Kita hidup dalam suatu masyarakat yang suka mencari “kambing hitam”, dan salah satu kalimat favorit kita adalah: “Itu bukan salahku.”
Seorang pria berkata, “Aku adalah seorang yang cepat marah karena aku dibesarkan oleh seorang ayah yang pemarah bahkan suka memukul ibuku.” Seorang wanita berkata, “Sudah dua tahun aku merasa depresi seperti ini karena suamiku berpindah cinta ke lain hati.”
Seorang tenaga penjual berkata, “Aku selalu gagal mencapai target karena kondisi ekonomi kita yang masih terpuruk.” Seorang pemuda berkata, ”Aku gagal menyelesaikan kuliah karena aku lahir dari keluarga yang tidak punya.”
Masing-masing kalimat di atas menyalahkan pihak yang sama yakni si “kambing hitam.” Ada kambing bernama ayah, ada kambing bernama suami, ada kambing bernama ekonomi dan ada kambing bernama keluarga. Pada intinya masing-masing menyatakan hal yang sama, yakni bahwa “kemalangan yang menimpa aku bukan salahku. Aku hanya pihak yang manjadi korban.”
Sejak masih duduk di bangku SMA saya sudah giat mencari tahu apa yang membuat seseorang berhasil dan yang lain gagal. Apa yang membuat seseorang bahagia dan yang lain berduka. Dari semua orang yang saya temui, buku yang saya baca dan sumber informasi lainnya, saya sampai pada kesimpulan ini:
“Alasan utama kegagalan seseorang adalah karena ia tidak mengambil tanggung jawab atas kesuksesan dan kebahagiaannya sendiri. Ciri-ciri orang seperti ini adalah suka menyalahkan orang lain, keadaan atau masa lalu.”
Ketika Anda mengatakan “Ini bukan salahku,” sadar atau tidak, Anda sedang mengirim pesan kepada otak, dan otak Anda akan menerjemahkan pesan itu menjadi, “Aku tidak bertanggung jawab atas semua kemalangan ini.” Pada detik otak menangkap kesimpulan itu, pada detik yang sama potensi dan kreativitas Anda rontok dan langsung terkunci.
Akibatnya, Anda akan terterangkap dalam lumpur kesedihan dan kemalangan yang berkepanjangan. Dengan berlalunya waktu, Anda bukan mengalami pemulihan. Sebaliknya Anda akan “mengasihani diri” dan menjadi semakin terpuruk. Bila Anda tidak berlatih untuk mengambil kembali tanggung jawab itu, dapat dipastikan bahwa Anda akan mati dalam kesedihan dan kemalangan tak berujung!
Bagaimana dengan Anda? Mungkin saat ini Anda mempunyai alasan-alasan yang sah untuk merasa marah atau menangis. Anda mungkin telah melewati hal-hal yang tidak layak diterima dalam kehidupan ini. Mungkin Anda secara fisik, verbal, seksual, atau emosional pernah dilecehkan. Mungkin Anda telah bergumul untuk menangani suatu penyakit kronis atau masalah jasmani lainnya yang menurut dokter tidak dapat dipulihkan. Mungkin seseorang mengambil keuntungan dari Anda dalam bisnis dan Anda jatuh miskin.
Saya tidak bermaksud merendahkan pengalaman-pengalaman menyedihkan itu, tetapi jika Anda ingin hidup dalam kemenangan, Anda tidak dapat membiarkan kejadian-kejadian itu mengendalikan pilihan-pilihan hidup Anda di hari ini. Anda harus bangkit dan memutuskan untuk berhenti menjadi korban keadaan. Anda harus bangkit dan berkomitmen untuk menolak menjadi korban masa lalu. Ingat, solusi terhadap masalah yang kita alami seringkali tidak terletak pada kambing hitam (baca: di luar diri), melainkan di dalam diri ini.
Sebagai latihan, sebanyak tiga kali dalam sehari (pagi, siang, malam), katakan pada diri Anda kalimat ajaib ini: “Kesuksesanku dan kebahagiaanku adalah tanggung jawabku. Bukan keadaan dan bukan juga orang lain.” Ketika otak menerima pesan yang terkandung dalam kalimat tersebut, secara otomatis potensi dan kreativitas Anda akan keluar. Pada saat itulah Anda akan mengalami apa yang dinamakan “pencerahan”. Hasilnya, hati yang terluka mulai pulih, jiwa yang tertekan mulai bangkit dan wajah yang murung kembali bersinar. Cobalah dan buktikan sendiri!
Sukses untuk Anda !
Eloy Zalukhu ( www.eloy-zalukhu.com )