Setiap menjelang Idul Fitri, Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama Vatikan dengan tulus merayakan kegembiraan saudara Muslim yang merayakan Idul Fitri.
Selama satu bulan, umat Muslim menahan lapar dan dahaga, memurnikan diri, membarui diri menjadi manusia berarti bagi sesama. Dalam kesadaran ini dan menyambut Idul Fitri 1429 H, Vatikan menyapa dengan ketulusan dalam tema ”Kristen dan Muslim Bersama untuk Martabat Keluarga”. Tema pesan ini ingin menggambarkan, baik Kristen dan Muslim merupakan anak Brahman. Satu keluarga besar yang dipanggil bersama untuk menjaga martabatnya.
Keluarga yang di dalamnya bisa lebih meningkatkan perjumpaan dan persaudaraan satu dengan lain. Intinya, kedua saudara perlu meningkatkan rasa saling pengertian dan keduanya dipanggil untuk saling membantu.
Melalui pesan-pesan yang sudah disampaikan pada tahun-tahun sebelumnya, kita dipanggil memajukan sikap saling pengertian, saling menghormati, dan kerja sama. Panggilan ini agar kita bisa mendorong pembelajaran tentang perbedaan sekaligus memajukan pembentukan manusia yang berdedikasi pada dialog.
Manusia bukan alat produksi
Sebagai keluarga dalam dua komunitas besar umat beriman, kita dipanggil untuk membangun dunia yang lebih menyejahterakan. Di tengah dunia yang sibuk dengan segala urusan komersialisme dan memberi penekanan amat berat pada materialisme, umat beriman digugah agar menyadari bahwa manusia bukan hanya sebagai alat produksi. Manusia hidup bukan hanya untuk kepentingan materi, yang kerap menjadikan manusia bermusuhan satu sama lain.
Manusia hidup tidak hanya untuk diri sendiri dan memupuk keserakahan individual. Umat beriman memiliki beban untuk menata dunia. Kehidupan bukan hanya untuk segolongan orang, tetapi untuk umat tanpa pandang agama dan kelompok.
Dua komunitas umat beriman ini dipanggil untuk menyelamatkan keluarga dari jurang kehancuran. Kehancuran sudah tampak di depan mata ketika manusia sendiri justru terasing dari kemanusiaannya. Manusia terjebak dalam kehidupan yang terlalu berat pada individualisme.
Nilai-nilai yang ditawarkan kerap membuat pertahanan hidup kita tak berdaya akibat rayuan serta jebakan hedonisme. Materialisme membuat keluarga sering terasing dari realitas. Panggilan kepada umat beriman ini guna menggugah kesadaran akan realitas yang perlu disadari dan dicarikan solusi bersama-sama.
Tak jarang karena kesibukan mengejar materi, kita kehilangan solidaritas. Dalam diri umat beriman sering dilanda keterasingan dan kesepian. Keluarga pun menjadi hancur karena hilangnya rasa kasih sayang. Anak-anak terjebak jurang penderitaan karena ketidakpastian masa depan. Para orangtua juga tidak jelas memperjuangkan hidup ini untuk siapa dan bagaimana caranya. Tumbuhnya kekerasan dan semangat individu yang semakin menguat cukup merisaukan akhir-akhir ini.
Keluarga sebagai sekolah
Umat Kristiani dan Muslim dipanggil untuk bekerja sama dalam rangka menjamin martabat keluarga, baik di masa sekarang maupun di masa datang. Kita harus saling membantu serta saling mengulurkan tangan dalam mendukung terpeliharanya martabat keluarga.
Sudah pasti karena keluarga adalah sekolah pertama di mana seseorang belajar untuk menghormati yang lain. Keluarga juga merupakan media pertama pendidikan toleransi dengan memerhatikan prinsip bahwa dalam perbedaan ada unsur-unsur yang bisa dilekatkan untuk saling membantu.
Bukan perbedaan itu yang penting, tetapi bagaimana mengembangkan persamaan dalam semangat kemanusiaan untuk bisa saling menghargai hidup dan berkehidupan.
Melalui pesan ini, Jean Louis Kardinal Tauran dari Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama mengajak umat Kristiani untuk membangun relasi yang lebih mendalam dan berarti dalam menciptakan kesadaran baru bahwa umat Kristen dan Muslim adalah keluarga. Mereka dipanggil untuk saling bekerja sama dalam menjaga martabat keluarga.
Pesan ini mengajak kita semua untuk menjadikan Idul Fitri sebagai sebuah momentum dalam rangka menciptakan persaudaraan sejati. Di antara perbedaan keyakinan, ideologi, warna, kelompok, dan suku tidak seharusnya membuat kita terpecah. Justru kita sebagai keluarga seharusnya saling berbagi satu dengan lain.
Semoga Idul Fitri ini menjadi momentum yang baik untuk bersama meningkatkan persaudaraan di antara kita. Juga menjadi refleksi untuk Lebih meningkatkan kesalehan sosial demi terwujudnya kesejahteraan bersama.
Sumber: Menjaga Martabat Keluarga oleh Benny Susetyo, Rohaniwan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan beri Komentar sehat dan membangun