Meski peringatan Hari Perempuan Sedunia telah berlalu, gemanya masih
hangat, apalagi tayangan televisi dan media cetak kita kembali
mengisinya dengan kisah tragis, seorang ibu di Bekasi, Jawa Barat,
tega membenamkan dua buah hatinya di bak penampungan air di kamar
mandi. Padahal, kita belum hilang terkejutnya dengan kisah se-orang
ibu di Bandung yang juga membunuh tiga anaknya, dan di Pidie, Aceh,
seorang ibu juga membunuh tiga putra putrinya.
Ironisnya, semua dilakukan dengan dalih kesulitan ekonomi. Kisah-
kisah memilukan yang tidak bisa dicerna akal sehat, bagaimana
seorang ibu tega menghilangkan nyawa anaknya sendiri. Seperti
sindiran karikatur yang pernah dimuat di harian ini, binatang buas
pun tidak membunuh anaknya begitu saja.
Apakah kita bisa mencegah peristiwa-peristiwa memilukan ini terjadi?
Apa yang bisa kita lakukan untuk hal ini? Dengan menghukumnya dan
memenjarakannya, perempuan yang tidak ikut bunuh diri, setelah
melakukan pembunuhan terhadap anak-anaknya, apakah akan bisa membuat
jera ibu lain untuk tidak melakukannya?
Tentu saja jawabannya tidak! Sebab peristiwa terjadi secara
individu, lain dengan kejahatan seperti mencuri atau lainnya, yang
bisa dijadikan contoh pelajaran untuk calon pelaku lain dengan
menciptakan efek jera, dan berbagai hukuman berat.
Bersamaan dengan tayangan berita seorang ibu di Bekasi yang
membenamkan dua anaknya, kemudian ditayangkan pula seorang ibu di
Surabaya yang terlihat lemas sehabis melahirkan ditangkap, dan
ditanyai polisi. Kenapa begitu tega berminat menjual bayi kembarnya?
Menyedihkan dan ironis sekali, hukum di negara kita. Jika seorang
ibu dengan kesadaran ingin mengubah nasib anaknya, untuk diadopsi
oleh orang yang dianggap lebih mampu menghidupi anaknya, maka jika
ketahuan aparat pasti diciduk, dihakimi sebagai penjual anak
sendiri. Masyarakat lalu mencemoohnya sebagai seorang ibu yang tega
menjual anaknya sendiri.
Masyarakat tidak mau tahu, betapa rumitnya pikiran seorang ibu yang
sadar, anaknya akan menderita jika terus bersamanya, kemiskinan yang
sangat. Orang lain tidak akan mengerti betapa pedihnya seorang ibu
menghadapi ratapan lapar mulut mungil, orang lain tidak akan pernah
mengerti, bagaimana pilunya seorang ibu mendekap anaknya yang sakit
keras, tanpa bisa menolongnya untuk berobat ke rumah sakit. Kita
juga baru saja terkejut dengan berita dari Makassar, yaitu seorang
ibu hamil tujuh bulan yang meninggal bersama anak balitanya, karena
kelaparan.
Dualitas Jiwa Perempuan
Kekuatan dan ketahanan mental seseorang, bukan diukur dari kekuatan
atau ketangguhan dalam hal jasmani seseorang, melainkan
diperhitungkan dalam hal pandangan atau pikiran seseorang terhadap
masalah yang dialaminya. Di sinilah kekuatan mental sedang diuji,
apakah kita dapat menyelesaikannya dengan sikap positif atau
sebaliknya, dan kita akan melihat hasilnya.
Perempuan, bisa dikatakan gabungan antara dualitas elemen, yaitu
sosok kepatuhan dan pemberontakan, kelembutan sekaligus kekerasan,
makhluk yang mampu mengerjakan sesuatu yang tidak disukainya dengan
sepenuh hati. Makhluk yang mampu merawat dengan telaten sesuatu yang
dia benci, dan melihat kenyataan terakhir, dari kisah-kisah
pembunuhan yang dilakukan seorang ibu, maka lengkap pula jika
dikatakan sebagai mahluk yang bisa membunuh orang yang sangat di-
cintainya.
Depresi saat ini menjadi penyakit dunia modern, angka bunuh diri
atau membunuh orang lain, sekarang meningkat pesat, dan menurut
penelitian, perempuan lebih rentan mengalami depresi, mungkin ini
terjadi di mana perempuan lebih bermain dengan perasaannya,
dibandingkan dengan pria yang lebih mengandalkan logikanya dalam
menghadapi, dan menjalani situasi-situasi yang datang dalam
kehidupan.
Depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang utama saat ini. Sebuah
keluarga akan menanggung akibatnya, jika ada anggotanya yang
depresi, demikian juga yang terjadi di kantor, di perusahaan, dan di
lingkup luas sebuah negara.
Sebab, orang yang menderita depresi menurun daya kreativitasnya,
juga produktivitas daya hidupnya, tentu hal ini sangat mengganggu
dalam kemajuan masyarakat, sehingga jika angka penderitanya semakin
banyak, tidak tertutup kemungkinan sebuah negara akan terus mundur
dalam segala aspek.
Depresi terselubung (masked depression) merupakan penyakit dunia
modern yang saat ini, sangat banyak penderitanya, yaitu gejala yang
muncul ke permukaan berupa keluhan-keluhan fisik (somatic), maka
para dokter banyak dibanjiri pasien yang tidak diketahui
penyakitnya, diketahui dalam pemeriksaan laboratorium didapat hasil
yang normal, di sinilah diharapkan kepekaan para dokter, untuk
mengarahkan pasien-pasien ini ke terapi kejiwaan, karena kemungkinan
mereka penderita awal dari depresi yang akan terus bertambah parah.
Kasih Sayang
Seorang yang kuat dan sehat jiwanya, bisa saja dia jatuh dalam alam
depresi jika tidak bisa mengatasi stressor (pemicu ketegangan) yang
datang dalam derap kehidupannya. Perasaan gagal memenuhi rasa aman
untuk diri sendiri dan orang yang dicintai. Perasaan gagal
mendapatkan dan memenuhi kasih sayang. Didera perasaan bersalah pada
diri sendiri.
Ambisi atau keinginan kuat, obsesi-obsesi yang tak terpenuhi.
Perasaan minder atau sebaliknya, yaitu perasaan 'super' sama-sama
sebagai bentuk pemicu depresi. Akibat terburuk dari depresi,
biasanya terjadi dalam bentuk agresi, yaitu suatu reaksi terhadap
frustrasi atau ketidakmampuan memuaskan kebutuhan psikologisnya.
Agresi hiper salah satu contohnya menjadi sosok penyerang, baik
dalam bentuk verbal maupun nonverbal, agresi hipo salah satu
contohnya, sikap yang selalu mengalah, dan menarik diri.
Stres berkepanjangan membuat emosi labil, jantung berdenyut lebih
cepat karena darah harus dipompa lebih aktif dan otot di seluruh
tubuh menjadi tegang, inilah awal keluhan-keluhan fisik, yang jika
dibiarkan berkepanjangan, bisa menyebabkan depresi.
Pada penderita depresi pemula, gejala umum yang sering terlihat,
adalah menjadi pemurung. Orang itu selalu merasa tidak bahagia,
pesimistis terhadap masa depan atau terhadap orang yang diharapkan,
mudah tersinggung, sering melamun, mengerutu, serta kehilangan
kepercayaan diri. Mulai menarik diri dari lingkungan, bersikap masa
bodoh terhadap lingkungan, serba cemas, berpikir negatif terhadap
orang lain, (paranoid), mulai malas bicara, bisa juga mudah tegang,
dan emosi sangat mudah terpancing untuk meledak dalam bentuk
ekspresi marah menangis, atau berteriak.
Jika kita mengalami beberapa keluhan perasaan di atas, dan merasakan
fisik selalu tidak nyaman, ada saja keluhan sakit yang tidak jelas.
Cobalah membuat gerakan untuk keluar dari gejala depresi ini, yaitu
dengan menyadari keadaan mental sendiri, menerima diri apa adanya,
jauhkan sikap selalu membandingkan diri dengan orang lain, mulai
menyadari/menyelidi ki trauma yang menjadi pemicu/ penyebab
terjadinya gangguan perasaan ini, mulailah mengerahkan kecenderungan
alamiah pada nilai yang positif dan pikiran yang membangun. Jika
tidak mampu mengatasi sendiri, carilah pertolongan psikolog atau
psikiater
Jelas sekali setiap orang membutuhkan keharmonisan jiwa, tapi
pertanyaannya bagaimana bisa meraihnya? Carilah teman yang
membangun, milikilah sahabat tempat berbagi. Sahabat adalah tempat
berbagi suka atau duka, dengan saling menjaga dan percaya akan
keajaiban kasih sayang, dengan keterbukaan merupakan awal pemulihan.
Sumber: Jiwa Harmonis Bisa Mengubah Dunia oleh Lianny Hendranata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan beri Komentar sehat dan membangun