Hidup adalah pembelajaran tanpa henti. Setiap hari, setiap saat, dan
setiap waktu, jika kita telaah lebih jauh, selalu menjadi momen
pembelajaran. Baik itu berupa halangan, rintangan, tantangan, atau
berbagai kejadian apa pun yang kita temui. Jika bisa disikapi dengan
cara yang bijak, maka selalu ada sisi positif yang bisa kita ambil
sebagai bagian proses belajar.
Maka, tak salah, jika orang mengatakan bahwa pengalaman adalah guru
terbaik. Namun, semua itu harus dikembalikan kepada individu yang
menjalaninya. Jika tak ada proses evaluasi dan tindakan perbaikan,
pembelajaran yang didapatkan pun tak akan maksimal. Hadirnya
pengalaman, baru akan bernilai jika kita bisa memaknainya dengan
sudut pandang dan mindset positif.
Seperti yang saya jumpai saat saya memberikan seminar di Asian Agri
Medan pada tanggal 8 Januari 2008, dengan tema "If Better is
Possible, Good is Not Enough". Ketika acara, saya
mendapat "pelajaran" yang sangat berharga. Sebagaimana setiap kali
seminar, ada banyak orang yang antusias mengikuti seminar. Kemudian,
banyak pula yang lantas ingin berfoto dan meminta tanda tangan.
Namun, ada satu hal yang luar biasa saat itu. Salah satu orang yang
sangat antusias tersebut ternyata adalah seorang penyandang
tunanetra.
Yang menjadikannya luar biasa, orang yang bernama Roswidi itu, adalah
tekadnya. Meski punya keterbatasan fisik, hal tersebut tidak menjadi
halangan baginya untuk berkarya. Hebatnya, dengan kekurangan itu, ia
ternyata adalah sosok yang berada di balik suksesnya acara seminar.
Pria yang mengaku sebagai pendengar setia acara saya, Smart
Motivation di radio Smart FM setiap Senin ini, adalah event organizer
acara yang khusus menangani sound system acara. Dengan keterbatasan
itu, Roswidi membuktikan pada semua orang, bahwa ia tak beda dengan
orang kebanyakan.
Bicaranya yang terdengar semangat, menunjukkan betapa keterbatasan
yang dimilikinya, sama sekali bukan halangan untuk sukses. Bahkan, ia
mengaku sudah menjalani usaha sound system itu selama lima tahunan.
Sebelumnya, ia juga pernah menjadi pemain keyboard di berbagai acara.
Selain itu, ia ternyata juga menjadi pengusaha onderdil sepeda.
Roswidi benar-benar menunjukkan kepada saya dan semua orang yang
hadir saat itu, bahwa sukses memang hak siapa saja, "Success is my
right!" Ia adalah contoh nyata orang yang bisa "melihat" dengan tekad
dan hati, bahwa halangan dan tantangan, sebenarnya hanyalah bagian
dari proses pembelajaran diri.
Jika menengok keadaan kita, hal ini tentu adalah sebuah hal yang
sangat luar biasa. Semangat dan daya juang Roswidi patut dicontoh.
Apalagi, bagi kita yang dikaruniai tubuh lengkap dan tak kurang suatu
apa pun. Seharusnya, dari contoh kisah Roswidi ini, bisa menumbuhkan
semangat dalam diri.
Sungguh, perjalanan saya kali ini ke kota Medan memberi pengalaman
yang luar biasa. Apalagi, Roswidi sempat berkata, "Kita dapat
melakukan apa pun, meski tanpa kedua mata. Sebab, kita masih punya
kaki, tangan, otak, dan pikiran yang bisa kita maksimalkan. " Sebuah
kalimat sederhana, namun mengandung arti yang sangat luar biasa.
Roswidi membuktikan, bahwa dengan tindakan nyata, ia pun bisa
berkarya layaknya manusia seutuhnya.
Untuk itu, seperti komitmen saya untuk menjadikan tahun ini sebagai
tahun Think and Action 2008, kisah Roswidi ini seharusnya mampu
memacu kita untuk berpikir dan bertindak maksimal. Jika orang yang
kurang secara fisik saja (maaf: buta) mampu, bagaimana dengan kita
yang sehat?
Maka, mari kita jadikan semua cobaan dan tantangan, bukan sebagai
halangan. Namun, justru jadi batu loncatan menuju kesuksesan. Dengan
think and action, kita buktikan diri mampu menjemput semua impian.
Salam sukses Luar Biasa!!!
Sumber: Sang Tunanetra Yang Luar Biasa oleh Andrie Wongso
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan beri Komentar sehat dan membangun