Kamis, 27 Maret 2008

Ketika Motivasi Mengalahkan Fisik

"Winning is about heart, not just legs. It's got to be in the right
place."
(Lance Armstrong)


Pekan ini, saya ingin mengajak Anda semua belajar tentang kekuatan
motivasi superdahsyat. Sebuah motivasi yang mampu mematahkan vonis
dokter ahli akan ketiadaan harapan. Justru dalam keadaan terpuruk
dan seolah-olah tiada pertolongan lagi itulah, dia mampu menciptakan
rekor balap sepeda dunia tujuh kali. Itulah Lance Armstrong yang
kita bahas kali ini.

Sebelumnya, bayangkan dulu satu skenario ini. Anda sudah menggeluti
olahraga sepeda ini sejak usia 13 tahun. Olahraga ini sudah khatam
Anda jalani. Saat ini, karir olahraga Anda melejit. Beberapa
perusahaan rebutan kontrak sponsorship dengan Anda. Dana mengucur
deras ke kantong. Tapi, mendadak Anda harus terpaksa dirawat.

Usai menjalani diagnosis, Anda divonis kena kanker ganas dan sudah
menjalar ke paru-paru dan otak Anda. Kata dokter, harapan hidup Anda
tinggal 40%. Padahal, Anda baru berusia 25 tahun, usia produktif.
Lalu apa yang bakal Anda lakukan? Menyerah, mundur dari olahraga,
dan mengutuki Tuhan? Atau justru memacu Anda semakin bersemangat
untuk menciptakan momen spektakuler dalam sisa waktu ini?

Nah, Lance Armstrong memilih langkah kedua. Inilah yang menjadikan
dirinya manusia super dengan catatan rekor luar biasa. Bagaimana
bisa? Kisahnya dimulai pada 1996 saat Lance Armstrong jadi pembalap
tenar dan baru saja memenangi kejuaraan dunia balap sepeda. Langsung
saja, sebuah kontrak senilai US$2,9 juta diberikan kepadanya dari
sponsor Prancis. Namun, pada 2 Oktober 1996, dia diperiksa oleh
dokter dan dinyatakan menderika kanker testis yang sudah menjalar
hingga ke paru-paru serta otaknya. Kesimpulannya, kankernya ganas,
harapan hidupnya tinggal 40%, dan kesehatannya makin menurun. Dia
pun disarankan banyak istirahat dan berhenti dari latihan fisik.

Lance Armstrong bukan orang yang patah arang. Dia tetap menjalankan
latihannya untuk membuktikan masih banyak yang mampu diraihnya. Dia
setia menjalani kemoterapi. Setelah dinyatakan berangsur membaik,
Lance Armstrong kembali dengan latihannya, mulai dari latihan
sederhananya karena berat badannya turun drastis. Namun belakangan,
penurunan berat badan ini menjadi keuntungannya untuk mengikuti
turnamen. Akhirnya, saat latihan di trail Blue Rider Mountain, Lance
memotivasi dirinya sendiri untuk menciptakan rekor lebih tinggi. Dia
meyakini akan sanggup meraihnya.

Intuisinya terbukti pada 1999 saat dia mulai kembali bertanding.
Kali ini dalam acara Tour de France yang sangat prestisius. Mula-
mula, lajunya lambat dan dia membiarkan orang lain memimpin lebih
dulu. Di pertengahan Gunung Alpen, di tengah hujan yang dingin
itulah, akhirnya Lance menyalip cepat pembalap yang berada di urutan
terdepan. Dan untuk pertama kalinya, dia menjuarai Tour de France.
Orang berpikir, inilah tonggak sejarah yang ingin diciptakan oleh
Lance Armstrong dan dia akan berhenti setelah itu. Ternyata tidak.
Justru karirnya masih terus melaju, bahkan dia memenangi enam kali
berturut-turut lomba Tour de France. Lebih dari itu, berbagai
penghargaan juga diraihnya, seperti sport personality terbaik.

Faktor kekuatan

Apakah yang bisa kita pelajari dari Lance Armstrong? Ada banyak hal.
Pertama, tentunya soal kekuatan motivasi yang mengalahkan kekuatan
fisik. Seperti yang terjadi pada Lance Armstrong yang berangsur
sembuh berkat motivasinya yang gigih, begitu pula banyak dokter
menemukan bahwa pasien dengan motivasi sembuh yang luar biasa akan
punya peluang sembuh yang lebih besar. Hal ini juga pernah dilakoni
oleh tokoh Bruce Lee yang setelah divonis mengalami keretakan fisik
lantaran latihannya yang gila-gilaan, justru semakin termotivasi
untuk sembuh. Akhirnya, bisa kembali latihan bahkan dengan skills
yang lebih dahsyat. Inilah kekuatan motivasi yang sanggup
mengalahkan rintangan fisik.

Kedua, Lance Armstrong mengajari kita untuk tidak perlu meratapi
masalah. Tapi, melihat sisi lain dari masalah itu. Saat divonis
dokternya dengan kanker, Lance Armstrong tidak meratapi dirinya dan
menyesali diri, tetapi dia justru bangkit dengan kekuatan berlipat.
Inilah yang akhirnya membuat dia masih mampu menciptakan enam rekor
Tour de France. Coba bandingkan dengan kebanyakan dari kita yang
saat menghadapi masalah justru berhenti, mundur, meratapi diri, atau
pun menyalahkan orang lain atau bahkan Tuhan.

Ketiga, Lance Armstrong mengingatkan bahwa dalam diri ada kekuatan
api motivasi luar biasa yang kadang-kadang tidak kita sadari.
Seringkali, dengan berbagai cobaan dan tantangan, justru api itu
semakin menyala. Demikianlah rintangan dan cobaan kadang bisa
menjadi cara Tuhan 'memberi tahu' betapa mulia dan dahsyatnya
kekuatan yang ada pada diri kita. Hal ini seharusnya membuat kita
yang normal, sehat, dan memiliki kehidupan bagus, semakin
termotivasi. Sayangnya, kadang-kadang ketika segalanya berjalan
baik, motivasi kita justru melempem. Memang menjadi pertanyaan kita
kalau Lance tidak kena kanker, apakah dia akan enam kali menjadi
juara Tour de France.

Mari kita renungkan lagi kalimat Lance yang menarik, "Segalanya
mungkin. Anda boleh dibilang berpeluang 90% atau 50% atau pun 1%.
Tapi, yang penting Anda harus tetap percaya dan Anda harus tetap
berjuang!"

Sumber: Ketika Motivasi Mengalahkan Fisik oleh Anthony Dio Martin