Jumat, 20 Juli 2007

KETIKA KATAK MEMBISU

SUATU hari di musim panas seekor katak berkata kepada pasangannya, "Aku takut mereka yang hidup di rumah di atas pantai itu terganggu oleh nyanyian-nyanyian malam kita."


Pasangannya menjawab dengan berkata, "Baiklah, tapi apakah mereka juga tidak mengganggu keheningan kita di siang hari dengan perkataan mereka ?"



Katak berkata lagi, "Jangan lupa bahwa kita bisa saja terlalu banyak bernyanyi di malam hari."



Pasangannya menjawab, "Jangan lupakan juga bahwa mereka berbincang-bincang dan berteriak banyak di siang hari."



Katak berkata lagi, "Bagaimana dengan katak betung yang mengganggu seluruh tetangga dengan suara nyaring yang dilarang Tuhan ?"



Pasangannya menjawab, "Iya, dan apa yang akan engkau katakan dengan politikus, pendeta, dan ilmuwan yang dating ke pantai dan memenuhi udara dengan suara ribut mereka yang tanpa irama ?"



Kemudian katak berkata, "Baiklah, mari kita memperbaiki diri lebih baik ketimbang manusia-manusia ini. Marilah kita diam di malam hari, dan bernyanyi terus di dalam hati, meski bulan meminta irama kita dan juga bintang-bintang. Paling tidak, marilah dita diam untuk satu atau dua, atau bahkan untuk tiga malam."



Pasangannya berkata, "Baiklah, kau setuju. Kita akan melihat apa yang akan terjadi dengan hatimu yang penuh rahmat itu."



Malam itu katak-katak membisu; mereka juga membisu di malam berikutnya, dan juga di malam ketiga.



Kemudian keanehan terjadi. Wanita cerewet yang hidup di rumah di pinggir danau turun untuk makan pagi di hari ketiga dan berkata pada suamu\inya, "Aku tak dapat tidur tiga mala mini. Karena akau hanya dapat tidur lelap ketika suara katak-katak hadir di telingaku. Tapi tampaknya sesuatu sedang terjadi. Mereka tidak lagi menyanyi selama tiga malam; dan aku hampir gila dengan kegelisahan ini."



Katak mendengar ini dan menoleh pada pasangannya dan berkata, dengan kedipan matanya, "Dan kita juga hampir gila dengan kebisuan kita, iya kan?"



Pasangannyaitu menjawab, "Ya, keheningan malam memberati kita. Aku dapat melihat sekarang bahwa tak perlulah kita berhenti menyanyi hanya untuk menyenangkan orang-orang yang perlu mengisi keheningan mereka dengan suara-suara.



Malam itu bulan tak lagi meminta dengan suara payah gema irama mereka, demikian juga bintang-bintang.






Dikutip dari : Kahlil Gibran l Ketika Katak Membisu l Spiritualitas Hawa l Penerbit Bentang Budaya l 2003. Oleh : Slamet Riyanto l 0815-73237779 l Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan beri Komentar sehat dan membangun