KapanLagi.com - Sudah jadi rahasia umum, saat berpuasa momok bau mulut selalu membayangi. Bisa dimaklumi, karena kita tidak mengonsumsi makanan dan minuman selama berjam-jam dan otomatis mulut berbau tak sedap.
Menurut drg. Anton Rahardjo, MKM, PhD, bau mulut tersebut muncul karena ketika berpuasa aktivitas mulut dan kelenjar ludah (saliva) menurun. Selama berpuasa aktivitas mengunyah makanan tidak ada sehingga sekresi saliva juga rendah.
"Padahal selain berfungsi menjaga keseimbangan cairan, saliva juga berfungsi membasahi dan membersihkan rongga mulut serta membunuh bakteri patogen," katanya.
Ia menjelaskan, bila sekresi saliva rendah maka bakteri penyebab penyakit (patogen) akan berkembang di dalam rongga mulut sehingga populasinya bertambah banyak dan menimbulkan bau.
Menurut dokter gigi ahli yang sehari-hari bekerja sebagai staf pengajar di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (UI) itu, bau mulut yang muncul ketika sedang berpuasa merupakan gejala fisiologis yang masih berada dalam batas normal.
"Tapi bukan berarti bisa dibiarkan, karena kalau mulut bau kan jadi tidak nyaman bergaul dan berkomunikasi dengan orang lain," katanya.
Supaya mulut tidak mengeluarkan bau tidak sedap selama berpuasa, ia menyarankan, agar setiap individu menjaga kebersihan gigi dan rongga mulutnya dengan baik.
Hal itu, menurut dia, antara lain bisa dilakukan dengan menyikat gigi dengan baik secara teratur setelah makan baik saat berbuka maupun sahur serta sebelum tidur.
"Kalau perlu dengan menggunakan obat kumur, itu bisa menekan perkembangan bakteri," katanya.
Ia menambahkan, dalam hal ini obat kumur bisa diganti dengan campuran setengah sendok teh baking soda dan setengah sendok teh garam dalam satu cangkir air panas.
Dokter Anton juga menyarankan kaum muslim untuk memperbanyak ibadah sholat sunnah selama berpuasa, "Karena semakin banyak sholat kita jadi semakin sering berwudhu artinya jadi sering kumur, jadi mulut lebih bersih," katanya.
Selain itu, ia melanjutkan, makanan berbau tajam seperti bawang putih, petai, jengkol dan lain-lain sebaiknya tidak dikonsumsi sebab aroma makanan itu akan diserap oleh darah dan dikeluarkan melalui nafas.
"Kalau memang sangat ingin makan, sebaiknya dimakan saat berbuka saja, jangan waktu sahur," katanya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, selain karena berpuasa, bau mulut juga bisa disebabkan oleh penyakit atau gangguan kesehatan tertentu seperti diabetes melitus (DM), gangguan pada hati, gusi berdarah, dan penebalan lidah. Dan bau mulut akibat penyakit ini sifatnya lebih spesifik, tidak sama dengan bau mulut biasa karena berpuasa.
"Bau mulut karena penyakit lain, spesifik untuk tiap penyakit. Kalau diabetes biasanya bau aseton sedang kalau liver baunya seperti amis. Ini bisa diketahui dengan pengukuran kadar beberapa gas seperti H2S dan dimethil sulfit di rongga mulut dengan alat khusus," jelasnya.
Pemeriksaan untuk mengukur normalitas bau mulut, katanya, juga bisa dilakukan sendiri dengan menjilat punggung tangan dan membiarkannya selama beberapa menit.
"Kalau setelah itu, bau tercium dari jarak lima sentimeter hingga 10 senti meter berarti ada kelainan di rongga mulut. Sebaiknya segera periksa ke dokter," katanya.
Menurut drg.Anton, bau mulut akibat faktor patologis (halitosis) hanya bisa dihilangkan dengan mengatasi penyakit yang mengakibatkan bau tersebut.
"Kalau karena penyakit, ya penyakitnya harus disembuhkan dulu," demikian drg. Anton Rahardjo. (kpl/rit)