“Jika ada keyakinan yang dapat menggerakkan gunung, itu adalah keyakinan dalam diri Anda.”
-- Marie von Ebner-Eschenbach, penulis, 1830-1916
SEWAKTU masih kecil, mungkin Anda pernah mendengar kisah adaptasi yang berjudul ‘The Little Engine That Could’? Buku itu bercerita tentang kereta api yang bergerak menuju bukit dengan perlahan dan tersendat-sendat. Lokomotifnya berkata pada diri sendiri, “Aku bisa, aku bisa, aku bisa.” Kereta pun terus bergerak naik perlahan hingga tiba di atas bukit dengan selamat.
Pelajaran sederhana yang dapat diberikan dalam cerita tersebut ialah: percayalah pada kemampuan diri sendiri. Jika seandainya lokomotif itu tidak percaya akan kemampuannya tiba di atas bukit, bisa jadi kisah dalam buku itu berakhir dengan menyedihkan.
Bukan hanya lokomotif itu saja yang dapat mengatakan, “Aku bisa, aku bisa, aku bisa”, tetapi Anda pun dapat melakukan hal yang sama. William Arthur Ward, seorang penulis kondang asal Amerika mengatakan, ”Saya adalah pemenang karena saya berpikir seperti pemenang, bersiap jadi pemenang, dan bekerja serupa pemenang.” Ward betul, jika Anda berpikir menjadi seorang pemenang, maka memang benar Anda seorang pemenang.
Kisah heroik sang lokomotif itu dalam dunia nyata dibuktikan sendiri oleh Hendrawan, atlet bulutangkis Indonesia . Tahun 1997, Hendrawan dinyatakan sudah habis oleh PBSI. Karena faktor usia dan prestasinya yang terus menurun, PBSI bermaksud mengeluarkan Hendrawan dari Tim Pelatnas. Tapi Hendrawan punya keyakinan sendiri, bahwa ia percaya akan kemampuannya dan belumlah habis. Hendrawan masih percaya bahwa ia dapat meraih prestasi yang lebih baik lagi. Dengan keyakinan dan kepercayaan diri yang tinggi, dan tentu saja diiringi oleh kerja keras yang tidak mengenal lelah, Hendrawan menunjukkan kepada dunia bahwa ia memang mampu meraih prestasi yang luar biasa.
Hendrawan pun membuktikan kemampuannya setelah sempat dinyatakan sudah habis. Tahun 1998, Hendrawan menjadi penentu kemenangan Tim Thomas Indonesia. Pada tahun itu juga ia menjuarai Singapura Terbuka. Kemudian di tahun 2000, Hendrawan kembali menjadi penentu kemenangan Tim Thomas Indonesia. Di tahun itu pula ia mengukir namanya dengan meraih medali perak dalam Olimpiade Sydney. Masih di tahun yang sama, ia menjadi runner up Jepang Terbuka. Dan pada tahun 2001, ia menjadi Juara Dunia Tunggal Putra, sebuah gelar yang menjadi idaman pebulutangkis manapun di dunia. Dan pada tahun 2002, ia kembali membawa Indonesia mempertahankan Piala Thomas ke Tanah Air.
Percaya akan kemampuan diri sendiri tak harus ditunjukkan oleh mereka yang berprofesi sebagai atlet, yang bekerja di kantoran, yang mempunyai stamina fisik yang prima, atau mereka yang masih muda dan memiliki semangat menggebu-gebu. Percaya pada diri sendiri, percaya akan kemampuannya, dapat ditunjukkan oleh siapa pun. Tanpa mengenal umur, pekerjaan, status, dan jenis kelamin sekalipun.
Generasi sekarang mungkin hanya mengenal nama Mak Erot. Seorang tokoh pengobatan legendaris khusus laki-laki yang kini telah tiada. Nama lain yang tak kalah kesohornya yang hampir mirip adalah Mak Eroh. Generasi sekarang mungkin tak mengenal nama ini. Tahun 1988, nama Mak Eroh sempat menyedot publik nasional. Saat itu, semua orang ramai memperbincangkannya. Mak Eroh, waktu itu berumur 50 tahun, perempuan dari Kampung Pasirkadu, Desa Santana Mekar, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat memang telah mengukir prestasi besar.
Apa yang membuat nama Mak Eroh melambung? Mak Eroh, bergelantungan seorang diri di lereng yang tegak di tebing cadas, di lereng timur laut Gunung Galunggung. Mak Eroh berhasil berjuang sendirian membuat saluran air sepanjang 47 hari. Ketika pertama kali Mak Eroh melakukannya, banyak masyarakat sekitar yang mencibir tindakannya. Tapi hal itu tidak menyurutkan langkahnya untuk terus bekerja. Mak Eroh percaya akan kemampuan dirinya, walau saat itu usianya boleh dibilang tidak muda lagi. Seorang wanita yang mustinya menikmati hari tuanya dengan menimang atau bermain dengan cucunya.
Mak Eroh yang hanya mengecap pendidikan hingga kelas III SD dan memiliki tiga orang anak, dalam aksinya menggunakan tali areuy, tali sejenis rotan sebagai penahan ketika bergelantungan. Sedangkan alat yang dipakai untuk ‘mengebor’ tebing cadas hanyalah cangkul dan balincong, sejenis linggis pendek.
Saluran untuk mengalirkan air dari Sungai Cilutung akhirnya berhasil diselesaikan. Berhentikah tindakan Mak Eroh mengebor tebing cadas? Belum. Dengan semangat yang tak kenal menyerah, Mak Eroh melanjutkan membuat saluran air berikutnya sepanjang 4,5 kilometer mengitari 8 bukit dengan kemiringan 60-90 derajat. Bukan main! Pengerjaannya kali ini dibantu oleh warga desa yang mau membantunya, setelah melihat dengan mata kepala sendiri hasil yang telah dilakukan Mak Eroh. Dalam waktu 2,5 tahun, pekerjaan lanjutan itu terselesaikan dengan baik. Hasilnya? Bukan hanya lahan pertanian sawah Desa Santana Mekar yang terairi sepanjang tahun. Tapi juga dua desa tetangga yang ikut menikmati kucuran air hasil kerja keras Mak Eroh setelah warganya membuat saluran penerus, yaitu Desa Indrajaya dan Sukaratu.
Aksi Mak Eroh akhirnya sampai juga ketelinga Presiden Suharto. Atas aksinya yang tergolong berani dan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat sekitar, Mak Eroh mendapat penghargaan Upakarti Lingkungan Hidup pada tahun 1988. Setahun kemudian, dia juga meraih penghargaan lingkungan dari PBB.
Dua kisah di atas memberikan hikmah bahwa sebenarnya kita memiliki kepercayaan diri yang tinggi atas kemampuan yang kita miliki. Seperti yang dikatakan oleh Mary Kay Ash, pengusaha kosmetik sukses asal Amerika, ”Anda bisa melakukannya jika Anda berpikir demikian, dan jika Anda kira tidak dapat melakukannya, Anda benar.” Percayalah akan kemampuan diri sendiri. Jadilah lokomotif, dan teruslah bergerak untuk maju. (210708)
Sumber: Percaya Pada Kemampuan Diri Sendiri oleh Sonny Wibisono, penulis, tinggal di Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan beri Komentar sehat dan membangun