di mulut, itu pula yang harus tercermin dalam tindakan. Dua pemimpin ini barangkali hanya salah satu puncak gunung es. Di bagian bawahnya, masih banyak pemimpin yang berlaku sama bahkan lebih buruk dari mereka.
Spitzer dan Wolfowitz pada akhirnya mengakui kesalahannya dan meminta maaf. Mereka pun, walau dengan berat hati, mengundurkan diri dari jabatannya. Bagaimana dengan kasus di Indonesia? Bila seorang pejabat di Indonesia tertangkap basah melakukan tindakan kesalahan, jangankan meminta maaf, mengakui kesalahannya pun tidak dilakukannya. Bahkan sedapat mungkin mengelak dari tuduhan atau berbohong kepada publik. Juga tak ada kata mundur sebelum benar-benat dipecat oleh atasan mereka. Dalam On Revolution (1963), Hannah Arendt, seorang pakar politik Jerman mengatakan, ë°¢nly crime and the criminal, it is true, confront us with the perplexity of radical evil; but only the hypocrite is really rotten to the core.?Yang artinya kurang lebih, tak syak lagi, kejahatanlah yang membesarkan penjahat, yang dapat menghadirkan setan kelas kakap bagi kita, tetapi orang yang munafik jauh lebih bejat daripada seberat-beratnya penjahat.?
Keteladanan dan keteguhan adalah mata uang universal. Hijau bagi Anda adalah hijau bagi staf Anda. Begitu pula, hijau bagi Anda adalah hijau pula bagi isteri dan anak Anda. Sehijau apa pun 몉umput tetangga? jangan sekali-kali terpengaruh untuk membuat standar ganda.
Sumber: Hipokrisi dan Standar Ganda oleh Sonny Wibisono, penulis,
tinggal di Jakarta
Selasa, 18 Maret 2008
BESARNYA PENGHARGAAN
Seorang penjual daging mengamati suasana sekitar tokonya. Ia sangat terkejut melihat seekor anjing datang ke samping tokonya. Ia mengusir anjing itu, tetapi anjing itu kembali lagi. Maka, ia menghampiri anjing itu dan melihat ada suatu catatan di
mulut anjing itu.
Ia mengambil catatan itu dan membacanya,"Tolong sediakan 12 sosis dan satu kaki domba. Uangnya ada di mulut anjing ini." Si penjual daging melihat ke mulut anjing itu dan ternyata ada uang sebesar 10 dollar di sana. Segera ia mengambil uang itu, kemudian ia memasukkan sosis dan kaki domba ke dalam kantung plastik dan diletakkan kembali di mulut anjing itu. Si penjual daging sangat terkesan.
Kebetulan saat itu adalah waktu tutup tokonya, ia menutup tokonya dan berjalan mengikuti si anjing.
Anjing tersebut berjalan menyusuri jalan dan sampai ke tempat penyeberangan jalan. Anjing itu meletakkan kantung plastiknya, melompat dan menekan tombol penyeberangan, kemudian menunggu dengan sabar dengan kantung plastik di mulut, sambil menunggu lampu penyeberang berwarna hijau. Setelah lampu menjadi hijau, ia menyeberang sementara si penjual daging mengikutinya.
Anjing tsb kemudian sampai ke perhentian bus, dan mulai melihat "Papan informasi jam perjalanan". Si penjual daging terkagum-kagum melihatnya. Si anjing melihat "Papan informasi jam perjalanan " dan kemudian duduk disalah satu bangku yang disediakan.
Sebuah bus datang, si anjing menghampirinya dan melihat nomor bus dan kemudian
kembali ke tempat duduknya. Bus lain datang. Sekali lagi si anjing menghampiri dan melihat nomor busnya. Setelah melihat bahwa bus tersebut adalah bus yang benar, si
anjing naik.
Si penjual daging, dengan kekagumannya mengikuti anjing itu dan naik ke bus tersebut. Bus berjalan meninggalkan kota , menuju ke pinggiran kota. Si anjing melihat pemandangan sekitar. Akhirnya ia bangun dan bergerak ke depan bus, ia berdiri dengan 2 kakinya dan menekan tombol agar bus berhenti. Kemudian ia keluar, kantung plastik masih tergantung di mulutnya.
Anjing tersebut berjalan menyusuri jalan sambil dikuti si penjual daging.
Si anjing berhenti pada suatu rumah, ia berjalan menyusuri jalan kecil dan meletakkan kantung plastik pada salah satu anak tangga. Kemudian, ia mundur, berlari dan membenturkan dirinya ke pintu. Ia mundur, dan kembali membenturkan dirinya ke
pintu rumah tsb.
Tidak ada jawaban dari dalam rumah, jadi si anjing kembali melalui jalan kecil, melompati tembok kecil dan berjalan sepanjang batas kebun tersebut. Ia menghampiri jendela dan membenturkan kepalanya beberapa kali, berjalan mundur, melompat balik dan menunggu di pintu.
Si penjual daging melihat seorang pria tinggi besar membuka pintu dan mulai menyiksa anjing tersebut, menendangnya, memukulinya, serta menyumpahinya.
Si penjual daging berlari untuk menghentikan pria tersebut, "Apa yang kau lakukan ..?
Anjing ini adalah anjing yg jenius. Ia bisa masuk televisi untuk kejeniusannya."
Pria itu menjawab, "Kau katakan anjing ini pintar...? Dalam minggu ini sudah dua kali anjing bodoh ini lupa membawa kuncinya ..!"
Mungkin hal serupa pernah terjadi dalam kehidupan Anda.
Sesuatu yang bagi Anda kurang memuaskan, mungkin adalah sesuatu yang sangat luar biasa bagi orang lain.
Yang membedakan hanyalah seberapa besar penghargaan kita.
Pemilik anjing tidak menghargai kemampuan si anjing dan hanya terfokus pada kesalahannya semata, sehingga menganggapnya anjing yang bodoh. Sebaliknya, sang pemilik toko menganggap anjing tersebut luar biasa pintarnya karena mampu berbelanja sendirian.
Mungkin kita tidak pernah menyadari bahwa setiap harinya kita menghadapi pilihan yang sama.
Kita punya dua pilihan dalam menghadapi hidup ini, apakah hendak mengeluh atas berbagai hal yang kurang memuaskan, atau bersyukur atas berbagai karunia yang telah
kita terima.
Tuhan telah mengkaruniai Anda dengan 86.400 detik per hari. Sudah adakah yang Anda gunakan untuk mengucap syukur?
mulut anjing itu.
Ia mengambil catatan itu dan membacanya,"Tolong sediakan 12 sosis dan satu kaki domba. Uangnya ada di mulut anjing ini." Si penjual daging melihat ke mulut anjing itu dan ternyata ada uang sebesar 10 dollar di sana. Segera ia mengambil uang itu, kemudian ia memasukkan sosis dan kaki domba ke dalam kantung plastik dan diletakkan kembali di mulut anjing itu. Si penjual daging sangat terkesan.
Kebetulan saat itu adalah waktu tutup tokonya, ia menutup tokonya dan berjalan mengikuti si anjing.
Anjing tersebut berjalan menyusuri jalan dan sampai ke tempat penyeberangan jalan. Anjing itu meletakkan kantung plastiknya, melompat dan menekan tombol penyeberangan, kemudian menunggu dengan sabar dengan kantung plastik di mulut, sambil menunggu lampu penyeberang berwarna hijau. Setelah lampu menjadi hijau, ia menyeberang sementara si penjual daging mengikutinya.
Anjing tsb kemudian sampai ke perhentian bus, dan mulai melihat "Papan informasi jam perjalanan". Si penjual daging terkagum-kagum melihatnya. Si anjing melihat "Papan informasi jam perjalanan " dan kemudian duduk disalah satu bangku yang disediakan.
Sebuah bus datang, si anjing menghampirinya dan melihat nomor bus dan kemudian
kembali ke tempat duduknya. Bus lain datang. Sekali lagi si anjing menghampiri dan melihat nomor busnya. Setelah melihat bahwa bus tersebut adalah bus yang benar, si
anjing naik.
Si penjual daging, dengan kekagumannya mengikuti anjing itu dan naik ke bus tersebut. Bus berjalan meninggalkan kota , menuju ke pinggiran kota. Si anjing melihat pemandangan sekitar. Akhirnya ia bangun dan bergerak ke depan bus, ia berdiri dengan 2 kakinya dan menekan tombol agar bus berhenti. Kemudian ia keluar, kantung plastik masih tergantung di mulutnya.
Anjing tersebut berjalan menyusuri jalan sambil dikuti si penjual daging.
Si anjing berhenti pada suatu rumah, ia berjalan menyusuri jalan kecil dan meletakkan kantung plastik pada salah satu anak tangga. Kemudian, ia mundur, berlari dan membenturkan dirinya ke pintu. Ia mundur, dan kembali membenturkan dirinya ke
pintu rumah tsb.
Tidak ada jawaban dari dalam rumah, jadi si anjing kembali melalui jalan kecil, melompati tembok kecil dan berjalan sepanjang batas kebun tersebut. Ia menghampiri jendela dan membenturkan kepalanya beberapa kali, berjalan mundur, melompat balik dan menunggu di pintu.
Si penjual daging melihat seorang pria tinggi besar membuka pintu dan mulai menyiksa anjing tersebut, menendangnya, memukulinya, serta menyumpahinya.
Si penjual daging berlari untuk menghentikan pria tersebut, "Apa yang kau lakukan ..?
Anjing ini adalah anjing yg jenius. Ia bisa masuk televisi untuk kejeniusannya."
Pria itu menjawab, "Kau katakan anjing ini pintar...? Dalam minggu ini sudah dua kali anjing bodoh ini lupa membawa kuncinya ..!"
Mungkin hal serupa pernah terjadi dalam kehidupan Anda.
Sesuatu yang bagi Anda kurang memuaskan, mungkin adalah sesuatu yang sangat luar biasa bagi orang lain.
Yang membedakan hanyalah seberapa besar penghargaan kita.
Pemilik anjing tidak menghargai kemampuan si anjing dan hanya terfokus pada kesalahannya semata, sehingga menganggapnya anjing yang bodoh. Sebaliknya, sang pemilik toko menganggap anjing tersebut luar biasa pintarnya karena mampu berbelanja sendirian.
Mungkin kita tidak pernah menyadari bahwa setiap harinya kita menghadapi pilihan yang sama.
Kita punya dua pilihan dalam menghadapi hidup ini, apakah hendak mengeluh atas berbagai hal yang kurang memuaskan, atau bersyukur atas berbagai karunia yang telah
kita terima.
Tuhan telah mengkaruniai Anda dengan 86.400 detik per hari. Sudah adakah yang Anda gunakan untuk mengucap syukur?
Senin, 17 Maret 2008
Membangun Karakter
Disiplin diri merupakan hal penting dalam setiap upaya membangun dan
membentuk karakter seseorang. Sebab karakter mengandung pengertian:
(1) Suatu kualitas positif yang dimiliki seseorang, sehingga
membuatnya menarik dan atraktif; (2) Reputasi seseorang; dan (3)
Seseorang yang unusual atau memiliki kepribadian yang eksentrik.
Akar kata karakter dapat dilacak dari kata Latin kharakter,
kharassein, dan kharax, yang maknanya "tools for marking", "to
engrave", dan "pointed stake". Kata ini mulai banyak digunakan
(kembali) dalam bahasa Perancis caractere pada abad ke-14 dan
kemudian masuk dalam bahasa Inggris menjadi character, sebelum
akhirnya menjadi bahasa Indonesia karakter. Dalam Kamus
Poerwadarminta, karakter diartikan sebagai tabiat; watak; sifat-
sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang
daripada yang lain. Dengan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa
membangun karakter (character building) adalah proses mengukir atau
memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga `berbentuk' unik, menarik,
dan berbeda atau dapat dibedakan dengan orang lain. Ibarat sebuah
huruf dalam alfabet yang tak pernah sama antara yang satu dengan
yang lain, demikianlah orang-orang yang berkarakter dapat dibedakan
satu dengan yang lainnya (termasuk dengan yang tidak/belum
berkarakter atau `berkarakter' tercela).
Tentang proses pembentukkan karakter ini dapat disebutkan sebuah
nama besar : Helen Keller (1880-1968). Wanita luar biasa ini ia
menjadi buta dan tuli di usia 19 bulan, namun berkat bantuan
keluarganya dan bimbingan Annie Sullivan (yang juga buta dan setelah
melewati serangkaian operasi akhirnya dapat melihat secara terbatas)
kemudian menjadi manusia buta-tuli pertama yang lulus cum laude dari
Radcliffe College di tahun 1904 pernah berkata: "Character cannot
be develop in ease and quite. Only through experience of trial and
suffering can the soul be strengthened, vision cleared, ambition
inspired, and success achieved". Kalimat itu boleh jadi merangkum
sejarah hidupnya yang sangat inspirasional. Lewat perjuangan panjang
dan ketekunan yang sulit dicari tandingannya, ia kemudian menjadi
salah seorang pahlawan besar dalam sejarah Amerika yang mendapatkan
berbagai penghargaan di tingkat nasional dan internasional atas
prestasi dan pengabdiannya (lihat homepage www.hki.org) . Helen
Keller adalah model manusia berkarakter (terpuji). Dan sejarah
hidupnya mendemonstrasikan bagaimana proses membangun karakter itu
memerlukan disiplin tinggi karena tidak pernah mudah dan seketika
atau instant. Diperlukan refleksi mendalam untuk membuat rentetan
moral choice (keputusan moral) dan ditindaklanjuti dengan aksi nyata
sehingga menjadi praksis, refleksi, dan praktik. Diperlukan sejumlah
waktu untuk membuat semua itu menjadi custom (kebiasaan) dan
membentuk watak atau tabiat seseorang.
Selanjutnya, tentang nilai atau makna pentingnya karakter bagi
kehidupan manusia dewasa ini dapat dikutip pernyataan seorang Hakim
Agung di Amerika, Antonin Scalia, yang pernah mengatakan: "Bear in
mind that brains and learning, like muscle and physical skills, are
articles of commerce. They are bought and sold. You can hire them by
the year or by the hour. The only thing in the world NOT FOR SALE IS
CHARACTER. And if that does not govern and direct your brains and
learning, they will do you and the world more harm than good".
Scalia menunjukkan dengan tepat bagaimana karakter harus menjadi
fondasi bagi kecerdasan dan pengetahuan (brains and learning). Sebab
kecerdasan dan pengetahuan (termasuk informasi) itu sendiri memang
dapat diperjualbelikan. Dan sudah menjadi pengetahuan umum bahwa di
era knowledge economy abad ke-21 ini knowledge is power.
Masalahnya, bila orang-orang yang dikenal cerdas dan berpengetahuan
tidak menunjukkan karakter (terpuji), maka tak diragukan lagi bahwa
dunia akan menjadi lebih dan semakin buruk. Dengan kata lain
ungkapan knowledge is power akan menjadi lebih sempurna jika
ditambahkan menjadi meminjam sebuah iklan yang pernah muncul di
Harian Kompas knowledge is power, but character is more.
Demikianlah makna penting sebuah karakter dan proses pembentukkannya
yang tidak pernah mudah melahirkan manusia-manusia yang tidak bisa
dibeli. Ke arah yang demikian itulah pendidikan dan pembelajaran
termasuk pengajaran di institusi formal dan pelatihan di institusi
nonformal seharusnya bermuara, yakni membangun manusia-manusia
berkarakter (terpuji), manusia-manusia yang memperjuangkan agar
dirinya dan orang-orang yang dapat dipengaruhinya agar menjadi lebih
manusiawi, menjadi manusia yang utuh atau memiliki integritas.[ aha]
Sumber: Membangun Karakter oleh Andrias Harefa, seorang trainer dan
penulis 30 buku laris.
membentuk karakter seseorang. Sebab karakter mengandung pengertian:
(1) Suatu kualitas positif yang dimiliki seseorang, sehingga
membuatnya menarik dan atraktif; (2) Reputasi seseorang; dan (3)
Seseorang yang unusual atau memiliki kepribadian yang eksentrik.
Akar kata karakter dapat dilacak dari kata Latin kharakter,
kharassein, dan kharax, yang maknanya "tools for marking", "to
engrave", dan "pointed stake". Kata ini mulai banyak digunakan
(kembali) dalam bahasa Perancis caractere pada abad ke-14 dan
kemudian masuk dalam bahasa Inggris menjadi character, sebelum
akhirnya menjadi bahasa Indonesia karakter. Dalam Kamus
Poerwadarminta, karakter diartikan sebagai tabiat; watak; sifat-
sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang
daripada yang lain. Dengan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa
membangun karakter (character building) adalah proses mengukir atau
memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga `berbentuk' unik, menarik,
dan berbeda atau dapat dibedakan dengan orang lain. Ibarat sebuah
huruf dalam alfabet yang tak pernah sama antara yang satu dengan
yang lain, demikianlah orang-orang yang berkarakter dapat dibedakan
satu dengan yang lainnya (termasuk dengan yang tidak/belum
berkarakter atau `berkarakter' tercela).
Tentang proses pembentukkan karakter ini dapat disebutkan sebuah
nama besar : Helen Keller (1880-1968). Wanita luar biasa ini ia
menjadi buta dan tuli di usia 19 bulan, namun berkat bantuan
keluarganya dan bimbingan Annie Sullivan (yang juga buta dan setelah
melewati serangkaian operasi akhirnya dapat melihat secara terbatas)
kemudian menjadi manusia buta-tuli pertama yang lulus cum laude dari
Radcliffe College di tahun 1904 pernah berkata: "Character cannot
be develop in ease and quite. Only through experience of trial and
suffering can the soul be strengthened, vision cleared, ambition
inspired, and success achieved". Kalimat itu boleh jadi merangkum
sejarah hidupnya yang sangat inspirasional. Lewat perjuangan panjang
dan ketekunan yang sulit dicari tandingannya, ia kemudian menjadi
salah seorang pahlawan besar dalam sejarah Amerika yang mendapatkan
berbagai penghargaan di tingkat nasional dan internasional atas
prestasi dan pengabdiannya (lihat homepage www.hki.org) . Helen
Keller adalah model manusia berkarakter (terpuji). Dan sejarah
hidupnya mendemonstrasikan bagaimana proses membangun karakter itu
memerlukan disiplin tinggi karena tidak pernah mudah dan seketika
atau instant. Diperlukan refleksi mendalam untuk membuat rentetan
moral choice (keputusan moral) dan ditindaklanjuti dengan aksi nyata
sehingga menjadi praksis, refleksi, dan praktik. Diperlukan sejumlah
waktu untuk membuat semua itu menjadi custom (kebiasaan) dan
membentuk watak atau tabiat seseorang.
Selanjutnya, tentang nilai atau makna pentingnya karakter bagi
kehidupan manusia dewasa ini dapat dikutip pernyataan seorang Hakim
Agung di Amerika, Antonin Scalia, yang pernah mengatakan: "Bear in
mind that brains and learning, like muscle and physical skills, are
articles of commerce. They are bought and sold. You can hire them by
the year or by the hour. The only thing in the world NOT FOR SALE IS
CHARACTER. And if that does not govern and direct your brains and
learning, they will do you and the world more harm than good".
Scalia menunjukkan dengan tepat bagaimana karakter harus menjadi
fondasi bagi kecerdasan dan pengetahuan (brains and learning). Sebab
kecerdasan dan pengetahuan (termasuk informasi) itu sendiri memang
dapat diperjualbelikan. Dan sudah menjadi pengetahuan umum bahwa di
era knowledge economy abad ke-21 ini knowledge is power.
Masalahnya, bila orang-orang yang dikenal cerdas dan berpengetahuan
tidak menunjukkan karakter (terpuji), maka tak diragukan lagi bahwa
dunia akan menjadi lebih dan semakin buruk. Dengan kata lain
ungkapan knowledge is power akan menjadi lebih sempurna jika
ditambahkan menjadi meminjam sebuah iklan yang pernah muncul di
Harian Kompas knowledge is power, but character is more.
Demikianlah makna penting sebuah karakter dan proses pembentukkannya
yang tidak pernah mudah melahirkan manusia-manusia yang tidak bisa
dibeli. Ke arah yang demikian itulah pendidikan dan pembelajaran
termasuk pengajaran di institusi formal dan pelatihan di institusi
nonformal seharusnya bermuara, yakni membangun manusia-manusia
berkarakter (terpuji), manusia-manusia yang memperjuangkan agar
dirinya dan orang-orang yang dapat dipengaruhinya agar menjadi lebih
manusiawi, menjadi manusia yang utuh atau memiliki integritas.[ aha]
Sumber: Membangun Karakter oleh Andrias Harefa, seorang trainer dan
penulis 30 buku laris.
Jumat, 14 Maret 2008
sembuhkan kanker dengan Keladi Tikus
"KELADI TIKUS (RODENT TUBER) MAMPU SEMBUHKAN KANKER; DAN ALAMAT CANCER CARE INDONESIA "
JIKA ANDA MAU BERBAIK HATI TERHADAP SESAMA....TOLONG SEBARKAN
INFORMASI INI...
Penyakit Kanker Sudah Tidak Berbahaya Lagi
Kanker tidak lagi mematikan. Para penderita kanker di Indonesiadapat
memiliki harapan hidup yang lebih lama dengan ditemukannya tanaman
"KELADI TIKUS" (Typhonium Flagelliforme/ Rodent Tuber) sebagai tanaman
obat yang dapat menghentikan dan mengobati berbagai penyakit kanker dan
berbagai penyakit berat lain.
Tanaman sejenis talas dengan tinggi maksimal 25 sampai 30 cm ini hanya
tumbuh di semak yang tidak terkena sinar matahari langsung. "Tanaman
ini sangat banyak ditemukan di Pulau Jawa," kata Drs.Patoppoi Pasau,
orang pertama yang menemukan tanaman itu di Indonesia ..
Tanaman obat ini telah diteliti sejak tahun 1995 oleh Prof Dr Chris
K.H.Teo,Dip Agric (M), BSc Agric (Hons)(M), MS, PhD dari Universiti
Sains Malaysia dan juga pendiri Cancer Care Penang, Malaysia. Lembaga
perawatan kanker yang didirikan tahun 1995 itu telah membantu ribuan
pasien dari Malaysia , Amerika, Inggris , Australia , Selandia Baru,
Singapura, dan berbagai negara di dunia.
Di Indonesia, tanaman ini pertama ditemukan oleh Patoppoi di
Pekalongan, Jawa Tengah. Ketika itu, istri Patoppoi mengidap kanker
payudara stadium III dan harus dioperasi 14 Januari 1998. Setelah
kanker ganas tersebut diangkat melalui operasi, istri Patoppoi harus
menjalani kemoterapi (suntikan kimia untuk membunuh sel, Red) untuk
menghentikan penyebaran sel-sel kanker tersebut.
"Sebelum menjalani kemoterapi,dokter mengatakan agar kami
menyiapkan wig (rambut palsu) karena kemoterapi akan mengakibatkan
kerontokan rambut, selain kerusakan kulit dan hilangnya nafsu makan,"
jelas Patoppoi.
Selama mendampingi istrinya menjalani kemoterapi, Patoppoi terus
berusaha mencari pengobatan alternatif sampai akhirnya dia mendapatkan
informasi mengenai penggunaan teh Lin Qi di Malaysia untuk mengobati
kanker. "Saat itu juga saya langsung terbang ke Malaysiauntuk membeli
teh tersebut,"
ujar Patoppoi yang juga ahli biologi. Ketika sedang berada di sebuah
toko
obat di Malaysia , secara tidak sengaja dia melihat dan membaca buku
mengenai pengobatan kanker yang berjudul Cancer, Yet They Live karangan
Dr Chris K.H. Teo terbitan 1996.
"Setelah saya baca sekilas, langsung saja saya beli buku tersebut.
Begitu menemukan buku itu, saya malah tidak jadi membeli teh Lin Qi,
tapi langsung pulang ke Indonesia ," kenang Patoppoi sambil tersenyum.
Di buku itulah Patoppoi membaca khasiat typhonium flagelliforme itu.
Berdasarkan pengetahuannya di bidang biologi, pensiunan pejabat
Departemen Pertanian ini langsung menyelidiki dan mencari tanaman
tersebut. Setelah menghubungi beberapa koleganya di berbagai tempat,
familinya di Pekalongan Jawa Tengah, balas menghubunginya. Ternyata,
mereka menemukan tanaman itu di sana . Setelah mendapatkan tanaman
tersebut dan mempelajarinya lagi, Patoppoi menghubungi Dr. Teo di
Malaysia untuk menanyakan kebenaran tanaman yang ditemukannya itu.
Selang beberapa hari, Dr Teo menghubungi Patoppoi dan menjelaskan bahwa
tanaman tersebut memang benar Rodent Tuber. "Dr Teo mengatakan agar
tidak ragu lagi untuk menggunakannya sebagai obat,"
lanjut Patoppoi.
Akhirnya, dengan tekad bulat dan do'a untuk kesembuhan, Patoppoi mulai
memproses tanaman tersebut sesuai dengan langkah-langkah pada buku
tersebut
untuk diminum sebagai obat. Kemudian Patoppoi menghubungi putranya,
Boni Patoppoi di Buduran, Sidoarjo untuk ikut mencarikan tanaman
tersebut.
"Setelah melihat ciri-ciri tanaman tersebut, saya mulai mencari di
pinggir sungai depan rumah dan langsung saya dapatkan tanaman tersebut
tumbuh liar di
pinggir sungai," kata Boni yang mendampingi ayahnya saat itu.
Selama mengkonsumsi sari tanaman tersebut, isteri Patoppoi mengalami
penurunan efek samping kemoterapi yang dijalaninya. Rambutnya berhenti
rontok, kulitnya tidak rusak dan mual-mual hilang. "Bahkan nafsu makan
ibu saya pun kembali normal," lanjut Boni.
Setelah tiga bulan meminum obat tersebut, isteri Patoppoi menjalani
pemeriksaan kankernya. "Hasil pemeriksaan negatif, dan itu sungguh
mengejutkan kami dan dokter-dokter di Jakarta ," kata Patoppoi. Para
dokter itu kemudian menanyakan kepada Patoppoi, apa yang diberikan pada
isterinya. "Malah mereka ragu, apakah mereka telah salah memberikan
dosis kemoterapi kepada kami," lanjut Patoppoi.
Setelah diterangkan mengenai kisah tanaman Rodent Tuber, para dokter
pun mendukung Pengobatan tersebut dan menyarankan agar
mengembangkannya. Apalagi melihat keadaan isterinya yang tidak
mengalami efek samping kemoterapi yang sangat keras tersebut. Dan
pemeriksaan yang seharusnya tiga bulan sekali
diundur menjadi enam bulan sekali."Tetapi karena sesuatu hal, para
dokter tersebut tidak mau mendukung secara terang-terangan penggunaan
tanaman sebagai
pengobatan alternatif," sambung Boni sambil tertawa.
Setelah beberapa lama tidak berhubungan, berdasarkan peningkatan
keadaan isterinya, pada bulan April 1998, Patoppoi kemudian menghubungi
Dr.Teo
melalui fax untukmenginformasik an bahwa tanaman tersebut banyak terdapat
di Jawa dan
mengajak Dr. Teo untuk menyebarkan penggunaan tanaman ini di Indonesia.
Kemudian Dr .. Teo langsung membalas fax kami, tetapi mereka tidak tahu
apa yang harus mereka perbuat, karena jarak yang jauh," sambung Patoppoi.
Meskipun Patoppoi mengusulkan agar buku mereka diterjemahkan dalam
bahasa Indonesiadan disebar-luaskan di Indonesia, Dr. Teo menganjurkan
agar kedua belah pihak bekerja sama dan berkonsentrasi dalam usaha
nyata membantu penderita kanker di Indonesia.
Kemudian, pada akhir Januari 2000 saat Jawa Pos mengulas habis mengenai
meninggalnya Wing Wir yanto , salah satu wartawan handal Jawa
Pos,Patoppoi sempat tercengang. Data-data rinci mengenai gejala,
penderitaan, pengobatan yang diulas di Jawa Pos, ternyata sama dengan
salah satu pengalaman pengobatan penderita kanker usus yang dijelaskan
di buku tersebut. Dan eksperimen pengobatan
tersebut berhasil menyembuhkan pasien tersebut.
"Lalu saya langsung menulis di kolom Pembaca Menulis di Jawa Pos,"
ujar Boni.
Dan tanggapan yang diterimanya benar-benar diluar dugaan. Dalam sehari,
bisa sekitar 30 telepon yang masuk. "Sampai saat ini, sudah ada sekitar
300 orang
yang datang ke sini," lanjut Boni yang beralamat di Jl. KH. Khamdani,
Buduran Sidoarjo.
Pasien pertama yang berhasil adalah penderita Kanker Mulut Rahim
stadium dini. Setelah diperiksa, dokter mengatakan harus dioperasi.
Tetapi karena belum memiliki biaya dan sambil menunggu rumahnya laku
dijual
untuk biaya operasi, mereka datang setelah membaca Jawa Pos.
Setelah diberi tanaman dan cara meminumnya, tidak lama kemudian pasien
tersebut datang lagi dan melaporkan bahwa dia tidak perlu dioperasi,
karena hasil pemeriksaan mengatakan negatif.
Berdasarkan animo masyarakat sekitar yang sangat tinggi, Patoppoi
berusaha untuk menemui Dr. Teo secara langsung. Atas bantuan Direktur
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan, Sampurno,
Patoppoi dapat menemui Dr. Teo di Penang , Malaysia . Di kantor Pusat
Cancer Care Penang, Malaysia , Patoppoi mendapat penerangan lebih lanjut
mengenai riset tanaman yang saat ditemukan memiliki nama Indonesia ..
Ternyata saat Patoppoi mendapat buku "Cancer, Yet They Live" edisi
revisi tahun 1999, fax yang dikirimnya di masukkan dalam buku tersebut,
serta pengalaman
isterinya dalam usahanya berperang melawan kanker. Dari pembicaraan
mereka, Dr. Teo merekomendasi agar Patoppoi mendirikan
perwakilan Cancer Care di Jakarta dan Surabaya . Maka secara resmi,
Patoppoi dan putranya diangkat sebagai perwakilan lembaga sosial Cancer
Care Indonesia , yang juga disebutkan dalam buletin bulanan Cancer Care,
yaitu di
Jl. Kayu Putih 4 No. 5, Jakarta Timur, telp. 021-4894754, 4894786, 4897686
dan di Buduran, Sidoarjo.
Cancer Care Malaysiatelah mengembangkan bentuk
pengobatan tersebut secara lebih canggih. Mereka telah memproduksi
ekstrak Keladi Tikus
dalam bentuk pil dan teh bubuk yang dikombinasikan dengan berbagai
tananaman lainnya dengan dosis tertentu. "Dosis yang diperlukan
tergantung penyakit yang diderita," kata Boni.
Untuk mendapatkan obat tersebut, penderita harus mengisi formulir yang
menanyakan keadaan dan gejala penderita dan akan dikirimkan melalui fax
ke Dr. Teo. "Formulir tersebut dapat diisi disini, dan akan kami fax-kan.
Kemudian Dr. Teo sendiri yang akan mengirimkan resep sekaligus
obatnya, dengan harga langsung dari Malaysia , sekitar 40-60 Ringgit
Malaysia ," lanjut Boni.
"Jadi pasien hanya membayar biaya fax dan obat, kami tidak menarik
keuntungan,
malahan untuk yang kurang mampu, Dr.Teo bisa memberikan perpanjangan
waktu pembayaran. " tambahnya.
Sebenarnya pengobatan ini juga didukung dan sedang dicoba oleh salah
satu dokter senior di Surabaya, pada pasiennya yang mengidap kanker
ginjal. Adadua pasien yang sedang dirawat dokter yang pernah menjabat
sebagai direktur salah satu rumah sakit terbesar di Surabayaini. Pasien
pertama yang
mengidap kanker rahim tidak sempat diberi pengobatan dengan keladi tikus,
karena telah
ditangani oleh rekan-rekan dokter yang telah memiliki reputasi. Setelah
menjalani kemoterapi dan radiologi, pasien tersebut mengalami kerontokan
rambut, kulit rusak dan gatal, dan selalu muntah.
Tetapi pada pasien kedua yang mengidap kanker ginjal, dokter ini
menanganinya sendiri dan juga memberikan pil keladi tikus untuk membantu
proses penyembuhan kemoterapi.
Pada pasien kedua ini, tidak ditemui berbagai efek yang dialami
penderita pertama, bahkan pasien tersebut kelihatan normal. Tetapi
dokter ini menolak untuk diekspos karena
menurutnya, pengobatan ini belum resmi diteliti di Indonesia ..
Menurutnya, jika rekan-rekannya mengetahui bahwa dia memakai pengobatan
alternatif, mereka akan memberikan predikat sebagai "ter-kun" atau
dokter-dukun.
"Disinilah gap yang terbuka antara pengobatan konvensional dan modern,"
kata dokter tersebut.
Banyak hal menarik yang dialami Boni selama menerima dan memberikan
bantuan kepada berbagai pasien. Bahkan ada pecandu berat putaw dan
sabu-sabu di Surabaya , yang pada akhirnya pecandu tersebut mendapat
kanker paru-paru. Setelah mendapat vonis kanker paru-paru stadium III,
pasien tersebut mengkonsumsi pil
dan teh dari Cancer Care. Hasilnya cukup mengejutkan, karena ternyata
obat tersebut dapat mengeluarkan racun narkoba dari peredaran darah
penderita dan
mengatasi ketergantungan pada narkoba tersebut.
"Tapi, jika pecandu sudah bisa menetralisir racun dengan keladi tikus,
dia tidak boleh memakai narkoba lagi, karena pasti akan timbul
resistensi. Jadi jangan
seperti kebo, habis mandi berkubang lagi," sambung Boni sambil tertawa.
Juga ada pengalaman pasien yang meraung-raung kesakitan akibat serangan
kanker yang menggerogotinya, karena obat penawar rasa sakit sudah tidak
mempan lagi. Setelah diberi minum sari keladi tikus, beberapa saat
kemudian pasien tersebut tenang dan tidak lagi merasa kesakitan.
Menurut data Cancer Care Malaysia, berbagai penyakit yang telah
disembuhkan adalah berbagai kanker dan penyakit berat seperti kanker
payudara, paru-paru, usus besar-rectum,
liver, prostat, ginjal, leher rahim, tenggorokan, tulang, otak, limpa,
leukemia, empedu, pankreas,
dan hepatitis.
Jadi diharapkan agar hasil penelitian yang menghabiskan milyaran
Ringgit
Malaysiaselama 5 tahun
dapat benar-benar berguna bagi dunia kesehatan.
Bagi teman-teman yang memerlukan informasi lebih lanjut sehubungan
dengan artikel "Obat Kanker" bisa menghubungi perwakilan lembaga sosial
"Cancer Care Indonesia " beralamat di Jl. Kayu Putih 4 no. 5, Jakarta Timur,
telp : 021-4894754, 4894786, 4897686
JIKA ANDA MAU BERBAIK HATI TERHADAP SESAMA....TOLONG SEBARKAN
INFORMASI INI...
Penyakit Kanker Sudah Tidak Berbahaya Lagi
Kanker tidak lagi mematikan. Para penderita kanker di Indonesiadapat
memiliki harapan hidup yang lebih lama dengan ditemukannya tanaman
"KELADI TIKUS" (Typhonium Flagelliforme/ Rodent Tuber) sebagai tanaman
obat yang dapat menghentikan dan mengobati berbagai penyakit kanker dan
berbagai penyakit berat lain.
Tanaman sejenis talas dengan tinggi maksimal 25 sampai 30 cm ini hanya
tumbuh di semak yang tidak terkena sinar matahari langsung. "Tanaman
ini sangat banyak ditemukan di Pulau Jawa," kata Drs.Patoppoi Pasau,
orang pertama yang menemukan tanaman itu di Indonesia ..
Tanaman obat ini telah diteliti sejak tahun 1995 oleh Prof Dr Chris
K.H.Teo,Dip Agric (M), BSc Agric (Hons)(M), MS, PhD dari Universiti
Sains Malaysia dan juga pendiri Cancer Care Penang, Malaysia. Lembaga
perawatan kanker yang didirikan tahun 1995 itu telah membantu ribuan
pasien dari Malaysia , Amerika, Inggris , Australia , Selandia Baru,
Singapura, dan berbagai negara di dunia.
Di Indonesia, tanaman ini pertama ditemukan oleh Patoppoi di
Pekalongan, Jawa Tengah. Ketika itu, istri Patoppoi mengidap kanker
payudara stadium III dan harus dioperasi 14 Januari 1998. Setelah
kanker ganas tersebut diangkat melalui operasi, istri Patoppoi harus
menjalani kemoterapi (suntikan kimia untuk membunuh sel, Red) untuk
menghentikan penyebaran sel-sel kanker tersebut.
"Sebelum menjalani kemoterapi,dokter mengatakan agar kami
menyiapkan wig (rambut palsu) karena kemoterapi akan mengakibatkan
kerontokan rambut, selain kerusakan kulit dan hilangnya nafsu makan,"
jelas Patoppoi.
Selama mendampingi istrinya menjalani kemoterapi, Patoppoi terus
berusaha mencari pengobatan alternatif sampai akhirnya dia mendapatkan
informasi mengenai penggunaan teh Lin Qi di Malaysia untuk mengobati
kanker. "Saat itu juga saya langsung terbang ke Malaysiauntuk membeli
teh tersebut,"
ujar Patoppoi yang juga ahli biologi. Ketika sedang berada di sebuah
toko
obat di Malaysia , secara tidak sengaja dia melihat dan membaca buku
mengenai pengobatan kanker yang berjudul Cancer, Yet They Live karangan
Dr Chris K.H. Teo terbitan 1996.
"Setelah saya baca sekilas, langsung saja saya beli buku tersebut.
Begitu menemukan buku itu, saya malah tidak jadi membeli teh Lin Qi,
tapi langsung pulang ke Indonesia ," kenang Patoppoi sambil tersenyum.
Di buku itulah Patoppoi membaca khasiat typhonium flagelliforme itu.
Berdasarkan pengetahuannya di bidang biologi, pensiunan pejabat
Departemen Pertanian ini langsung menyelidiki dan mencari tanaman
tersebut. Setelah menghubungi beberapa koleganya di berbagai tempat,
familinya di Pekalongan Jawa Tengah, balas menghubunginya. Ternyata,
mereka menemukan tanaman itu di sana . Setelah mendapatkan tanaman
tersebut dan mempelajarinya lagi, Patoppoi menghubungi Dr. Teo di
Malaysia untuk menanyakan kebenaran tanaman yang ditemukannya itu.
Selang beberapa hari, Dr Teo menghubungi Patoppoi dan menjelaskan bahwa
tanaman tersebut memang benar Rodent Tuber. "Dr Teo mengatakan agar
tidak ragu lagi untuk menggunakannya sebagai obat,"
lanjut Patoppoi.
Akhirnya, dengan tekad bulat dan do'a untuk kesembuhan, Patoppoi mulai
memproses tanaman tersebut sesuai dengan langkah-langkah pada buku
tersebut
untuk diminum sebagai obat. Kemudian Patoppoi menghubungi putranya,
Boni Patoppoi di Buduran, Sidoarjo untuk ikut mencarikan tanaman
tersebut.
"Setelah melihat ciri-ciri tanaman tersebut, saya mulai mencari di
pinggir sungai depan rumah dan langsung saya dapatkan tanaman tersebut
tumbuh liar di
pinggir sungai," kata Boni yang mendampingi ayahnya saat itu.
Selama mengkonsumsi sari tanaman tersebut, isteri Patoppoi mengalami
penurunan efek samping kemoterapi yang dijalaninya. Rambutnya berhenti
rontok, kulitnya tidak rusak dan mual-mual hilang. "Bahkan nafsu makan
ibu saya pun kembali normal," lanjut Boni.
Setelah tiga bulan meminum obat tersebut, isteri Patoppoi menjalani
pemeriksaan kankernya. "Hasil pemeriksaan negatif, dan itu sungguh
mengejutkan kami dan dokter-dokter di Jakarta ," kata Patoppoi. Para
dokter itu kemudian menanyakan kepada Patoppoi, apa yang diberikan pada
isterinya. "Malah mereka ragu, apakah mereka telah salah memberikan
dosis kemoterapi kepada kami," lanjut Patoppoi.
Setelah diterangkan mengenai kisah tanaman Rodent Tuber, para dokter
pun mendukung Pengobatan tersebut dan menyarankan agar
mengembangkannya. Apalagi melihat keadaan isterinya yang tidak
mengalami efek samping kemoterapi yang sangat keras tersebut. Dan
pemeriksaan yang seharusnya tiga bulan sekali
diundur menjadi enam bulan sekali."Tetapi karena sesuatu hal, para
dokter tersebut tidak mau mendukung secara terang-terangan penggunaan
tanaman sebagai
pengobatan alternatif," sambung Boni sambil tertawa.
Setelah beberapa lama tidak berhubungan, berdasarkan peningkatan
keadaan isterinya, pada bulan April 1998, Patoppoi kemudian menghubungi
Dr.Teo
melalui fax untukmenginformasik an bahwa tanaman tersebut banyak terdapat
di Jawa dan
mengajak Dr. Teo untuk menyebarkan penggunaan tanaman ini di Indonesia.
Kemudian Dr .. Teo langsung membalas fax kami, tetapi mereka tidak tahu
apa yang harus mereka perbuat, karena jarak yang jauh," sambung Patoppoi.
Meskipun Patoppoi mengusulkan agar buku mereka diterjemahkan dalam
bahasa Indonesiadan disebar-luaskan di Indonesia, Dr. Teo menganjurkan
agar kedua belah pihak bekerja sama dan berkonsentrasi dalam usaha
nyata membantu penderita kanker di Indonesia.
Kemudian, pada akhir Januari 2000 saat Jawa Pos mengulas habis mengenai
meninggalnya Wing Wir yanto , salah satu wartawan handal Jawa
Pos,Patoppoi sempat tercengang. Data-data rinci mengenai gejala,
penderitaan, pengobatan yang diulas di Jawa Pos, ternyata sama dengan
salah satu pengalaman pengobatan penderita kanker usus yang dijelaskan
di buku tersebut. Dan eksperimen pengobatan
tersebut berhasil menyembuhkan pasien tersebut.
"Lalu saya langsung menulis di kolom Pembaca Menulis di Jawa Pos,"
ujar Boni.
Dan tanggapan yang diterimanya benar-benar diluar dugaan. Dalam sehari,
bisa sekitar 30 telepon yang masuk. "Sampai saat ini, sudah ada sekitar
300 orang
yang datang ke sini," lanjut Boni yang beralamat di Jl. KH. Khamdani,
Buduran Sidoarjo.
Pasien pertama yang berhasil adalah penderita Kanker Mulut Rahim
stadium dini. Setelah diperiksa, dokter mengatakan harus dioperasi.
Tetapi karena belum memiliki biaya dan sambil menunggu rumahnya laku
dijual
untuk biaya operasi, mereka datang setelah membaca Jawa Pos.
Setelah diberi tanaman dan cara meminumnya, tidak lama kemudian pasien
tersebut datang lagi dan melaporkan bahwa dia tidak perlu dioperasi,
karena hasil pemeriksaan mengatakan negatif.
Berdasarkan animo masyarakat sekitar yang sangat tinggi, Patoppoi
berusaha untuk menemui Dr. Teo secara langsung. Atas bantuan Direktur
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan, Sampurno,
Patoppoi dapat menemui Dr. Teo di Penang , Malaysia . Di kantor Pusat
Cancer Care Penang, Malaysia , Patoppoi mendapat penerangan lebih lanjut
mengenai riset tanaman yang saat ditemukan memiliki nama Indonesia ..
Ternyata saat Patoppoi mendapat buku "Cancer, Yet They Live" edisi
revisi tahun 1999, fax yang dikirimnya di masukkan dalam buku tersebut,
serta pengalaman
isterinya dalam usahanya berperang melawan kanker. Dari pembicaraan
mereka, Dr. Teo merekomendasi agar Patoppoi mendirikan
perwakilan Cancer Care di Jakarta dan Surabaya . Maka secara resmi,
Patoppoi dan putranya diangkat sebagai perwakilan lembaga sosial Cancer
Care Indonesia , yang juga disebutkan dalam buletin bulanan Cancer Care,
yaitu di
Jl. Kayu Putih 4 No. 5, Jakarta Timur, telp. 021-4894754, 4894786, 4897686
dan di Buduran, Sidoarjo.
Cancer Care Malaysiatelah mengembangkan bentuk
pengobatan tersebut secara lebih canggih. Mereka telah memproduksi
ekstrak Keladi Tikus
dalam bentuk pil dan teh bubuk yang dikombinasikan dengan berbagai
tananaman lainnya dengan dosis tertentu. "Dosis yang diperlukan
tergantung penyakit yang diderita," kata Boni.
Untuk mendapatkan obat tersebut, penderita harus mengisi formulir yang
menanyakan keadaan dan gejala penderita dan akan dikirimkan melalui fax
ke Dr. Teo. "Formulir tersebut dapat diisi disini, dan akan kami fax-kan.
Kemudian Dr. Teo sendiri yang akan mengirimkan resep sekaligus
obatnya, dengan harga langsung dari Malaysia , sekitar 40-60 Ringgit
Malaysia ," lanjut Boni.
"Jadi pasien hanya membayar biaya fax dan obat, kami tidak menarik
keuntungan,
malahan untuk yang kurang mampu, Dr.Teo bisa memberikan perpanjangan
waktu pembayaran. " tambahnya.
Sebenarnya pengobatan ini juga didukung dan sedang dicoba oleh salah
satu dokter senior di Surabaya, pada pasiennya yang mengidap kanker
ginjal. Adadua pasien yang sedang dirawat dokter yang pernah menjabat
sebagai direktur salah satu rumah sakit terbesar di Surabayaini. Pasien
pertama yang
mengidap kanker rahim tidak sempat diberi pengobatan dengan keladi tikus,
karena telah
ditangani oleh rekan-rekan dokter yang telah memiliki reputasi. Setelah
menjalani kemoterapi dan radiologi, pasien tersebut mengalami kerontokan
rambut, kulit rusak dan gatal, dan selalu muntah.
Tetapi pada pasien kedua yang mengidap kanker ginjal, dokter ini
menanganinya sendiri dan juga memberikan pil keladi tikus untuk membantu
proses penyembuhan kemoterapi.
Pada pasien kedua ini, tidak ditemui berbagai efek yang dialami
penderita pertama, bahkan pasien tersebut kelihatan normal. Tetapi
dokter ini menolak untuk diekspos karena
menurutnya, pengobatan ini belum resmi diteliti di Indonesia ..
Menurutnya, jika rekan-rekannya mengetahui bahwa dia memakai pengobatan
alternatif, mereka akan memberikan predikat sebagai "ter-kun" atau
dokter-dukun.
"Disinilah gap yang terbuka antara pengobatan konvensional dan modern,"
kata dokter tersebut.
Banyak hal menarik yang dialami Boni selama menerima dan memberikan
bantuan kepada berbagai pasien. Bahkan ada pecandu berat putaw dan
sabu-sabu di Surabaya , yang pada akhirnya pecandu tersebut mendapat
kanker paru-paru. Setelah mendapat vonis kanker paru-paru stadium III,
pasien tersebut mengkonsumsi pil
dan teh dari Cancer Care. Hasilnya cukup mengejutkan, karena ternyata
obat tersebut dapat mengeluarkan racun narkoba dari peredaran darah
penderita dan
mengatasi ketergantungan pada narkoba tersebut.
"Tapi, jika pecandu sudah bisa menetralisir racun dengan keladi tikus,
dia tidak boleh memakai narkoba lagi, karena pasti akan timbul
resistensi. Jadi jangan
seperti kebo, habis mandi berkubang lagi," sambung Boni sambil tertawa.
Juga ada pengalaman pasien yang meraung-raung kesakitan akibat serangan
kanker yang menggerogotinya, karena obat penawar rasa sakit sudah tidak
mempan lagi. Setelah diberi minum sari keladi tikus, beberapa saat
kemudian pasien tersebut tenang dan tidak lagi merasa kesakitan.
Menurut data Cancer Care Malaysia, berbagai penyakit yang telah
disembuhkan adalah berbagai kanker dan penyakit berat seperti kanker
payudara, paru-paru, usus besar-rectum,
liver, prostat, ginjal, leher rahim, tenggorokan, tulang, otak, limpa,
leukemia, empedu, pankreas,
dan hepatitis.
Jadi diharapkan agar hasil penelitian yang menghabiskan milyaran
Ringgit
Malaysiaselama 5 tahun
dapat benar-benar berguna bagi dunia kesehatan.
Bagi teman-teman yang memerlukan informasi lebih lanjut sehubungan
dengan artikel "Obat Kanker" bisa menghubungi perwakilan lembaga sosial
"Cancer Care Indonesia " beralamat di Jl. Kayu Putih 4 no. 5, Jakarta Timur,
telp : 021-4894754, 4894786, 4897686
Kamis, 13 Maret 2008
Jangan Biarkan Suplemen Merusak Anda
LONDON, RABU - Fenomena penggunaan vitamin dan suplemen kesehatan akhir-akhir ini semakin marak saja. Dalam setahun, konsumen bisa menghabiskan kocek hingga ratusan juta rupiah untuk membeli vitamin atau suplemen demi menjaga kesehatan. Bahkan di Inggris, biaya belanja suplemen dapat mencapai 300 juta poundsterling atau sekitar Rp.540 miliar dalam setahun.
Namun siapa sangka, di balik penggunaan vitamin dan suplemen ternyata ada risiko yang mengintai. Beberapa riset kerap mengaitkan penggunaan suplemen dengan risiko mengidap kanker dan stroke. Sejumlah beberapa lembaga pengawas obat dan produk perawatan kesehatan juga memperingatkan bahaya akan residu obat ilegal.
Glukosamin yang banyak dipakai untuk mengobati sakit sendi atau otot, juga mendapat sorotan. Pengadilan di Skotlandia misalnya, saat ini masih terus melakukan investigasi untuk membuktikan apakah obat ini menjadi penyebab meninggalnya pasien yang mengalami kegagalan liver. Sementara itu, vitamin E yang kerap diklaim sebagai antioksidan pencegah kanker, menurut sebuah riset di AS justru dapat meningkatkan risiko tumor paru.
Tanaman obat bernama ginkgo biloba yang disebut-sebut berkhasiat mengobati kepikunan, pun menurut sebuah riset yang dipublikasikan jurnal Neurology pekan lalu diduga berpotensi memicu stroke. Sedangkan Foods Standards Agency di Inggris pekan lalu meragukan royal jelly sebagai makanan yang mampu meningkatkan kekebalan tubuh.
Untuk memperoleh manfaat maksimal dari vitamin atau suplemen, ada baiknya Anda mengonsumsinya secara bijaksama. Akan lebih baik lagi bila mengonsultasikannya lebih dulu dengan dokter kepercayaan Anda.
Tetapi sebagai informasi, Anda juga patut mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan yang dimiliki suatu jenis vitamin atau suplemen. Dengan begitu, Anda akan lebih waspada dalam menggunakannya.
Berikut adalah delapan jenis vitamin atau suplemen paling populer yang dinilai memiliki kelebihan dan kekurangannya.
VITAMIN E
+ : Berfungsi sebagai antioksidan yang melindungi sel-sel dari kerusakan, vitamin E banyak ditemukan dalam kacang-kacangan dan biji-bijian. Banyak sekali penelitian yang menunjukkan bahwa mengonsumsi makanan mengandung vitamin E mampu menekan risiko penyakit jantung dan kanker.
- : Sejaun ini belum ada bukti signifikan akan manfaat suplementasi vitamin E. Faktanya, riset yang dilakukan peneliti di John Hopkins University AS mengindikasikan bahwa vitamin E berpotensi meningkatkan risiko penyakit jantung hingga 10 persen. Pekan lalu, sebuah riset juga mengindikasikan peningkatan risiko kanker paru-paru hingga 28 persen.
Vitamin B6
+ : British Medical Journal melaporkan bahwa dosis 100 mg vitamin B6 mampu meringankan gejala-gejala sindrom premenstrual. Sejumlah riset juga mengaitkan asupan asal folat dan vit B8 , yang banyak ditemukan dalam telur daging dan ikan, dengan penurunan risiko penyakit jantung dan kanker perut.
- : Meskipun konsumsi makanan berkadar vit B6 tinggi dikaitkan dengan rendahnya risiko penyakit jantung, belum ada bukti bahwa meminum pil vit B6 memiliki efek yang sama. Studi berskala besar di Norwegia menunjukkan meminum vit B6 dan folat justru meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke hingga 20 persen. Dosis tinggi juga dapat menyebabkan kerusakan syaraf.
St John Wort (Hypericum perforatum)
+ : Kepercayaan tradisi mengatakan herbal ini mampu melawan ilmu sihir. Lazimnya, herbal ini digunakan untuk memelihara sistem saraf dan melindungi sel-sel saraf dalam tubuh. Herbal ini biasa digunakan untuk meredakan hipertensi dan melancarkan peredaran darah.
- : Salah seorang ahli pengobatan alternatif Inggris, Profesor Edzard Ernst, dari Plymouth Peninsula Medical School memperingatkan bahwa St John Wort dapat mengurangi efektivitas obat resep seperti warfarin atau obat pengencer darah lainnya, pil anti kanker atau obat-obat pembedahan . Hindari herbal ini jika Anda mengidap epilepsi atau asma.
Royal Jelly
+ : Cairan kental yang dihasilkan lebah muda sebagai bahan makanan Larva Lebah dan makanan khusus Ratu lebah ini telah terbukti mampu membunuh bakteri dalam tes laboratorium. Zat ini juga mengandung protein dan vitamin C dan diklaim mampu meningkatkan kekebalan tubuh meski belum ada bukti yang solid.
- : Ada sejarah tentang masalah yang ditimbulkan residu obat-obatan yang dibuat dari royal jelly. Pemberian obat-obatan dengan dosis berlebihan pada hewan yang produknya akan dikonsumsi manusia berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan. Zat ini juga diduga berpotensi menimbulkan reaksi mematikan. Di Australia, kemasan suplemen royal jelly wajib disertai label peringatan menyusul adanya kasus anak berusia 11 tahun yang mengonsumsinya kemudan meninggal akibat asma.
Glukosamin
+ : Dua penelitian besar menunjukkan glukosamin mampu meringankan rasa sakit dan memperbaiki mobilitas pada pasien penderita osteoarthtritis. Bukti ini begitu meyakinkan sehingga US National Institutes Of Health berencana menggelar riset lanjutan.
- : Kualitas dan kekuatan produk glukosamin bervariasi. Tampaknya glukosamin juga hanya efektif jika dikombinasikan dengan sejenis senyawa disebut condroitin.
Ginkgo Biloba
+ : Walaupun beberapa riset menunjukkan efek negatif, Prof Ernst percaya bahwa ginkgo tetap berkhasiat. Ia menekankan bahwa ketika peneliti mencoret partisipan yang tidak mengonsumsinya secara teratur, ada sekitar 68 persen penurunan risiko gangguan ingatan akibat konsumsi ginkgo.
- : Prof Ernst mengatakan bahwa studi lanjutan perlu dilakukan sebab stroke yang disebabkan pembekuan, bukan pendarahan - yang mungkin Anda harap ginkgo adalah pengencer darah. Untuk alasan tersebut, suplemen ginkgo seharusnya tidak diminum bersama aspirin, warfarin atau obat anti pembekuan darah lainnya. Hindari pula sebelum menjalani operasi.
Kava Kava
+ : Minuman yang dibuat dari sari akar Kava-kava telah dikenal sejak berabad-abad lampau sebagai obat penenang alami. Sejumlah riset, termasuk yang dilakukan Prof Ernst, terbukti efektif mengatasi kecemasan.
- : Menyusul adanya kasus kematian akibat kerusakan liver di antara pasien peminum suplemen kava, herbal ini dilarang di wilayah Inggris, namun suplemen dalam bentuk pil masih bisa diperoleh lewat internet.
Black Cohosh (Cimicifuga racemosa)
+ : Black Cohosh adalah sejenis tanaman liar mirip semak yang selalu hijau sepanjang tahun. Bagian tanaman yang digunakan sebagai tanaman obat adalah akar dan rimpangnya yang dikeringkan. Walaupun penelitian yang mendukung manfaat herba ini masih sedikit, secara historis, orang-orang Indian Amerika sudah sejak dulu menggunakannya untuk berbagai kondisi, mulai dari masalah-masalah kewanitaan sampai gigitan ular berbisa. Peneliti dari AS yang melakukan tinjauan sejumlah riset menyatakan ada bukti yang cukup bahwa ekstrak herbal ini mampu meringankan gejala-gejala menopause. Sebuah riset terbaru di Prancis juga menemukan bahwa ekstrak black cohosh mampu menghentikan pertumbuhan sel-sel kanker payudara.
- : Menyusul adanya laporan kerusakan liver, Badan Pengawas Obat dan Produk Perawatan Kesehatan Inggris (MHRA) telah meminta produsen untuk mencantumkan label peringatan akan adanya ancaman risiko penggunaan suplemen jenis ini.
AC /kompas
UANG
OB lebih kreatif dari CW
Deni adalah seorang copywriter di sebuah biro iklan lokal. Teman-temannya mengatakan bahwa Deni sedang kesulitan keuangan. Kok tahu? Ya taulah. Karena setiap kali kekurangan uang, Deni selalu sibuk meminjam uang sana sini. Beberapa temannya ada yang menolak karena setiap bulan dia hampir selalu meminjam uang.
Memang, setelah gajian utangnya pasti dibayar, tapi beberapa hari kemudian pinjam lagi. Lama-kelamaan teman-temannya merasa keberatan. Kalau sudah demikian, maka Deni sibuk mencari-cari siapa yang dapat meminjamkan uangnya.
Akhirnya Deni mendapatkan juga uang yang dibutuhkannya dari pinjaman seorang office boy. Sebenarnya Deni malu. Uangnya sudah habis padahal baru tanggal 16. Dia sudah tidak punya uang lagi untuk naik taxi ke kantor dan untuk biaya makan.
Ketika dia sedang berkeluh kesah dan bingung, tiba-tiba office boy menawarkan uangnya. Dia tidak sampai hati melihat Deni kesulitan. Deni tadinya menolak karena malu. Masak staf meminjam uang dari office boy? Tapi orang tersebut benar-benar rela ingin membantunya, sehingga akhirnya Deni menerima bantuannya.
Dalam hati kecilnya Deni merasa sangat malu. Malu sekali!. Tapi Deni terpaksa menerimanya, dia benar-benar tidak punya uang. Keesokan harinya dia ingin mencari office boy tersebut dan mengajaknya berbincang-bincang.
Deni penasaran. Mengapa office boy tersebut bisa punya uang lebih dan bahkan bisa meminjamkan uangnya kepada Deni? Bukankah gaji Deni lebih besar? Mereka sama-sama masih bujangan, belum menikah. Tapi, mengapa
office boy tersebut bisa menyimpan uang sedangkan Deni selalu kehabisan uang? Kok bisa? Apa kuncinya?
Siangnya Deni baru mendapat kesempatan untuk berbincang-bincang dan bertukar pikiran. Office boy itu memang sangat istimewa. Dia paling rajin bekerja. Paling tuntas mengerjakan semua tugasnya. Tidak pernah terlambat masuk kerja. Padahal kalau dilihat penampilannya sepertinya biasa saja. Orangnya sederhana, agak kurus dan sopan, tapi tidak terkesan menjilat.
Sambil makan siang bersama di warung sebelah, Deni mulai menggali kunci sukses menyimpan uang yang dilakukan office boy tersebut. "Bagaimana caranya sih, kok bisa mempunyai uang lebih? Gaji saya selalu habis setelah tengah bulan." Deni membuka percakapan.
Office boy tersebut mulai bercerita. "Saya dulu juga begitu, mas. Gaji saya selalu habis sebelum akhir bulan. Akhirnya saya terpaksa meminjam dari teman. Tapi setelah meminjam, rasanya gaji saya semakin tidak cukup. Karena setiap kali gajian, saya harus mengembalikan uang yang saya pinjam di bulan sebelumnya. Jadi uang gaji saya berkurang.
Akibatnya saya semakin kekurangan mas. Gaji utuh saja tidak cukup, apalagi setelah dipotong untuk membayar utang. Ya, semakin berkurang lah mas. Semakin lama, utang saya semakin banyak"
Benar juga, pikir Deni. Pikiran yang sederhana tapi mengandung kebenaran karena seperti itulah yang dialaminya. "Jadi bagaimana caranya melepaskan diri dari lilitan utang?" tanya Deni.
"Waktu itu saya diajari oleh nenek saya. Saya pernah pulang kampung tanpa membawa uang banyak. Waktu itu nenek saya bertanya kemana gaji saya. Saya bilang sudah habis. Langsung saya dipanggil dan diberi wejangan oleh beliau." katanya.
Nenek saya berkata: "Uang itu seperti air. Air selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah. Kalau tidak dibendung, maka air akan mengalir terus. Seperti sungai. Harus dibendung. Setelah dibendung, maka uang akan berhenti mengalir dan akan mulai bertambah banyak."
Hidup prihatin
Waktu itu saya bertanya: "Bagaimana cara membendungnya? " Nenek saya menjawab tegas:"Prihatin. Bulan depan jangan utang lagi."
"Tapi nanti kurang nek."
"Tidak", kata nenek. "Begini caranya. Begitu terima gaji, segera lunasi utangmu. Sisanya harus dicukupkan untuk sebulan. Jangan utang. Kamu jangan makan di luar atau jajan. Kalau perlu makan nasi putih dan garam, kecap atau kerupuk saja. Pasti cukup." Lalu saya diajak menghitung berapa uang yang harus saya sisihkan untuk ongkos, berapa untuk beli beras, garam, kecap dan kerupuk, dan lain-lain.
Nenek benar-benar meminta saya hidup secara prihatin. Saya tidak boleh naik ojek lagi. Dari rumah saya harus berjalan kaki ke jalan raya tempat saya naik angkutan umum. Pulangnya juga tidak naik ojek karena ojek cukup mahal.Uang saya memang pas-pasan untuk hidup ngirit seperti itu. Tapi memang cukup sih."
"Bulan depannya, saya disarankan untuk melanjutkan hidup seperti itu.
Bulan depannya, uang gaji saya sudah mulai ada yang bisa saya sisihkan untuk ditabung.
Bulan ketiga saya mulai makan lebih banyak demi menjaga kondisi tubuh saya, bukan lagi dengan garam dan kecap. Tapi dua bulan hidup sederhana telah membuat saya tidak ingin beli apa-apa lagi. Makanan saya cukup sederhana saja. Saya tidak lagi suka jajan. Saya tidak pernah naik ojek lagi. Dari situlah saya mulai bisa menabung mas. Sampai sekarang."
Deni bertanya:"Boleh tahu berapa tabungan kamu? Tapi kalau kamu keberatan menjawab, tidak apa-apa. Tak usah dijawab."
"Tidak apa-apa mas. Tabungan saya hampir enam juta rupiah. Saya ingin menabung untuk biaya pernikahan saya tahun depan Mas."
Deni hanya bisa terharu. Yang penting niat. Kalau mau ngirit, pasti bisa. Mengapa uangnya habis terus? Karena pengeluaran Deni cukup besar. Padahal sebenarnya bisa dikurangi. Tapi Deni cenderung memanjakan dirinya. Dia selalu memilih naik taxi. Makan siang selalu di luar, tidak pernah mau membawa nasi atau makanan dari rumah.
Pengeluarannya jauh melebihi gaji yang diperolehnya.
Rasa haru campur malu membuat Deni bertekad mengubah cara hidupnya. Dia juga ingin membendung uang yang dimilikinya. Dia takkan membiarkan uangnya mengalir terus. Harus segera dibendung.
Mulai kapan? Hari ini! Change!Start today! Start now!
Oleh: Lisa Nuryanti
Deni adalah seorang copywriter di sebuah biro iklan lokal. Teman-temannya mengatakan bahwa Deni sedang kesulitan keuangan. Kok tahu? Ya taulah. Karena setiap kali kekurangan uang, Deni selalu sibuk meminjam uang sana sini. Beberapa temannya ada yang menolak karena setiap bulan dia hampir selalu meminjam uang.
Memang, setelah gajian utangnya pasti dibayar, tapi beberapa hari kemudian pinjam lagi. Lama-kelamaan teman-temannya merasa keberatan. Kalau sudah demikian, maka Deni sibuk mencari-cari siapa yang dapat meminjamkan uangnya.
Akhirnya Deni mendapatkan juga uang yang dibutuhkannya dari pinjaman seorang office boy. Sebenarnya Deni malu. Uangnya sudah habis padahal baru tanggal 16. Dia sudah tidak punya uang lagi untuk naik taxi ke kantor dan untuk biaya makan.
Ketika dia sedang berkeluh kesah dan bingung, tiba-tiba office boy menawarkan uangnya. Dia tidak sampai hati melihat Deni kesulitan. Deni tadinya menolak karena malu. Masak staf meminjam uang dari office boy? Tapi orang tersebut benar-benar rela ingin membantunya, sehingga akhirnya Deni menerima bantuannya.
Dalam hati kecilnya Deni merasa sangat malu. Malu sekali!. Tapi Deni terpaksa menerimanya, dia benar-benar tidak punya uang. Keesokan harinya dia ingin mencari office boy tersebut dan mengajaknya berbincang-bincang.
Deni penasaran. Mengapa office boy tersebut bisa punya uang lebih dan bahkan bisa meminjamkan uangnya kepada Deni? Bukankah gaji Deni lebih besar? Mereka sama-sama masih bujangan, belum menikah. Tapi, mengapa
office boy tersebut bisa menyimpan uang sedangkan Deni selalu kehabisan uang? Kok bisa? Apa kuncinya?
Siangnya Deni baru mendapat kesempatan untuk berbincang-bincang dan bertukar pikiran. Office boy itu memang sangat istimewa. Dia paling rajin bekerja. Paling tuntas mengerjakan semua tugasnya. Tidak pernah terlambat masuk kerja. Padahal kalau dilihat penampilannya sepertinya biasa saja. Orangnya sederhana, agak kurus dan sopan, tapi tidak terkesan menjilat.
Sambil makan siang bersama di warung sebelah, Deni mulai menggali kunci sukses menyimpan uang yang dilakukan office boy tersebut. "Bagaimana caranya sih, kok bisa mempunyai uang lebih? Gaji saya selalu habis setelah tengah bulan." Deni membuka percakapan.
Office boy tersebut mulai bercerita. "Saya dulu juga begitu, mas. Gaji saya selalu habis sebelum akhir bulan. Akhirnya saya terpaksa meminjam dari teman. Tapi setelah meminjam, rasanya gaji saya semakin tidak cukup. Karena setiap kali gajian, saya harus mengembalikan uang yang saya pinjam di bulan sebelumnya. Jadi uang gaji saya berkurang.
Akibatnya saya semakin kekurangan mas. Gaji utuh saja tidak cukup, apalagi setelah dipotong untuk membayar utang. Ya, semakin berkurang lah mas. Semakin lama, utang saya semakin banyak"
Benar juga, pikir Deni. Pikiran yang sederhana tapi mengandung kebenaran karena seperti itulah yang dialaminya. "Jadi bagaimana caranya melepaskan diri dari lilitan utang?" tanya Deni.
"Waktu itu saya diajari oleh nenek saya. Saya pernah pulang kampung tanpa membawa uang banyak. Waktu itu nenek saya bertanya kemana gaji saya. Saya bilang sudah habis. Langsung saya dipanggil dan diberi wejangan oleh beliau." katanya.
Nenek saya berkata: "Uang itu seperti air. Air selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah. Kalau tidak dibendung, maka air akan mengalir terus. Seperti sungai. Harus dibendung. Setelah dibendung, maka uang akan berhenti mengalir dan akan mulai bertambah banyak."
Hidup prihatin
Waktu itu saya bertanya: "Bagaimana cara membendungnya? " Nenek saya menjawab tegas:"Prihatin. Bulan depan jangan utang lagi."
"Tapi nanti kurang nek."
"Tidak", kata nenek. "Begini caranya. Begitu terima gaji, segera lunasi utangmu. Sisanya harus dicukupkan untuk sebulan. Jangan utang. Kamu jangan makan di luar atau jajan. Kalau perlu makan nasi putih dan garam, kecap atau kerupuk saja. Pasti cukup." Lalu saya diajak menghitung berapa uang yang harus saya sisihkan untuk ongkos, berapa untuk beli beras, garam, kecap dan kerupuk, dan lain-lain.
Nenek benar-benar meminta saya hidup secara prihatin. Saya tidak boleh naik ojek lagi. Dari rumah saya harus berjalan kaki ke jalan raya tempat saya naik angkutan umum. Pulangnya juga tidak naik ojek karena ojek cukup mahal.Uang saya memang pas-pasan untuk hidup ngirit seperti itu. Tapi memang cukup sih."
"Bulan depannya, saya disarankan untuk melanjutkan hidup seperti itu.
Bulan depannya, uang gaji saya sudah mulai ada yang bisa saya sisihkan untuk ditabung.
Bulan ketiga saya mulai makan lebih banyak demi menjaga kondisi tubuh saya, bukan lagi dengan garam dan kecap. Tapi dua bulan hidup sederhana telah membuat saya tidak ingin beli apa-apa lagi. Makanan saya cukup sederhana saja. Saya tidak lagi suka jajan. Saya tidak pernah naik ojek lagi. Dari situlah saya mulai bisa menabung mas. Sampai sekarang."
Deni bertanya:"Boleh tahu berapa tabungan kamu? Tapi kalau kamu keberatan menjawab, tidak apa-apa. Tak usah dijawab."
"Tidak apa-apa mas. Tabungan saya hampir enam juta rupiah. Saya ingin menabung untuk biaya pernikahan saya tahun depan Mas."
Deni hanya bisa terharu. Yang penting niat. Kalau mau ngirit, pasti bisa. Mengapa uangnya habis terus? Karena pengeluaran Deni cukup besar. Padahal sebenarnya bisa dikurangi. Tapi Deni cenderung memanjakan dirinya. Dia selalu memilih naik taxi. Makan siang selalu di luar, tidak pernah mau membawa nasi atau makanan dari rumah.
Pengeluarannya jauh melebihi gaji yang diperolehnya.
Rasa haru campur malu membuat Deni bertekad mengubah cara hidupnya. Dia juga ingin membendung uang yang dimilikinya. Dia takkan membiarkan uangnya mengalir terus. Harus segera dibendung.
Mulai kapan? Hari ini! Change!Start today! Start now!
Oleh: Lisa Nuryanti
Lupa Makan Permennya
Alkisah ada dua orang anak laki-laki, Bob dan Bib,
yang sedang melewati lembah permen lolipop. Di tengah
lembah itu terdapat jalan setapak yang beraspal. Di
jalan itulah Bob dan Bib berjalan kaki bersama.
Uniknya, di kiri-kanan jalan lembah itu terdapat
banyak permen lolipop yang berwarni-warni dengan aneka
rasa.
Permen-permen yang terlihat seperti berbaris itu
seakan
Menunggu tangan-tangan kecil Bob dan Bib untuk
mengambil dan menikmati kelezatan mereka.
Bob sangat kegirangan melihat banyaknya permen lolipop
yang bisa diambil. Maka ia pun sibuk mengumpulkan
permen-permen tersebut.
Ia mempercepat jalannya supaya bisa mengambil permen
lolipop lainnya yang terlihat sangat banyak
didepannya. Bob mengumpulkan sangat banyak permen
lolipop yang ia simpan di dalam tas karungnya. Ia
sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut tapi
sepertinya permen-permen tersebut tidak pernah habis
maka ia memacu langkahnya supaya bisa mengambil semua
permen yang dilihatnya.
Tanpa terasa Bob sampai di ujung jalan lembah permen
lolipop.
Dia melihat gerbang bertuliskan "Selamat Jalan".
Itulah batas akhir lembah permen lolipop. Di ujung
jalan, Bob bertemu seorang lelaki penduduk sekitar.
Lelaki itu bertanya kepada Bob, "Bagaimana perjalanan
kamu di lembah permen lolipop? Apakah permen-permennya
lezat? Apakah kamu mencoba yang rasa jeruk? Itu rasa
yang paling disenangi. Atau kamu lebih menyukai rasa
mangga? Itu juga sangat lezat." Bob terdiam mendengar
pertanyaan lelaki tadi. Ia merasa sangat lelah dan
kehilangan tenaga. Ia telah berjalan sangat cepat dan
membawa begitu banyak permen lolipop yang terasa berat
di dalam tas karungnya. Tapi ada satu hal yang
membuatnya merasa terkejut dan ia pun menjawab
pertanyaan lelaki itu, "Permennya saya lupa makan!"
Tak berapa lama kemudian, Bib sampai di ujung jalan
lembah permen lolipop. "Hai, Bob! Kamu berjalan cepat
sekali. Saya memanggil-manggil kamu tapi kamu sudah
sangat jauh di depan saya."
"Kenapa kamu memanggil saya?" tanya Bob. "Saya ingin
mengajak kamu duduk dan makan permen anggur bersama.
Rasanya lezat sekali.
Juga saya menikmati pemandangan lembah, indah sekali!"
Bib bercerita panjang lebar kepada Bob. "Lalu tadi ada
seorang kakek tua yang sangat kelelahan. Saya temani
dia berjalan. Saya beri dia beberapa permen yang ada
di tas saya. Kami makan bersama dan dia banyak
menceritakan hal-hal yang lucu. Kami tertawa bersama."
Bib menambahkan.
Mendengar cerita Bib, Bob menyadari betapa banyak hal
yang telah ia lewatkan dari lembah permen lolipop yang
sangat indah. Ia terlalu sibuk mengumpulkan
permen-permen itu. Tapi pun ia sampai lupa memakannya
dan tidak punya waktu untuk menikmati kelezatannya
karena ia begitu sibuk memasukkan semua permen itu ke
dalam tas karungnya.
Di akhir perjalanannya di lembah permen lolipop, Bob
menyadari suatu hal dan ia bergumam kepada dirinya
sendiri, "Perjalanan ini bukan tentang berapa banyak
permen yang telah saya kumpulkan. Tapi tentang
bagaimana saya menikmatinya dengan berbagi dan
berbahagia." Ia pun berkata dalam hati, "Waktu tidak
bisa diputar kembali." Perjalanan di lembah lolipop
sudah berlalu dan Bob pun harus melanjutkan kembali
perjalanannya. .
Moral of The Story
Dalam kehidupan kita, banyak hal yang ternyata kita
lewati begitu saja. Kita lupa untuk berhenti sejenak
dan menikmati kebahagiaan hidup. Kita menjadi Bob di
lembah permen lolipop yang sibuk mengumpulkan permen
tapi lupa untuk menikmatinya dan menjadi bahagia.
Pernahkan Anda bertanya kapan waktunya untuk merasakan
bahagia?
Jika saya tanyakan pertanyaan tersebut kepada para
klien saya, biasanya mereka menjawab, "Saya akan
bahagia nanti... nanti pada waktu saya sudah
menikah... nanti pada waktu saya memiliki rumah
sendiri... nanti pada saat suami saya lebih mencintai
saya... nanti pada saat saya telah meraih semua impian
saya... nanti pada saat penghasilan sudah sangat
besar... "
Pemikiran "nanti" itu membuat kita bekerja sangat
keras di saat "sekarang". Semuanya itu supaya kita
bisa mencapai apa yang kita konsepkan tentang masa
"nanti' bahagia. Terkadang jika saya renungkan hal
tersebut, ternyata kita telah mengorbankan begitu
banyak hal dalam hidup ini untuk masa ́£’anti' bahagia.
Ritme kehidupan kita menjadi sangat cepat tapi rasanya
tidak pernah sampai di masa nanti' bahagia itu. Ritme
hidup yang sangat cepat... target-target tinggi yang
harus kita capai, yang anehnya kita sendirilah yang
membuat semua target itu... tetap semuanya itu tidak
pernah terasa memuaskan dan membahagiakan.
Uniknya, pada saat kita memelankan ritme kehidupan
kita; pada saat kita duduk menikmati keindahan pohon
bonsai di beranda depan, pada saat kita mendengarkan
cerita lucu anak-anak kita, pada saat makan malam
bersama keluarga, pada saat kita duduk bermeditasi
atau pada saat membagikan beras dalam acara bakti
sosial tanggap banjir; terasa hidup menjadi lebih
indah.
Jika saja kita mau memelankan ritme hidup kita dengan
penuh kesadaran; memelankan ritme makan kita,
memelankan ritme jalan kita dan menyadari setiap gerak
tubuh kita, berhenti sejenak dan memperhatikan tawa
indah anak-anak bahkan menyadari setiap hembusan nafas
maka kita akan menyadari begitu banyak detil kehidupan
yang begitu indah dan bisa disyukuri. Kita akan
merasakan ritme yang berbeda dari kehidupan yang
ternyata jauh lebih damai dan tenang. Dan pada
akhirnya akan membawa kita menjadi lebih bahagia dan
bersyukur seperti Bib yang melewati perjalanannya di
lembah permen lolipop
dari email
yang sedang melewati lembah permen lolipop. Di tengah
lembah itu terdapat jalan setapak yang beraspal. Di
jalan itulah Bob dan Bib berjalan kaki bersama.
Uniknya, di kiri-kanan jalan lembah itu terdapat
banyak permen lolipop yang berwarni-warni dengan aneka
rasa.
Permen-permen yang terlihat seperti berbaris itu
seakan
Menunggu tangan-tangan kecil Bob dan Bib untuk
mengambil dan menikmati kelezatan mereka.
Bob sangat kegirangan melihat banyaknya permen lolipop
yang bisa diambil. Maka ia pun sibuk mengumpulkan
permen-permen tersebut.
Ia mempercepat jalannya supaya bisa mengambil permen
lolipop lainnya yang terlihat sangat banyak
didepannya. Bob mengumpulkan sangat banyak permen
lolipop yang ia simpan di dalam tas karungnya. Ia
sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut tapi
sepertinya permen-permen tersebut tidak pernah habis
maka ia memacu langkahnya supaya bisa mengambil semua
permen yang dilihatnya.
Tanpa terasa Bob sampai di ujung jalan lembah permen
lolipop.
Dia melihat gerbang bertuliskan "Selamat Jalan".
Itulah batas akhir lembah permen lolipop. Di ujung
jalan, Bob bertemu seorang lelaki penduduk sekitar.
Lelaki itu bertanya kepada Bob, "Bagaimana perjalanan
kamu di lembah permen lolipop? Apakah permen-permennya
lezat? Apakah kamu mencoba yang rasa jeruk? Itu rasa
yang paling disenangi. Atau kamu lebih menyukai rasa
mangga? Itu juga sangat lezat." Bob terdiam mendengar
pertanyaan lelaki tadi. Ia merasa sangat lelah dan
kehilangan tenaga. Ia telah berjalan sangat cepat dan
membawa begitu banyak permen lolipop yang terasa berat
di dalam tas karungnya. Tapi ada satu hal yang
membuatnya merasa terkejut dan ia pun menjawab
pertanyaan lelaki itu, "Permennya saya lupa makan!"
Tak berapa lama kemudian, Bib sampai di ujung jalan
lembah permen lolipop. "Hai, Bob! Kamu berjalan cepat
sekali. Saya memanggil-manggil kamu tapi kamu sudah
sangat jauh di depan saya."
"Kenapa kamu memanggil saya?" tanya Bob. "Saya ingin
mengajak kamu duduk dan makan permen anggur bersama.
Rasanya lezat sekali.
Juga saya menikmati pemandangan lembah, indah sekali!"
Bib bercerita panjang lebar kepada Bob. "Lalu tadi ada
seorang kakek tua yang sangat kelelahan. Saya temani
dia berjalan. Saya beri dia beberapa permen yang ada
di tas saya. Kami makan bersama dan dia banyak
menceritakan hal-hal yang lucu. Kami tertawa bersama."
Bib menambahkan.
Mendengar cerita Bib, Bob menyadari betapa banyak hal
yang telah ia lewatkan dari lembah permen lolipop yang
sangat indah. Ia terlalu sibuk mengumpulkan
permen-permen itu. Tapi pun ia sampai lupa memakannya
dan tidak punya waktu untuk menikmati kelezatannya
karena ia begitu sibuk memasukkan semua permen itu ke
dalam tas karungnya.
Di akhir perjalanannya di lembah permen lolipop, Bob
menyadari suatu hal dan ia bergumam kepada dirinya
sendiri, "Perjalanan ini bukan tentang berapa banyak
permen yang telah saya kumpulkan. Tapi tentang
bagaimana saya menikmatinya dengan berbagi dan
berbahagia." Ia pun berkata dalam hati, "Waktu tidak
bisa diputar kembali." Perjalanan di lembah lolipop
sudah berlalu dan Bob pun harus melanjutkan kembali
perjalanannya. .
Moral of The Story
Dalam kehidupan kita, banyak hal yang ternyata kita
lewati begitu saja. Kita lupa untuk berhenti sejenak
dan menikmati kebahagiaan hidup. Kita menjadi Bob di
lembah permen lolipop yang sibuk mengumpulkan permen
tapi lupa untuk menikmatinya dan menjadi bahagia.
Pernahkan Anda bertanya kapan waktunya untuk merasakan
bahagia?
Jika saya tanyakan pertanyaan tersebut kepada para
klien saya, biasanya mereka menjawab, "Saya akan
bahagia nanti... nanti pada waktu saya sudah
menikah... nanti pada waktu saya memiliki rumah
sendiri... nanti pada saat suami saya lebih mencintai
saya... nanti pada saat saya telah meraih semua impian
saya... nanti pada saat penghasilan sudah sangat
besar... "
Pemikiran "nanti" itu membuat kita bekerja sangat
keras di saat "sekarang". Semuanya itu supaya kita
bisa mencapai apa yang kita konsepkan tentang masa
"nanti' bahagia. Terkadang jika saya renungkan hal
tersebut, ternyata kita telah mengorbankan begitu
banyak hal dalam hidup ini untuk masa ́£’anti' bahagia.
Ritme kehidupan kita menjadi sangat cepat tapi rasanya
tidak pernah sampai di masa nanti' bahagia itu. Ritme
hidup yang sangat cepat... target-target tinggi yang
harus kita capai, yang anehnya kita sendirilah yang
membuat semua target itu... tetap semuanya itu tidak
pernah terasa memuaskan dan membahagiakan.
Uniknya, pada saat kita memelankan ritme kehidupan
kita; pada saat kita duduk menikmati keindahan pohon
bonsai di beranda depan, pada saat kita mendengarkan
cerita lucu anak-anak kita, pada saat makan malam
bersama keluarga, pada saat kita duduk bermeditasi
atau pada saat membagikan beras dalam acara bakti
sosial tanggap banjir; terasa hidup menjadi lebih
indah.
Jika saja kita mau memelankan ritme hidup kita dengan
penuh kesadaran; memelankan ritme makan kita,
memelankan ritme jalan kita dan menyadari setiap gerak
tubuh kita, berhenti sejenak dan memperhatikan tawa
indah anak-anak bahkan menyadari setiap hembusan nafas
maka kita akan menyadari begitu banyak detil kehidupan
yang begitu indah dan bisa disyukuri. Kita akan
merasakan ritme yang berbeda dari kehidupan yang
ternyata jauh lebih damai dan tenang. Dan pada
akhirnya akan membawa kita menjadi lebih bahagia dan
bersyukur seperti Bib yang melewati perjalanannya di
lembah permen lolipop
dari email
Pertapa Muda dan Kepiting
Suatu ketika di sore hari yang terasa teduh, tampak seorang pertapa
muda sedang bermeditasi di bawah pohon, tidak jauh dari tepi sungai.
Saat sedang berkonsentrasi memusatkan pikiran, tiba-tiba perhatian
pertapa itu terpecah kala mendengarkan gemericik air yang terdengar
tidak beraturan.
Perlahan-lahan, ia kemudian membuka matanya. Pertapa itu segera
melihat ke arah tepi sungai di mana sumber suara tadi berasal.
Ternyata, di sana tampak seekor kepiting yang sedang berusaha keras
mengerahkan seluruh kemampuannya untuk meraih tepian sungai sehingga
tidak hanyut oleh arus sungai yang deras.
Melihat hal itu, sang pertapa merasa kasihan. Karena itu, ia segera
mengulurkan tangannya ke arah kepiting untuk membantunya. Melihat
tangan terjulur, dengan sigap kepiting menjepit jari si pertapa
muda. Meskipun jarinya terluka karena jepitan capit kepiting, tetapi
hati pertapa itu puas karena bisa menyelamatkan si kepiting.
Kemudian, dia pun melanjutkan kembali pertapaannya. Belum lama
bersila dan mulai memejamkan mata, terdengar lagi bunyi suara yang
sama dari arah tepi sungai. Ternyata kepiting tadi mengalami
kejadian yang sama. Maka, si pertapa muda kembali mengulurkan
tangannya dan membiarkan jarinya dicapit oleh kepiting demi
membantunya.
Selesai membantu untuk kali kedua, ternyata kepiting terseret arus
lagi. Maka, pertapa itu menolongnya kembali sehingga jari tangannya
makin membengkak karena jepitan capit kepiting.
Melihat kejadian itu, ada seorang tua yang kemudian datang
menghampiri dan menegur si pertapa muda, "Anak muda, perbuatanmu
menolong adalah cerminan hatimu yang baik. Tetapi, mengapa demi
menolong seekor kepiting engkau membiarkan capit kepiting melukaimu
hingga sobek seperti itu?"
"Paman, seekor kepiting memang menggunakan capitnya untuk memegang
benda. Dan saya sedang melatih mengembangkan rasa belas kasih. Maka,
saya tidak mempermasalahkan jari tangan ini terluka asalkan bisa
menolong nyawa makhluk lain, walaupun itu hanya seekor kepiting,"
jawab si pertapa muda dengan kepuasan hati karena telah melatih
sikap belas kasihnya dengan baik.
Mendengar jawaban si pertapa muda, kemudian orang tua itu memungut
sebuah ranting. Ia lantas mengulurkan ranting ke arah kepiting yang
terlihat kembali melawan arus sungai. Segera, si kepiting menangkap
ranting itu dengan capitnya. "Lihat Anak Muda. Melatih mengembangkan
sikap belas kasih memang baik, tetapi harus pula disertai dengan
kebijaksanaan. Bila tujuan kita baik, yakni untuk menolong makhluk
lain, bukankah tidak harus dengan cara mengorbankan diri sendiri.
Ranting pun bisa kita manfaatkan, betul kan?"
Seketika itu, si pemuda tersadar. "Terima kasih, Paman. Hari ini
saya belajar sesuatu. Mengembangkan cinta kasih harus disertai
dengan kebijaksanaan. Di kemudian hari, saya akan selalu ingat
kebijaksanaan yang Paman ajarkan."
Pembaca yang budiman,
Mempunyai sifat belas kasih, mau memerhatikan dan menolong orang
lain adalah perbuatan mulia, entah perhatian itu kita berikan kepada
anak kita, orangtua, sanak saudara, teman, atau kepada siapa pun.
Tetapi, kalau cara kita salah, sering kali perhatian atau bantuan
yang kita berikan bukannya memecahkan masalah, namun justru menjadi
bumerang. Kita yang tadinya tidak tahu apa-apa dan hanya sekadar
berniat membantu, malah harus menanggung beban dan kerugian yang
tidak perlu.
Karena itu, adanya niat dan tindakan berbuat baik, seharusnya
diberikan dengan cara yang tepat dan bijak. Dengan begitu, bantuan
itu nantinya tidak hanya akan berdampak positif bagi yang dibantu,
tetapi sekaligus membahagiakan dan membawa kebaikan pula bagi kita
yang membantu.
Salam sukses luar biasa!!!
Andrie Wongso
Sumber: Pertapa Muda dan Kepiting oleh Andrie Wongso
muda sedang bermeditasi di bawah pohon, tidak jauh dari tepi sungai.
Saat sedang berkonsentrasi memusatkan pikiran, tiba-tiba perhatian
pertapa itu terpecah kala mendengarkan gemericik air yang terdengar
tidak beraturan.
Perlahan-lahan, ia kemudian membuka matanya. Pertapa itu segera
melihat ke arah tepi sungai di mana sumber suara tadi berasal.
Ternyata, di sana tampak seekor kepiting yang sedang berusaha keras
mengerahkan seluruh kemampuannya untuk meraih tepian sungai sehingga
tidak hanyut oleh arus sungai yang deras.
Melihat hal itu, sang pertapa merasa kasihan. Karena itu, ia segera
mengulurkan tangannya ke arah kepiting untuk membantunya. Melihat
tangan terjulur, dengan sigap kepiting menjepit jari si pertapa
muda. Meskipun jarinya terluka karena jepitan capit kepiting, tetapi
hati pertapa itu puas karena bisa menyelamatkan si kepiting.
Kemudian, dia pun melanjutkan kembali pertapaannya. Belum lama
bersila dan mulai memejamkan mata, terdengar lagi bunyi suara yang
sama dari arah tepi sungai. Ternyata kepiting tadi mengalami
kejadian yang sama. Maka, si pertapa muda kembali mengulurkan
tangannya dan membiarkan jarinya dicapit oleh kepiting demi
membantunya.
Selesai membantu untuk kali kedua, ternyata kepiting terseret arus
lagi. Maka, pertapa itu menolongnya kembali sehingga jari tangannya
makin membengkak karena jepitan capit kepiting.
Melihat kejadian itu, ada seorang tua yang kemudian datang
menghampiri dan menegur si pertapa muda, "Anak muda, perbuatanmu
menolong adalah cerminan hatimu yang baik. Tetapi, mengapa demi
menolong seekor kepiting engkau membiarkan capit kepiting melukaimu
hingga sobek seperti itu?"
"Paman, seekor kepiting memang menggunakan capitnya untuk memegang
benda. Dan saya sedang melatih mengembangkan rasa belas kasih. Maka,
saya tidak mempermasalahkan jari tangan ini terluka asalkan bisa
menolong nyawa makhluk lain, walaupun itu hanya seekor kepiting,"
jawab si pertapa muda dengan kepuasan hati karena telah melatih
sikap belas kasihnya dengan baik.
Mendengar jawaban si pertapa muda, kemudian orang tua itu memungut
sebuah ranting. Ia lantas mengulurkan ranting ke arah kepiting yang
terlihat kembali melawan arus sungai. Segera, si kepiting menangkap
ranting itu dengan capitnya. "Lihat Anak Muda. Melatih mengembangkan
sikap belas kasih memang baik, tetapi harus pula disertai dengan
kebijaksanaan. Bila tujuan kita baik, yakni untuk menolong makhluk
lain, bukankah tidak harus dengan cara mengorbankan diri sendiri.
Ranting pun bisa kita manfaatkan, betul kan?"
Seketika itu, si pemuda tersadar. "Terima kasih, Paman. Hari ini
saya belajar sesuatu. Mengembangkan cinta kasih harus disertai
dengan kebijaksanaan. Di kemudian hari, saya akan selalu ingat
kebijaksanaan yang Paman ajarkan."
Pembaca yang budiman,
Mempunyai sifat belas kasih, mau memerhatikan dan menolong orang
lain adalah perbuatan mulia, entah perhatian itu kita berikan kepada
anak kita, orangtua, sanak saudara, teman, atau kepada siapa pun.
Tetapi, kalau cara kita salah, sering kali perhatian atau bantuan
yang kita berikan bukannya memecahkan masalah, namun justru menjadi
bumerang. Kita yang tadinya tidak tahu apa-apa dan hanya sekadar
berniat membantu, malah harus menanggung beban dan kerugian yang
tidak perlu.
Karena itu, adanya niat dan tindakan berbuat baik, seharusnya
diberikan dengan cara yang tepat dan bijak. Dengan begitu, bantuan
itu nantinya tidak hanya akan berdampak positif bagi yang dibantu,
tetapi sekaligus membahagiakan dan membawa kebaikan pula bagi kita
yang membantu.
Salam sukses luar biasa!!!
Andrie Wongso
Sumber: Pertapa Muda dan Kepiting oleh Andrie Wongso
Langganan:
Postingan (Atom)