Kamis, 03 April 2008

Penebus untuk siksa kubur

Assalamualaikum, pa Ustadz.

Semoga pa ustadz beserta kru eramuslim diberikan umur panjang, kesehatan badan, keluasan ilmu dan keberkahan rizki demi memberi tuntunan dan pencerahan kepada umat.Amin.

Pak ustadz, langsung saja pada saat orang tua kami meninggal kami biasa mengadakan tahlilan dan tausiah oleh seorang ustadz di tempat kami. dan katanya bila kita menghatamkan tahlilan (sebanyak 70.000 kali lafaz lailahailalloh ) dapat membebaskan ahli kubur dari siksa kubur kalau kita hadiahkan pada ahli kubur.

Dan kata beliau, riwayat ini ada dalam kitab kuning, karena beliau juga adalah lulusan pesantren.

Dan apa benar ada khatam untuk surah Al-Ikhlas? Dan kalau kita khatam bisa bebas dari api neraka? Dan dari mana asal solawat kamilah? Dan kalu kita amalkan berapa banyak akan mendapatkan keistimewaan? Apa benar ada riwayat yang sohih tentang ini?

Mohon jawabanya pak ustadz karena di tempat kami banyak yang mengamalkanya. Dan saya mengerti kalau pertanyaan saya belum dijawab karena memang banyaknya pertanyaanyangmasuk. Smoga ke depan semua pertanyaan dapat dijawab. AMIN

Damsuki

Jawaban
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Sebenarnya masalah apakah bacaan Quran bisa ditransfer pahalanya kepada orang sudah meninggal dunia, sudah sering kami jawab di rubrik ini. Intinya memang ada sedikit beda pendapat di kalangan ulama.

Ibnu Taymiyah misalnya, beliau dengan tegas mengatakan bahwa orang yang meninggal akan mendapatkan manfaat bila orang yang masih hidup membacakan Al-Quran, asal memang diniatkan.

Untuk lebih tegasnya, silahkan buka link-link berikut ini:

bertanya-mengenai-transfer-pahala

Orang-sudah-meninggal-menunggu-hadiah-orang-masih-hidup

Membacakan-al-quran-30-juz-almarhum-selama-7-hari.htm

Cara-mendoakan-orang-sudah-meninggal

Namun kalau niatnya untuk mengirimkan pahala, akan menjadi jauh lebih baik kalau pahalanya bukan semata dari bacaan Quran saja. Sebab pahala bacaan Quran itu baru akan bagus kalau yang membacanya memang seorang yang baik bacaannya, bukan sembarang orang.

Kalau bacaannya kurang fasih atau malah salah baca, bagaimana pahalanya bisa jadi besar?

Kalau mau pahala yang besar dan cukup untuk dikirimkan kepada almarhum di alam kuburnya, seharusnya nilai amalnya juga besar. Tidak berhanti sekedar pahala baca Quran atau dzikir saja.

Lalu apa amal yang besar?

Amal yang besar adalah amal yang pahalanya terus menerus mengalir. Ibarat pohon yang subur, tiap tahun selalu memberi hasil panenan yang baik.

Sebagai perbandingan, kalau kita memberi makan satu orang miskin untuk sekali makan, maka pahalanya hanya pahala satu kali makan itu saja. Tapi kalau kita beri makan tiap hari, bahkan hingga kita meninggal, orang miskin itu tetap menerima makan dari tangan kita, silahkan hitung sendiri berapa besar pahalanya.

Kalau kita punya deposito uang di bank syariah, kenapa tidak kita niatkan agar bagi hasilnya disedekahkan kepada orang miskin, berapa pun besarnya. Maka selama uang itu masih ada di deposito, selama itu pula pahala akan tetap terus mengalir.

Sekarang kita tambah lagi niainya. Seandainya orang miskin yang kita beri makan itu anak yatim, maka pahalanya pasti akan berlipat lagi. Sebab selain miskin, dia juga yatim.

Lalu kita tambah lagi nilainya. Selain kita beri makan, anak itu juga kita sekolahkan atau kita masukkan pesantren yang bermutu. Sehingga menjadi nantinya menjadi ulama besar yang berguna buat bangsa dan umatnya.

Kita bisa hitung-hitungan dengan Allah SWT, bahwa ulama itu tidak lahir kecuali dari hasil jasa kita yang memberinya makan dan kita pula yang membiayai pelajarannya. Maka semua ilmu dan amal ulama yang berpahala itu, akan kita nikmati juga pahalanya, karena kita punya andil besar dalam melahirkan seorang ulama.

Dan begitulah, ada teknik-teknik khusus untuk melipat-gandakan pahala secara benar, jujur, dan berdasarkan dalil syar'i.

Pemikiran ini tentu bukan dengan niat menggusur tahlilan yang terlanjur sudah menjadi budaya bangsa. Akan tetapi sekedar memberikan alternatif lain yang barangkali perlu kita beri ruang prioritas.

Dan tidak ada salahnya kalau pemikiran itu diperluas di bidang-bidang lainnya, seperti membangun kampus, sekolah, pesantren, perpustakaan dan juga situs keIslaman.

Khusus masalah situs keIslaman, ada teman yang bercerita betapa efektifnya nilai sebuah situs untuk dakwah. Katakanlah sebagai ilustrasi, sejak diledakkannya menara kembar WTC pada 11 September 2001 di Newyork, tercatat tidak kurang dari 25.000 orang di Australia masuk Islam.

Lho kok bisa?

Ya, bisa. Sebab orang Australia itu kan bukan bangsa bego yang mudah dicekoki oleh Bush dengan bualannya. Mereka lantas melakukan searching untuk mencari informasi yang terkait dengan Islam. Dan semakin banyak yang justru bisa mengambil manfaat dari situs-situs keIslaman. Dan semakin banyak saja bule-bule itu yang masuk Islam.

Jadi apa pun yang dilakukan oleh Bush dan komplotannya untuk menjelekkan Islam, yang terjadi justru sebaliknya. Malah menjadi iklan gratis buat mengenalkan Islam.

Beruntung kita hidup di zaman internet, sehingga siapa saja bisa berdakwah lewat situs internet, kapan pun dan dari mana pun. Tinggal bangun sebuah situs Islam, lalu tuliskan apa yang ingin disampaikan. Kalau isinya memang bermutu, pasti orang akan baca. Bahkan dengan adanya 'mBah Google', tulisan dengan kata kunci apa pun bisa dicari dalam hitungan detik.

Ketakutan orang Belanda atas menyebarnya Islam di negeri mereka sangat terasa. Ketika menyaksikan apa yang dibuat oleh Wilder dalam film Fitna-nya, terasa sekali kalau Islam itu memang telah menjadi sebuah kekuatan raksasa yang siap menaklukkan Eropa.

Bayangkan, sekarang ini sudah ada 54 juta muslim di Eropa. Pertanyaannya, siapa yang menyebarkan Islam di sana ? Adakah negara-negara muslim dari Timur Tengah telah mengutus para da'i ke sana ? Rasanya sih tidak, kecuali dalam jumlah yang jauh lebih sedikit.

Lalu dari mana orang-orang Eropa itu kenal Islam?

Salah satu asumsinya adalah lewat internet. Dengan internet, kita bisa menembus Eropa tanpa harus pakai visa, passport atau izin ini dan itu. Keberhasilan dakwah Islam di Eropatelah membuktikan bahwa internet memegang peranan penting dalam dunia dakwah.

Sayangnya banyak para da'i yang masih ogah-ogahan mengurus websitenya. Begitu juga dengan ormas, masih banyak yang situsnya sudah tidak diupdate sejak dua tahun yang lalu. Dan sebagian besarnya malah sudah berpulang ke rahmatullah, alias sudah mati.

Maka kalau sekarang anda ingin beramal yang murah tapi bernilai pahala sangat tinggi, beramallah dengan membuat situs. Atau kalau tidak bisa bikin sendiri, minimalbantulah situs Islam yang sering kembang kempis hidupnya. Banyak dari situs buatan umat Islam yang sehari nongol seminggu libur.

Padahal kalau digarap dengan baik, setidaknya dibiayai secara kontiniu, Islam akan mendapatkan cahaya yang semakin terang saja.

Kalau kita boleh berandai-andai, kadang kebiasaan mengadakan tahlilan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Bahkan ada yang sampai puluhan juta. Seandainya biaya itu dialokasikan untuk membangun situs, maka tiap ada satu orang meninggal, akan terbangun satu situs baru yang berisi dakwah.

Kalau dalam sebulan orang kaya yang meninggal di negeri ini kita anggap ada 100 orang saja, maka setidaknya akan ada 100 situs baru. Tentunya harus digarap secara profesional, bukan asal bikin lalu bubar jalan grak.

Kenapa kami meributkan umat Islam tidak bikin situs? Jawabnya karena musuh-musuh Islam sangat produktif untuk bikin situs. Coba tengok angka pertumbuhan situs porno di negeri kita, pasti kita akan tercengang. Dibandingkan dengan pertumbuhan situs Islam, boleh dibilang tidak ada apa-apanya.

Sementara jumlah tahlilaln tidak pernah menurun, karena tiap hari ada yang meninggal, dan tahlilan pun jalan terus. Sementara situs Islam pada berguguran di tengah jalan.

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc (dari email)