Jumat, 31 Juli 2009

Ubah Proyektor Pikiran supaya Jiwa Sehat

Sering kali tanpa sadar, kita berbuat hal yang merupakan proyeksi
dari yang ada di pikiran sendiri, maka tidak heran kita akan
menganggap orang lain berkelakuan buruk, padahal kita sendiri yang
tidak mampu melihat kekurangan diri, kita melihat orang lain lebih
bodoh, padahal kita sendiri yang kurang pengetahuan.

Pepatah mengatakan "kuman di seberang lautan tampak, gajah di
pelupuk mata tidak kelihatan" Kesalahan, keburukan dan kebodohan
orang lain menjadi hal yang sangat besar di mata kita, padahal
keburukan, kesalahan, dan kebodohan kita sendiri ternyata lebih
besar dari apa yang kita tuduhkan kepada orang lain.

Mengapa pula kita mampu berpikir orang lain lebih negatif daripada
kita sendiri, para ahli jiwa meneliti dan mendapat kesimpulan bahwa
dalam pribadi seseorang sangat dipengaruhi oleh dorongan-dorongan
mendasar, dan di antaranya adalah dorongan ingin berkuasa untuk
pembentukan sebuah harga diri seseorang.

Jika dorongan ambisi ingin berkuasa dalam bentuk apa pun selalu
tertekan atau terpendam, maka jiwa akan berkompromi untuk membentuk
suatu cara sebagai kompensasinya, yaitu berekspresi untuk menutup
kekurangan diri sendiri, sering melancarkan manipulasi emosi orang
di sekelilingnya. Di sinilah kita mendapat kenyataan, banyak orang
yang mempunyai kebiasaan mencemooh kekurangan orang lain, menepuk
dada seolah dirinyalah yang paling hebat, padahal itu bentuk
kekurangan yang diproyeksikan keluar.

Bagi orang yang selalu berpikir negatif dan tidak bisa berpikir
realistis atau berakal sehat, maka perasaan rendah diri yang sudah
terbentuk akan semakin berat menekan harga dirinya, jika perasaan
rendah diri ini terus menerus tidak mendapat saluran, akan
menimbulkan rasa jengkel, baik pada diri sendiri maupun pada orang
lain. Akibatnya, lahirlah sikap iri hati, dengki, dan yang paling
berbahaya suka menjadi orang yang sombong untuk menutupi
kekurangannya dia bisa bertindak sok tahu, sok berani, sok ngatur,
sok ngebos, sok jagoan, dan sebagainya.

Hal ini juga akan menimbulkan juga kebencian dari lingkungannya
sendiri. Sebab, biasanya orang yang dihinggapi perasaan rendah diri
sering menjengkelkan bagi lingkungannya sendiri baik keluarga,
teman, atau masyarakat pada umumnya.

Ubah Proyektor

Pepatah berkata "buruk muka, cermin dibelah", makna yang terkandung
adalah, kita sering lupa pada keadaan sendiri, tapi senang
menyalahkan orang lain.

Kreativitas pikiran yang tertekan, bisa berakibatkan memunculkan
sikap agresif. Manusia dari alamnya bersifat kreatif, maka jika
kreatifnya di tekan dengan ego yang kuat, energi yang keluar akan
mencari jalan yang destruktif, di mana inherent power, yaitu
kekuatan dari manusia itu bisa memberikan proyeksi keadaan dirinya
sendiri.

Hati-hati dengan unsur kreativitas di pikiran kita, sering kita
terkurung dalam alam pikiran sendiri, seolah menciptakan naskah
skenario versi diri sendiri, dan terproyeksi keluar menjadi sikap-
sikap agresif. Sikap agresif sangat bagus jika dalam konteks
positif, tetapi sangat merugikan diri sendiri jika dilaksanakan
dalam konteks negatif, sikap menyerang, mencaci dan mencemooh akan
membalik jadi bumerang untuk citra diri sendiri.

Sangat penting untuk mengubah kerja proyektor dalam diri kita,
supaya proyeksi yang keluar mendukung untuk membangun citra diri
agar positif, maka jangan bandingkan dengan apa yang orang lain
sudah perbuat atau alami. Silakan tiru hal positif yang dia buat,
tetapi jaga pikiran kita untuk tidak masuk dalam pikiran yang membanding-bandingk an, di mana jika kedapatan kita selalu kalah bersaing dalam bangunan citra diri dengannya, hal ini hanya akan menimbulkan cemoohan pada batin sendiri.

Jika ditekan sedemikian rupa, proyeksi yang keluar adalah apa yang
menjadi kekurangan atau kebodohan kita. Di sinilah penting sekali
kita mengukur segalanya menurut tongkat yang realistis.

Sebelumnya, buat tujuan yang bisa terjangkau, tujuan yang tidak
realistis biasanya hanya menimbulkan kemarahan pada diri sendiri.
Kita harus 'tahu diri' untuk mau becermin pada apa yang kita punya, yang kita alami, bukan berusaha menjadi orang dalam khayalan. Jika kita memang tidak mampu bersaing dengan orang yang membuat kita jengkel, karena dia memang lebih menarik, lebih pintar, lebih ramah, sementara kita selalu bersikap arogan, senang mencemooh. Sebab itu, kita harus sadar untuk menerima kenyataan yang ada pada diri sendiri.

Komunikasi itu 'kendaraan' untuk bisa kerjasama. Dalam masyarakat
proses pelajaran berarah belajar berkomunikasi, untuk sukses kita
harus mengubah proyektor dalam diri sendiri, yaitu respek dengan
diri sendiri dan kepada yang lain berarti;

(1) Respek dengan lingkungan, (2) Respek dengan privacy pribadi
orang lain, kebutuhan mereka pribadi dengan ruang fisik dan milik,
(3) respek dengan berbagai pandangan, filsafat, kepercayaan orang,
sekte, gaya hidup, etnik dan budaya, keyakinan dan kepribadian. 4)
Resep dari kemungkinan dari fisik (seperti cacat) Tidak adanya
respek, maka yang terjadi interaksi menuju ke konflik dan
permusuhan.

Jika kita tidak mau mengubah proyektor yang sudah berjalan dengan
salah, maka jangan bingung jika proyeksi jiwa kita tidak
pernah 'sehat', karena kita hidup dalam alam hayalan.

Ilusi tentang seseorang yang tidak bisa menjadi dirinya sendiri,
kesan 'menggila' akan keluar dan terlihat oleh umum, tentu saja jika
hal ini terjadi, citra diri kita hancur dengan ulah sendiri.

Merubah mesin proyektor yang menghasilkan proyeksi diri, perlu sikap
fleksibilitas berarti mempunyai kekuatan untuk menyesuaikan
perubahan situasi dan menerimanya, dan juga menerima pendapat,
tentang diri sendiri. Berubah termasuk di dalamnya, dan cara lain
mengenal diri sendiri, kekuatan, dan kelemahan kita.

Dari kekuatan yang kita punya jalankan untuk menolong kelemahan
kita, dan belajar mengaku kelemahan dan bersiap dengan akibatnya.
Itu cara belajar untuk menjadi jiwa fleksibel.

Sumber: Ubah Proyektor Pikiran supaya Jiwa Sehat oleh Lianny Hendranata

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan beri Komentar sehat dan membangun