Jumat, 28 September 2007

Kisah Presdir Bank Maspion Sang Mu'allaf

Herman Halim (d/h Lim Xiao Ming), Mualaf dari Bank Maspion

Journey to Islam Oleh : Redaksi Swarmuslim, 24 Sep 2007


Allah memang berhak untuk membuka hati siapa saja untuk menerima ajaran Islam secara kaffah. Begitu juga dengan Herman Halim, Presdir Bank Maspion ini terbuka hatinya dan memutuskan untuk menjadi Muslim. 밪aya masuk Islam Tanggal 27 Agustus. Saya bersyahadat di Masjid Ceng Hoo Surabaya dan disaksikan oleh banyak orang,?tuturnya kepada NURANI saat ditemui di kantornya.

Ketertarikan Herman Halim akan Islam memang berangkat dari perenungan panjang. Namun, ia mengaku lebih banyak dipengaruhi Andrew anak keduanya.

Herman menerangkan bahwa saat dirinya bersyahadat, ia tidak disertai dengan keluarganya. 밪aya berangkat ke sana sendiri. Untungnya, teman saya di PITI Masjid Ceng Hoo banyak. Jadi sudah dipersiapkan. Bahkan Pak Ali Markus, memberikan selamat ketika saya sudah bersyahadat,?terangnya sambil tersenyum.

Saat ditanya tentang tanggapan keluarga ketika dirinya menjadi Muslim, Herman Halim menerangkan bahwa pihak keluarga sebenarnya mengkritik, namun tidak berani secara frontal. 밪etahu saya, mereka hanya berani mengkritik atau menyindir. Mereka tidak berani bertanya secara frontal. Mungkin karena saya saudara tertua. Jadi mereka segan dengan saya,?ungkapnya.

Ditanya soal ketertarikannya kepada Islam, pemilik nama Lim Xiao Ming ini mengatakan bahwa dirinya mengenal Islam sejak enam tahun lalu, dari kesukaannya membaca buku-buku agama. 밪aya memang senang membaca segala buku agama, mulai dari agama Budha, Kong Hucu, Kristen, dan Islam,?terangnya.

Ayah dua anak ini mengatakan bahwa dari kesukaannya membaca buku-buku agama inilah dia mulai menyerap intisari dari agama. 밆ari pembacaan dan perenungan semua intisari agama yang saya serap, bahwa semua agama itu benar dan mengajarkan kebaikan (namanya juga mualaf ?amanah). Cuma penyampaiannya bermacam-macam,?terangnya

Setelah merenung sekian lama, akhirnya pimpinan Bank Maspion ini memilih Islam menjadi keyakinannya setelah ia memeluk agama Kristen. 밪aya melihat Islam adalah agama terakhir, dan ia mengambil dari semua intisari agamayang telah ada. Sehingga ajaran Islam begitu lugas dan mudah diserap secara kaidah,?terangnya.

Ketika ditanya tentang latar belakang agama keluarga Herman Halim, ia menjelaskan bahwa keluarganya memeluk beberapa agama. 밆alam keluarga saya tidak fanatik memeluk satu agama. Saya dulu agamanya Kristen. Sedangkan saudara saya ada yang Budha ada juga yang Kong Hucu. Malah, istri saya beragama Budha,?terangnya.

Sikap inilah yang dipegang teguh Herman Halim dalam membentuk karakter keluarganya. Bahkan soal menganut agama, ia tidak pernah memaksakan kepada kedua anaknya. 밃nak saya, saya bebaskan dalam memilih agama. Saya tidak pernah melarang hal itu,?ujarnya.

Terpengaruh Anak
Ketertarikan Herman Halim akan Islam memang berangkat dari perenungan panjang. Namun, ia mengaku lebih banyak dipengaruhi Andrew anak keduanya. Awalnya Herman Halim keget dan menanyakan tentang keinginan anak keduanya memeluk agama Islam. Namun, Andrew bisa meyakinkan ayah dan keluarganya tentang niatnya menjadi Muslim.

밃pa perbedaannya dengan agama yang kamu yakini selama ini ??tanya Herman Halim kepada Andrew saat itu. 밪aya pernah mencoba memeluk beberapa agama. Namun Islamlah yang membuat saya lebih tenang dan pas. Dan saya bisa lebih gampang menangkap ajaran Islam daripada yang lain,?ujar Herman yang menirukan pendapat Andrew.

Dari diskusi antara anak dan ayah inilah, Herman terus mencari dan mencari jawaban atas argumen yang dikemukakan oleh Andrew. 밪aya mengenal Islam lebih banyak setelah Andrew menerangkan kepada saya dan keluarga tentang ajaran Islam sesungguhnya,?ujarnya.

밪aya juga heran, padahal ia sejak kecil sudah ada di Australia. Namun ia begitu kuat saat menerangkan tentang bagaimana ajaran Islam,?tambahnya. Herman menerangkan, dalam menjelaskan agama Islam, Andrew Halim ini membawa Al Quran dan Injil. 밒a membandingkan antara ayat per ayat. Bahkan, beberapa dari paman dan bibinya tidak bisa menyela dan menjawab pertanyaan Andrew,?terangnya.

Dari pertemuan antara Andrew dan keluarga yang juga dihadiri oleh Herman Halim itulah akhirnya wacana tentang kebenaran Islam mulai terungkap. 밪ejak itu saya jadi tekun belajar Islam. Saya baca Al Quran yang terjemahan dari Bahasa Inggris dan Tionghoa. Saya terus mencari apa yang dikatakan Andrew,?terangnya.

Menurut Herman Halim, Andrew bukan tipe orang yang mudah percaya dengan sesuatu. 밃ndrew itu, untuk percaya dan yakin biasanya sudah melalui penelitian dan perbandingan antara baik dan buruknya,?terangnya.

Makanya, Herman Halim yakin bahwa apa yang diyakini anaknya adalah suatu kebenaran yang pasti. 밪aat saya beritahu saya menjadi Muslim, ia begitu senang. Ia menyebut lafal Allahu Akbar berulang-ulang. Ia begitu senang saya masuk Islam,?paparnya.

Lebih Tenang
Herman Halim saat ini mengaku lebih tenang batinnya setelah mengucapkan dua kalimat Syahadat. 밣ertama kali saya melaksanakan salat, hati saya rasanya tenteram dan damai. Tidak pernah saya merasakan hal seperti ini sebelumnya. Meski saya tidak fasih cara melafalkan Arabnya, namun saya tahu arti Bahasa Indonesianya,?paparnya sembari memejamkan mata.

밪aat shalat hati saya damai, sehingga bisa melepas kejenuhan dan stres saat bekerja. Saya lebih mantap dalam mengerjakan tugas-tugas kerja,?tambahnya.

Yang paling menarik bagi bagi pemilik nama asli Lim Xiao Ming ini dalam mempelajari Islam adalah cara menghafal bacaan salat. 밙alau salatnya sih sudah bisa dipelajari. Tapi kalau melafalkannya, ini saya masih kaku. Butuh waktu yang banyak,?ujarnya. 밙alau lupa bacaannya, bukunya saya baca, lalu saya kembalikan lagi. Lucu pokoknya kalau melihat saya belajar salat,?tambahnya sambil tertawa.

Namun, Bapak dari Albert Halim dan Andrew Halim ini tidak menyerah. Ia bertekad untuk bisa melafalkan bacaan Al Quran serta belajar membaca Al Quran. 밪aya berencana mendatangkan guru privat Bahasa Arab. Dan saya ingin sekali bisa melafalkan bacaan salat,?niatnya. (Tabloid NURANI)

(*) Diambil dari kumpulan kisah mualaf tabloid Nurani, yang diterbitkan ke dalam buku Hidayah Allah untuk Para Pendeta, JP Books, Surabaya.