Kamis, 24 April 2008

Bijak di Masa Sulit


"Ada pelajaran yang dapat diambil dari situasi yang baik dan buruk."
-- Willa Cather, penulis, 1873-1947


KEJADIAN menarik terjadi pada hari Kamis, 17 April lalu. Sebanyak
100-an karyawan di bagian giling sebuah perusahaan rokok mengalami
kerasukan roh halus atau yang lazim kita kenal dengan istilah
kesurupan. Bukan hanya sunatan atau kawin saja yang massal, tetapi
juga dapat terjadi dalam hal begini. Seram deh pokoknya. Mereka
menjerit-jerit, bergumam, eh, ada juga yang kejet-kejet sambil mata
melotot, iih, dan akhirnya kebanyakan dari mereka pingsan secara
massal. Pihak perusahaan sudah pasti panik dan ingin tahu apa yang
sebenarnya terjadi. Manajer Hubungan Industrial perusahaan tersebut
melakukan investigasi kecil-kecilan. Setelah bertanya kepada
beberapa korban yang mengalami pingsan itu, tentu setelah roh
halusnya kabur, pejabat perusahaan itu mendapat keterangan, beberapa
korban kedatangan roh itu karena pikiran mereka tengah kosong. Tanya
kenapa? Duh, ternyata beban hidup yang mereka alami benar-benar
bikin mereka senewen. Otak dan hati tak lagi sinkron. Hati sih ingin
tenang bin tenteram, tapi otak mereka cenut-cenut luar biasa. Harga
sembilan barang pokok alias sembako terbang ke angkasa, sedangkan
penghasilan mereka semakin terperosok ke dalam tanah.

Rupanya butiran beras, bau minyak tanah yang tak lagi terendus, dan
tekanan hidup lainnya terbawa hingga ke tempat kerja. Mereka pun
bengong. Nah, teori sederhananya, di kala bengong, biasanya roh halus
yang nongol di film horor, ikut nimbrung di tubuh mereka. Alhasil,
ya itu tadi, mereka pun kesurupan massal. Waduh, ini sih luar biasa
mengejutkan. Dunia makin maju, kok roh halus makin perkasa saja.
Kata orang memang, hidup ini makin berat. Kalau kurang percaya,
cerita berikut bolehlah disimak.

Kisah ini datang dari mulut seorang teman, sambil menyalakan rokok
kreteknya, dia berkeluh kesah. "Hidup makin sulit," katanya. Menurut
pengakuannya, untuk mengurangi biaya pengeluaran, ia harus berhemat
di sana-sini. Persis seperti yang terjadi sepuluh tahun silam,
ketika krisis ekonomi melanda negeri ini. Kini dia tidak lagi
berlangganan koran. Untuk mengikuti berita, dia cukup menonton
televisi atau browsing internet di kantor. Makan? Dia ganti jenis
beras yang harganya lebih murah dengan tidak mengurangi mutu. Makan
di luar pun sudah dikurangi. Tapi anehnya, dia sama sekali tak
mengurangi jatah membeli rokoknya. "Kalau ini lain, untuk mengurangi
stres," katanya sambil mengisap rokoknya dalam-dalam.

Situasi saat ini memang tak lagi bersahabat. Banyak sebabnya. Di
tingkat global misalnya, lihatlah harga minyak dunia makin
membubung tinggi. Pada 18 April lalu, untuk pertama kalinya, harga
minyak menembus angka US$117 per barel. Juga terjadi kenaikan harga
beberapa komoditas pangan di pasaran dunia, terutama beras. Di dalam
negeri pun sami mawon pada bae keadaannya. Tingginya angka inflasi
untuk Maret 2008, berada pada level 0,95%, inflasi year on year
8,71%, sementara itu Pemerintah menargetkan inflasi 2008 tidak lebih
dari 6,5%. Langkanya minyak tanah dan elpiji membuat pusing kepala
para ibu-ibu. Kalau pun ada, harus antre panjang dan harganya sudah
tinggi.

Lantas bagaimana menyiasati keadaan hidup ini? Tentu bukan dengan
merokok seperti sang teman atau banyak bengong kalau tidak mau
kesurupan. Sebenarnya hanyalah akal sehat kunci semuanya. Kiat
berikut ini sama sekali bukanlah hal yang baru, dalam hidup sehari-
hari kita sudah mafhum. Barangkali bolehlah untuk menyegarkan
kembali ingatan kita.

Ini yang primer, kita harus bisa membedakan dahulu antara keinginan
(want) dan kebutuhan (need).
Lantas di mana letak bedanya? Ah, ini
sih sudah jelas bedanya. Makan adalah kebutuhan. Tapi makan enak
dengan harga mahal itu adalah keinginan. Jadi, kalau uang di kantong
tinggal selembar, pilihlah makanan yang bikin kenyang dan padat
gizi, meski memang tidak terlalu memanjakan lidah. Paling tidak,
aman bagi tubuh, alias tidak murcret, murah tapi mencret. Itu syarat
minimal. Dalam skala kebutuhan yang lain, di luar primer, alangkah
baiknya juga berlaku demikian. Di antara kita pastilah ada yang
mengutang atau mengangsur. Nah, kalau yang ini, sebaiknya susun
kembali cash flow dan forecast sederhana, yang memperkirakan arus
uang masuk dan arus uang keluar. Nah, berikutnya tinggal mengatur
langkah konkret seperti ini.

Buatlah Skala Prioritas Kebutuhan
Kita harus dapat membuat skala prioritas kebutuhan harian, bulanan,
dua bulanan dan seterusnya. Dengan hal ini, kita tentunya mengetahui
kebutuhan apa saja secara rutin dan berkala yang harus dipenuhi.

Membatasi Pembelian dengan Angsuran
Pikir-pikir lagi apakah barang yang akan kita beli dengan mengangsur
itu benar-benar kita butuhkan?

Cegahlah Menggaruk yang Gatal
Ini hanya istilah dari `impulse buying', saat lihat langsung beli.
Sering kali, setiap kali ketika kita ke pasar swalayan, kita membeli
barang-barang di luar kebutuhan yang sudah ada di benak kita sebelum
kita berangkat ke pasar swalayan. Ada baiknya, Anda membuat daftar
kebutuhan apa saja yang memang benar-benar diperlukan dan harus
dibeli. Dan ingat, Anda harus konsisten dengan daftar tersebut!

Tidak Terpengaruh Iklan
Jangan terpengaruh oleh iklan yang menyesatkan. Sebaik mutu atau
sebersaing harga apapun barang atau jasa yang ditawarkan, bila hal
itu memang bukan menjadi skala prioritas Anda, jangan dibeli!

Membandingkan Harga Produk yang Dibutuhkan
Bahasa kerennya, `price competition' . Agak repot memang. Dalam hal
ini kita harus bertanya, bisa juga keluar masuk toko, atau minimal
mencari informasi untuk mendapatkan perbandingan harga produk yang
kita cari. Tapi capek sedikit untuk berhemat tidak ada salahnya
juga. Karena setelah itu, dilain waktu, Anda sudah tahu produk apa
yang akan Anda beli sesuai dengan kualitas dan kebutuhan yang Anda
inginkan.

Mengerti Manfaat dan Fitur Barang
Jangan membeli barang tetapi Anda sendiri tidak tahu kegunaan barang
tersebut.

Efisiensi Total
Anda harus melakukan efisiensi secara total terhadap pemakaian
telepon, listrik, gas, air, pendingin udara dan lain sebagainya.
Misalnya saja, tak perlu Anda menyalakan pendingin udara ketika
malam hari.

Mengatur Mobilitas Sesuai Keperluan
Anda harus bisa mengatur mobilitas sesuai kebutuhan, mana kebutuhan
untuk keluarga, mana kebutuhan untuk pekerjaan, mana kebutuhan untuk
komunitas, dan mana kebutuhan untuk lingkungan sekitar.

Mencari Penghasilan Tambahan
Ada baiknya Anda juga memikirkan pekerjaan sambilan di luar
pekerjaan tetap yang sudah Anda lakukan. Pekerjaan ini sebaiknya
tidak mengganggu pekerjaan utama Anda. Bila mengganggu, tak usah
Anda lakukan, karena bisa-bisa malah mengganggu karir Anda.

Jagalah Kesehatan
Kata orang, kekayaan yang paling berharga adalah tubuh yang sehat.
Sehat tak dapat dibeli. Semua penghematan di atas itu haruslah bisa
membuat kesehatan tetap terjaga dan prima. Nah, rugi dong, kalau
dengan dalih ingin hemat, tetapi malah tubuh menjadi sakit. Oalah,
sudah hidup semakin sulit seperti sekarang ini, eh duitnya malah
dipakai berobat, cape deh. (210408)

Sumber: Bijak di Masa Sulit oleh Sonny Wibisono, penulis, tinggal di
Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan beri Komentar sehat dan membangun