Jumat, 27 Juli 2007

IKAN DAN IMAN


Salah satu “ nice nya “ Kota Medan menurut saya adalah dalam soal makanan , baik yang matang maupun yang mentah , eh . . . jangan berpikir negatif dulu.

Maksud saya selain makanan multi etnis yang siap saji , di Medan juga melimpah ruah dengan segala macam buah – buahan , sayur mayur serta hasil lautnya , tentunya dengan harga yang relatif murah.


Kalau Melly Goeslaw punya lagu “ Let’s dance together “ , saya pun tiap akhir pekan di rumah punya program “ Let’s cook together “ , acara masak bersama keluarga.

Kali ini menu yang digarap adalah pempek dan dimsum yang berbahan dasar ikan laut. Ngga usah nanya resepnya dari mana , sekali klik di internet bisa seribu resep muncul.

Singkat cerita , karena semua turun tangan dan tidak ada job desc yang jelas akhirnya jadi juga makanan tersebut dengan rasa yang agak asin.

Pasti mudah ditebak , tidak ada yang mengaku siapa yang membubuhi garam yang berlebihan , namun pada kejadian tersebut terjadi suatu komunikasi menarik yang membuat saya tergerak membuat tulisan ini.

Sebut saja Dinda , anak kedua yang berkata ; “ Kayaknya ikannya itu minum air laut terlalu banyak , jadi rasanya asin “

Pernyataan yang lugu dan lucu dari anak kelas 2 SD yang secara alamiah bisa diterima , namun secara logika adalah sesuatu yang mustahil.

Nah , anda pasti tahu dan kenal apa itu kakap , tenggiri , tongkol , hiu sampai teri Medan , semuanya adalah jenis – jenis ikan laut.
Berapa lamapun dia hidup , berapa banyak pun air laut diminum , namun saat kita masak dalam keadaan segar , pastilah daging ikan tersebut terasa tawar tidak asin..
Bagaimana ikan yang sudah mati ? tergantung treatmentnya , kalau ditangani oleh penjual ikan asin , si ikan akan terkontaminasi garam , jadilah dia ikan asin.
Bila ditangani oleh Uda penjual nasi kapau , terkontaminasilah dia dengan bumbu dapur , jadilah ikan balado. Dan bila mampir ke dapur saya , akan terkontaminasi sagu dan terigu , jadilah dia pempek dan dimsum.

Moral apa yang terkandung pada tulisan ini ? Seperti halnya juga ikan , maka manusia adalah mahluk yang juga bernyawa , namun ada perbedaan yang menyolok antara keduanya.

Ikan jika terkontaminasi , entah itu oleh zat kimiawi atau zat beracun , sudah pasti dia akan menjadi lemah atau malah jadi mati.
Tidak demikian dengan manusia , makin terkontaminasi dia akan semakin “ kuat “ dan “ hebat “
Anda mungkin bertanya kenapa begitu ?

Seperti halnya dengan samudra luas , negara kita Indonesia adalah lautan yang penuh dengan badai bencana , gelombang gejolak , dan riak – riak musibah dengan 250 juta “ segala macam ikan “ didalamnya.

Secara biologis sebagian “ ikan – ikan “ tersebut hidup , namun kenyataannya adalah mereka telah mati.
Jika saya tegaskan lagi “ ikan – ikan “ tersebut adalah manusia – manusia Indonesia , yang pada dasarnya secara iman mereka telah mati.
Hingga akibatnya sebagian manusia Indonesia terkontaminasi dengan pungli , korupsi , kekerasan , nepotisme dan aneka zat kontaminasi yang telah merambah dan melemahkan negeri ini.

Seperti halnya ikan yang mati , terkontaminasi kemudian berubah nama menjadi ikan balado , pempek dll , maka sebagian “ ikan – ikan “ lautan Republik Indonesia inipun berubah nama menjadi pengemplang dana BLBI , pengimpor sapi fiktif , pembabat hutan ilegal , koruptor , pencoleng , bandar ecstasy sampai kepada penyiksa praja IPDN.

Dan hebatnya makin banyak lagi yang telah terkontaminasi dengan nilai ambang batas keracunan yang sudah amat tinggi dan akhirnya jadi kebal oleh suntikan yang dihujamkan dengan serum yang bermerk KPK , Hukum , Jaksa bahkan Kepolisian

Akankah kita biarkan semua ini terjadi begitu saja ?

Tentu kita tidak rela gelombang , badai serta riak musibah ini berubah menjadi tornado penghancur republik tercinta ini.

Jelas lah !

Jika ikan memerlukan nyawa untuk tetap hidup dan tawar dagingnya dari asinnya air laut, maka manusia perlu iman untuk tetap hidup serta tawar jasmani dan rohani agar terbebas dari segala “ asinnya “ kontaminasi negatif yang merebak di dunia ini.

Inilah tugas dan peran kita untuk ikut serta membantu memperkuat SDM agar tidak lebih banyak lagi “ ikan – ikan “ disekitar kita terkontaminasi , minimal iman kita sendiri jangan pernah mati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan beri Komentar sehat dan membangun