Begitu membaca ataupun mendengar ungkapan di atas, kebanyakan orang-orang yang saya temui sepertinya secara spontan akan berkata...
Beuh...salah makan ya'?
Najiezz Lo'...
De' Pendi ?, plzzz dong ahh...
Maksud Loch...
Jah..Lo laghi..Lo laghi...
Ach aya - aya wae yeuh ...
Dan beragam statement lain yang bernada kurang lebih sama...
He3x...saya si' cuma bisa balikin, "Gitu aja Ko' Repot !",...atau dengan sedikit gusar, "yaaa iyaa lah.., wong nyatanya banyak hal kan yang bisa kita lakukan dengan uang...” ya ga boss ??!
Uhmm..contohnya ??, contohnya banyak ! dari hal yang terkecil sampai yang terbesar ada, dari bisa numpang buang air kecil di WC umum sampai Bangun Yayasan sosial semuanya ada andil uang didalamnya...
"Agama" yang kita anut pun dari berbagai syariat yang ada, mengisyaratkan kalau Kaya dengan banyak uang itu adalah keharusan...!
Pergi Haji, Umroh, Sedekah, Infaq, Zakat, Menyantuni Fakir Miskin, Membangun rumah-rumah ibadah dsbnya jelas menunjukan kalau kita memang perlu dan harus kaya, memiliki harta berlebih agar bisa secara leluasa melaksanakan anjuran dan perintahnya diatas.
He3x..rasionalisasi kau!, dasar ga tau rasa syukur!, Ridho saja laah!, dsbnya mungkin adalah ungkapan-ungkapan yang selanjutnya akan keluar setelah mengikuti ilustrasi tadi.
baiklah saudaraku, kalau gitu mari kita berdiskusi…
Dalam pandangan penulis, syukur tidak lain merupakan tindakan yang seharusnya kita lakukan terkait hasil yang kita peroleh dari suatu usaha, memuaskan atau tidak anda tetap harus mensyukurinya, karena nilai ibadah anda terletak dalam proses usaha yang anda lakukan, dan bukan sebaliknya yaitu hasil.
Dengan demikian, adalah sama sekali tidak mendasar jika menghubungkan antara kecenderungan seseorang untuk mencari nilai lebih dalam hidup ini dengan ungkapan “tidak bersyukur!”.
Sebaiknya anda ingat kembali hadits Rasullullah SAW yang mendesak kita untuk terus dapat memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup agar menjadi lebih baik dari hari kemarin jika tidak ingin termasuk dalam golongan yang orang-orang yang merugi…
Bersyukur haruslah dipahami secara bijak, jangan menggunakan kata “Syukur” untuk menyembunyikan kelemahan anda, atau keengganan untuk keluar dari zona nyaman yang selama ini anda diami. Inilah yang menyebabkan saya justru melihatnya sebagai bentuk keangkuhan individualistis. Kalau memang anda sudah merasa cukup apakah anda juga sudah memiliki kelebihan yang dengannya anda bisa berbagai dengan orang banyak, yang diantaranya adalah orang-orang yang anda cintai ?!.
Saudaraku! Dengarkanlah! Jika anda punya cinta, anda pasti punya impian !, lantas apa impian anda untuk orang-orang yang dicintai??. Jangan berlindung di balik kata-kata syukur untuk menutupi ketidak berdayaan anda! Karena itu jelas akan merugikan dan menutup peluang anda untuk berubah dan berkembang!
Saudaraku!, anda harus berubah, sekali lagi harus berubah, menjadi lebih baik dari hari kemarin karena itulah bentuk rasa syukur yang sebenarnya, perbanyaklah usaha yang dari sana rizki anda mengalir dan melimpah agar anda bisa “berlebih”. Uang memang bukanlah tujuan!, namun jelas ia adalah sahabat tercinta yang senantiasa menemani kita menuju cita-cita dan impian.
Please , dong ach . . . . . .
GO FREEDOM !!
Kalibata, 3 September 2007
ANDRI YARUSMANStudent Of STEI IBI