Konon, pikiran kita tidak bisa menerima kalimat kalimat negasi, atau kalimat yang mengandung kata jangan, tidak, dilarang, dsb
Contohnya jangan marah, tidak boleh menangis, dan dilarang merokok.
Kalau pikiran kita dirangsang oleh kalimat kalimat seperti itu, maka yang muncul di benak kita adalah apa yang ada dibalik kalimat negasi tersebut.
Saya berikan ilustrasi begini. Saya minta kepada Anda supaya "Jangan memikirkan Sharon Stone ya... jangan dipikirkan". Saya berani jamin bahwa dalam pikiran Anda justru wajahnya Sharon Stone. Atau Anda yang tidak kenal dengan Sharon Stone malah jadi bertanya - tanya sendiri "Sharon stone yang mana ya?". Iya kan..., begitulah pikiran kita bekerja.
Nah, sekarang Anda tahu kan mengapa pengguna Narkoba semakin banyak di Indonesia?. Persis!, karena yang dikampanyekan pemerintah adalah Gerakan ANTI NARKOBA. Artinya yang ada dibenak masyarakat termasuk Anda tetap saja Narkoba. Setidaknya pikiran kita penasaran dan mulai bertanya - tanya "apa sih Narkoba, kayak gimana ya?".
Demikian juga dengan larangan merokok, apalagi dikeluarkan oleh pemerintah daerah melalui PerDa nya. Seolah - olah ajakan merokok secara tidak langsung dikampanyekan melalui PerDa tersebut.
Saya sepakat dengan Bunda Theresa. Beliau tidak mau menghadiri kegiatan - kegiatan yang mengkampanyekan ANTI PERANG. Tapi kalau yang digelar adalah GERAKAN PRO PERDAMAIAN, nah beliau dengan antusias mau menghadirinya.
Rupanya pemerintah dan masyarakat kita perlu belajar dari sikap Bunda Theresa. Untuk mengurangi jumlah pengguna Narkoba atau Perokok, maka kampanyekanlah GERAKAN HIDUP SEHAT. Tidak perlu menyuarakan Anti Narkoba, atau menyosialisasikan PerDa Larangan Merokok.
Source : Muhammad Isman