Jumat, 31 Juli 2009

Berani Mengambil Risiko

“Kapal akan aman bila berada di pelabuhan, tetapi kapal tidak diciptakan untuk itu.”

-- Grace Murray Hopper, ahli matematika, penemu teknologi komputer, 1906-1992



MEJA itu terisi oleh empat orang dengan empat cangkir kopi panas. Farid mengundang kawan-kawan dekatnya untuk minum kopi di sebuah kedai kopi di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Sambil sesekali menghirup kopi panas dihadapannya, Farid bercerita bahwa dirinya seminggu yang lalu baru saja terkena PHK. PHK, yang kata para pengamat ekonomi, akibat dampak krisis global yang terjadi saat ini. Untungnya, seperti kata Farid, ia masih diberi uang pesangon oleh perusahaannya. Dalam curhatnya, ia mengatakan akan mencoba melakukan usaha dari uang pesangon yang diterimanya.



Tapi ada satu hal yang membuat Farid bimbang. Ia tak siap mengambil risiko kehilangan semua modal pesangonnya bila ternyata usahanya merugi. Risiko? Betul. Satu kata yang kelihatannya menjadi momok bagi sebagian orang.



Bicara mengenai risiko, seperti kata William J. Bernstein dalam bukunya ‘The Four Pillars of Investing', “Risk, like pornography, is difficult to define, but we think we know it when we see it.” Risiko, seperti pornograpi, sukar untuk didefinisikan, tapi kita akan mengetahuinya bila kita telah melihatnya. Begitu pula risiko, kita akan mengetahui dan merasakannya bila kita telah menjalaninya.



Seperti Farid, banyak orang memang merasa tak nyaman dalam mengambil risiko. Takut mengambil risiko justeru dapat mengakibatkan batu sandungan. Hal itu malah menghambat mereka untuk dapat berkembang lebih baik dalam menjalani hidup, usaha, atau karir mereka sendiri.



Sebaliknya, bila berani mengambil risiko, artinya kita telah berani menjalani kehidupan itu sendiri. Juga menunjukkan bahwa kita yakin akan mendapatkan suatu pelajaran berharga dari setiap risiko yang diambil. Tentu saja bukan berarti melangkah tanpa perhitungan yang matang. Satu rahasia orang-orang yang telah sukses, seperti yang mereka ungkapkan, adalah bahwa mereka sering mengambil risiko dalam bertindak.



Lantas, mengapa sebagian orang enggan untuk mengambil risiko? Jawabannya sederhana. Mereka takut gagal, berpikir tak dapat melakukannya, atau merasa belum mahir dan berbakat. Keberanian mengambil risiko, sesungguhnya lebih menunjukkan kepada karakter dan mental seseorang. Bukan pada besar kecilnya risiko yang dihadapi. Kualitas seseorang tidak ditentukan dari peristiwa yang datang menghampirinya, tapi dari respon yang ia berikan dari peristiwanya itu sendiri.



Kunci utama dalam mengatasi ketakutan dalam mengambil risiko ialah percaya diri dan selalu berpikir positif. Dengan percaya diri, hal itu akan menambah energi yang ada dalam diri kita sebelum benar-benar bertindak. Dan dengan berpikir positif, akan membuat langkah kita menjadi ringan dalam bertindak.



Yakinlah, bahwa ketika kita telah memutuskan untuk mengambil risiko, akan ada jalan yang terbuka bagi kita nantinya. Jangan takut bila gagal. Karena ada setiap pelajaran yang dapat dipetik, entah gagal ataupun sukses, terhadap risiko yang kita ambil.



Orang yang telah berhasil mencapai sesuatu, seringkali tidak menyangka sebelumnya kalau sebenarnya ia mampu melakukannya. Padahal asal ada keinginan yang kuat, mereka dapat melakukan sesuatu, yang katakanlah, bahkan di luar perhitungan mereka sendiri sebelumnya.



Jadi, bila ada tantangan menghampiri kita, sambutlah dengan semangat dan antusias yang tinggi. Bila ada peluang yang dapat mengubah hidup Anda menjadi lebih baik, jangan takut untuk mengambil risiko. Diana Ackerman, penulis kondang asal Amerika mengatakan, “I don't want to get to the end of my life and find that I lived just the length of it. I want to have lived the width of it as well.” Atau dengan kata lain, "Saya tak ingin di akhir hidup saya dan menyadari bahwa saya hanya menjalani panjangnya saja. Saya pun ingin menjalani lebarnya."



Ackerman benar. Luasnya kehidupan merupakan panjang kali lebar kehidupan itu sendiri. Kadang kita tidak menyadari, bahwa ketika kita menjalani kehidupan saat ini, kita telah mengambil risiko-risiko di dalamnya. Ya, apapun kehidupan yang terjadi. Yang sebenarnya tak hanya terkait masalah ’survival’ ekonomi semata. Ada risiko politik, manajemen, inovasi, dan risiko-risiko lainnya.



Sebuah kapal memang akan terlihat besar, indah, dan gagah ketika berada di pelabuhan. Tetapi kapal diciptakan tidak untuk berada di pelabuhan. Sebuah kapal akan bermakna dan memiliki nilai, ketika ia berada di tengah samudra luas, dalam mengarungi lautan, menghadapi terjangan ombak, dan melewati rintangan badai. Ketika sang kapal telah mencapai tujuan, ia telah menjalankan satu tugasnya dengan baik. Perjalanan berikut telah menantinya. Begitu seterusnya.



Sama halnya dengan sebuah kapal. Bila Anda tak mau menerima tantangan dan mengambil risiko, maka Anda tak akan merasakan dan menikmati getar kemenangan dan kesuksesan, kecuali getir kekalahan dan kepahitan hidup Anda. (151208)



Sumber: Berani Mengambil Risiko oleh Sonny Wibisono, penulis, tinggal di Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan beri Komentar sehat dan membangun