Minggu, 24 Agustus 2008

Aji Mumpung Yuk!

"Mumpung berkuasa, berbaktilah kepada rakyat."
--
Evita Peron, Mantan Ibu Negara Argentina, 1919-1952

MUMPUNG dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti `kebetulan'.
Atau bila kita telaah lagi, bisa juga berarti 'saat masih ada
kesempatan'. Mumpung ada uang bisa berarti 'kebetulan ada uang'
atau 'saat masih ada kesempatan memiliki uang'. Mumpung masih muda?
Ya, saat masih berusia muda. Begitu sajalah gampangnya.

Lalu kemudian berkembang kata 'aji mumpung' yang selalu saja
konotasinya negatif. Mumpung masih jadi pejabat, bikinlah keputusan
yang menguntungkan kolega, sanak famili, atau malah untuk diri
sendiri. Contoh untuk yang satu ini bejibun. Di koran, radio,
apalagi di televisi hampir tiap hari muncul si penganut aji mumpung.

Di televisi juga kita lihat wanita muda yang cantik luar biasa
terlihat pontang-panting mencari sumber pemasukan. Bermain sinetron
dia hayuh aja, menjadi presenter juga siapa takut. Eh, sampai-sampai
menyanyi, meski suaranya kurang merdu, juga dijabanin. Yang
terakhir, banyak pula artis yang mencoba peruntungan di dunia
politik. Tak sedikit politisi yang kebakaran jenggot, karena
lahannya ikut-ikutan diserobot. Banyak memang yang meragukan
kemampuan si artis. Tanpa pengalaman apa-apa, mereka kemudian masuk
daftar calon bupati. Wah, keren banget.

Apakah salah hal itu? Tentu saja tidak. Namun seperti kebanyakan
orang, kadang pula kita jatuh kecewa dengan tindakan dan perilaku
mereka. Aya naon? Karena kita tahu kapasitas mereka untuk itu
belumlah cukup. Kalaulah mereka dicomot masuk dalam politik, semata
karena mereka hanyalah dijadikan penarik suara alias vote getter
yang umum terjadi di mana-mana.

Nah, sekarang marilah kita lihat diri kita sendiri. Apakah tubuh
kita masih tegap? Apakah kaki dan tangan kita masih mampu berlari
mengejar bus atau bergelantungan di kereta listrik yang selalu
sesak? Lalu bagaimana dengan semangat kita? Masih banyakkah stoknya?

Setelah mendapatkan jawaban itu semua, yang hanya kita sendiri yang
tahu jawabannya, segeralah dan ayo kita ber-aji mumpung persis
seperti pejabat yang koruptor atau selebriti yang menyikat apa saja
pekerjaan yang datang padanya.

Mumpung kita masih memiliki penghasilan, sisihkanlah paling tidak
untuk masa depan nanti kelak. Atau bila berlebih, segera cari mereka
yang membutuhkan untuk kita bantu. Di negeri yang makin semrawut
ini, tentulah tidak sulit untuk mendapatka mereka yang memang
membutuhkan bantuan.

Mumpung kita masih muda, perbanyaklah kesempatan untuk mengejar cita-
cita yang sudah lama mengendap dalam diri kita. Segeralah mengusir
kemalasan yang ada. Karena pada intinya, waktu tidak pernah
berhenti. Orang yang lengah, selalu menyadari saat dirinya belum
banyak mengalami kemajuan dibandingkan dengan teman-temannya.

Mumpung masih ada umur, banyak-banyaklah berbuat amal. Mumpung
orangtua masih hidup, bahagiakanlah mereka, walau hal itu mungkin
menunda kesenangan kita. Mumpung uang masih berkecukupan, berilah
pendidikan yang terbaik untuk anak. Mumpung menjadi Ketua RT,
layanilah warganya dengan baik, walau tidak digaji sekalipun.
Mumpung kita mempunyai kelebihan, berbagilah terhadap sesama. Dan
tentu saja, mumpung kita masih hidup, berbuatlah sesuatu yang
bermakna untuk lingkungan dan orang-orang sekitar kita.

Semua adalah aji mumpung, dan siapapun tentu sepakat bahwa untuk aji
mumpung yang seperti ini, tak ada satu orang yang akan
menghalanginya. Semakin lekas kita berbuat sesuatu, agar kesempatan
itu tidak segera berlalu, kian beruntunglah kita dalam mengisi hidup
ini.

Nah, sekarang, setelah membaca tulisan ini, bila Anda berada di
depan monitor, segeralah selesaikan pekerjaan, mumpung bos belum
datang. Jangan ditunda ya. Bila jam istirahat telah tiba, segera
telpon suami, isteri, atau anak, walau hanya sekedar mengatakan 'i
love you' saja. Yah, mumpung jam istirahat kan. Setelah semua urusan
selesai, Anda pun bisa melakukan kegiatan lain yang tentu saja Anda
senangi dan bermanfaat bagi Anda di masa nanti. Buruan, mumpung
masih ada waktu. (040808)

Sumber: Aji Mumpung Yuk! oleh Sonny Wibisono, penulis, tinggal di
Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan beri Komentar sehat dan membangun