Selasa, 06 Mei 2008

Jangan Bohong Ah . . . .

Kejujuran itu menenteramkan ketimbang kebohongan. Mayoritas orang tak suka bila dibohongi. kadang kala, dalam suatu relasi aksi, bohong tak terelakkan atas nama kepentingan tertentu. Percayalah, jujur selalu mendatangkan kebaikan. Bukankah ada ungkapan sakti: katakan sejujurnya walaupun itu pahit?

Individu tak mungkin hidup sendiri. Bila terbiasa mengelola hubungan dengan jujur dan apa adanya, niscaya pertemanan terjaga, bahkan bisa bertambah.

Ironisnya, ada kecenderungan pertemanan mengecil. Riset terbaru banyak menunjukkan bahwa lingkaran teman orang-orang dewasa Amerika menyusut sepertiga dalam 19 tahun terakhir. Problemnya tak hanya tak sempat menggelar makan malam bersama, bahwa kita tak punya orang-orang yang menghibur kala sakit, saat kita stres, atau mengalami krisis yang lain.

Menurut Maria Paul, penulis buku The Friendship Crisis (2007), itu karena kita melupakan keuntungan dari jaringan sosial kuat yang kita miliki. "Keuntungan atau kebaikannya, apa saja yang memicu sistim kekebalan melindungi Anda dari penyakit jantung, kanker, depresi, dan kegelisahan," tutur Maria baru-baru ini.

Demi keutuhan relasi atau pertemanan, jangan pernah lengah terhadap ancaman ketidakjujuran. Apalagi kebohongan biasanya berujung pada ketidakpercayaan yang berakhir perpecahan. Nah, apa yang harus dilakukan selain menjaga perasaan? Jawabnya, kenali gelagatnya.

J.J. Newberry, detektif federal Amerika Serikat, punya kemampuan mendeteksi seni berbohong. Pada Maret lalu, ia berkisah tentang saat dia menanyai seorang saksi penembakan. Diceritakan apakah si saksi mendengar suara tembakan, dikatakan bahwa dia tak tahu karena keburu kabur. Newberry tahu benar orang itu berbohong.

Bagaimana cara Newberry mendeteksinya? Jawabnya, dengan mengenali sinyal-sinyal bahwa seseorang tak jujur, di antaranya inkonsisten menuturkan peristiwa, kebiasaannya mendadak berubah, atau terlalu detail dalam memberi penjelasan.

Dari situ, mengungkap kebohongan tak perlu harus mengikuti pelatihan ekstensif, juga tak harus menjadi detektif. Orang awampun bisa mengidentifikasi ketidakjujuran. Tidak serumit yang dibayangkan. (Jurnal WEBMD).

Source :
Sonny Sayangbati

1 komentar:

silahkan beri Komentar sehat dan membangun