Jumat, 31 Juli 2009

Pamong Desa Jadi ‘ Israel ”

Selasa 6 Januari 2009, Jam: 5:52:00



Kelakuan Pak Kadus (Kepala Dusun) dari Wonogiri (Jateng) ini agaknya mau menyangi Israel . Bila bangsa Yahudi itu menyerang Jalur Gaza, dia menduduki jalur gayeng (mengasyikkan) milik bini seorang warganya. Maka seperti warga Palestina, penduduk Girimarto ini segera menghakimi Kadus Darmaji, 42, hingga babak belur.

Etika moral dan agama selalu menggariskan, seorang pemimpin harus bisa jadi panutan dan bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. Perilakunya selalu membanggakan, nasihat-nasihatnya menyejukkan. Pendek kata dia menjadi barometer kehidupan warganya, di mana dia juga mampu memberikan solusi-solusi jitu bagi setiap permasalahan. Bukankah hadis Nabi mengatakan, pemimpin akan dimintai tanggunjawab kepemimpinannya.

Pak Kadus Darmaji dari Desa Jatirejo Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri, agaknya belum sampai ke sana pemahamannya. Baginya, Kadus itu justru berarti “suka mengendus-endus”. Ya mengendus apa saja, terutama barang batil yang haraman wa asyikan. Soalnya, dia itu paling tidak tahan melihat perempuan mulus. Terutama yang putih bersih dengan betisnya yang mirip punya peragawati. Kalau bisa dan boleh, pastilah dia main sosor macam bebek lihat keong.

Adalah Ny . Astuti, 38, bini warganya yang kini menjadi topik perhatiannya. Pak Kadus pasti langsung kontak pendulumnya jika ketemu bini Samsudi, 42, tersebut. Wajah dan bodinya memang sangat menjanjikan, yang bisa dikategorikan enak digoyang dan perlu. Ingin sekali Darmaji seperti Israel di Timur Tengah, menikmati “jalur gayeng” milik perempuan itu. Tapi bagaimana caranya, sedangkan dia sebagai pamong desa harus bertindak elegan. “Ngono ya ngono, ning aja ngono (begitu ya begitu, tapi jangan begitu), “ begitu kata hati nuraninya mengingatkan Darmaji yang kebelet begituan.

Dasar milik, peluang emas yang ditunggu-tunggu itu pun tiba. Saat di rumah tetangga Astuti menggelar hajatan malem midadareni (menjelang pesta perkawinan), Darmaji melihat Samsudi juga sibuk di situ, sementara istrinya nalah di rumah sendiri. Otak ngeres Pak Kadus pun berkembang. Ini saat paling tempat merebut “jalur gayeng” itu, toh PBB takkan peduli dalam urusan satu ini. Tekadnya kemudian: sluman slumun slamet, muga entuk nggon sing anget-anget (untung-untungan, semoga kehangatan itu direbutnya).

Akan tetapi Darmaji lupa bahwa “jalur gayeng” itu sesungguhnya belum dikuasai, setidaknya memberi lampu hijau. Dia hanya berdasarkan naluri waton nyregudug (asal tabrak) saja. Maka meski belum tahu betul akan medannya, Pak Kadus langsung saja masuk ke kamar Ny. Astuti. Bini Samsudi yang tengah tertidur lelep itu langsung didekap dan ditindih. Tentu saja wanita itu kaget dan begitu ada lelaki lain mau mengambil “jatah” suaminya, dia langsung teriak, maling-maling! Nah lho, Darmaji pun kalang kabut berusaha melarikan diri.

Malang nasib Pak Kadus, dia berhasil ditangkap para pemuda yang masih sibuk di tempat hajatan itu. Langsung saja “ Israel ” dari Wonogiri ini dihajar ramai-ramai. Penganiayaan itu baru berhenti, setelah tahu yang jadi “narayana maling” itu adalah Pak Kadus sendiri. Darmaji pun diperiksa di balai desa, ditanya tentang usaha perebutan “jalur gayeng” Ny. Astuti. Kata Darmaji sambil sumpah-sumpah, baru sekali ini hendak memperkosa bini Samsudi tersebut.

Usut kebenarannya, Darmaji kan kepanjangan: dahar lima ngaku siji (makan lima ngaku satu).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan beri Komentar sehat dan membangun