Jumat, 27 Juli 2007

RANTAI GAJAH




Mengapa seseorang diciptakan memiliki dua buah mata dan keduanya menghadap ke depan? Dalam sebuah milis, pertanyaan itu dijawab bahwa karena Tuhan tidak ingin kita terlalu sering melihat ke belakang. Karena seringkali masa lalu terus menghantui, sehingga apapun yang ingin kita lakukan akan selalu teringat tentang kegagalan masa lalu dan membuat kita tidak berani melanjutkan tindakan. Padahal mungkin tindakan yang akan dilaksanakan tersebut dapat memperbaiki kehidupan, meningkatkan karir, membahagiakan keluarga atau diri sendiri.

Memang orang bilang bahwa pengalaman harus dijadikan guru yang sangat baik dan kita harus belajar dari pengalaman. Tetapi buat saya justru pengalaman termasuk guru yang buruk, karena dia membuat kita jatuh dulu, berdarah-darah dulu, baru mengajarkan sesuatu kepada kita.

Yang lebih parah adalah ketika pengalaman buruk kita menjadi rantai gajah. Seekor gajah seringkali dirantai di salah satu kaki belakangnya ketika mulai remaja. Karena saat itu gajah masih sulit diatur tetapi sudah mulai memiliki tenaga yang cukup besar. Rantai tersebut biasanya juga dikaitkan pada sebuah tiang besar sehingga gajah hanya akan bisa bergerak sebatas radius rantai antara kaki belakangnya dengan tiang besar.

Bila akan dilakukan latihan terhadap gajah, maka rantai dilepas. Setelah selesai rantai akan dipasang kembali. Begitu terus sehingga gajah menjadi dewasa dan lebih mudah dikendalikan dengan perintah suara dari pelatih atau pawangnya, baru rantai itu dilepas.

Apa yang terjadi dengan sang gajah? Dalam waktu yang cukup lama, gajah itu hanya bergerak sejauh jarak rantai kakinya selama ini. Dia sudah menjadi sangat terbiasa untuk hanya bergerak sebatas yang selama ini dia lakukan. Tidak berani melangkah lebih jauh dari batas rantainya selama ini.

Begitulah yang terjadi bila masa lalu masih terus mengikat Anda untuk tidak berani melangkah terlalu jauh, bila Anda tidak berani mencoba sesuatu yang baru. Anda akan seperti gajah yang dirantai kakinya sejak kecil.

Anda mungkin pernah berbuat salah. Kesalahan itu bahkan mungkin sangat besar. Anda mungkin sangat menyesali kesalahan yang pernah Anda lakukan. Bahkan mungkin ada orang yang menjadi korban dari kesalahan Anda.

Pertanyaan yang perlu Anda ajukan pada diri sendiri; Apakah Anda sudah minta maaf pada korban kesalahan Anda? Apakah Anda sangat yakin bahwa kesalahan tersebut tidak akan terulangi lagi?

Sangat susah untuk menjawab ya bagi dua pertanyaan itu. Susah untuk menyatakan bahwa kita telah minta maaf pada korban kesalahan. Karena jauh lebih mudah mengakui dalam hati bahwa kita telah berbuat salah dibanding mengakui secara terang-terangan bahwa kita telah bersalah, apalagi bila harus minta maaf kepada orang yang menjadi korban kesalahan kita.

Yakin tidak mengulangi? Pernah Anda coba tips untuk menuliskan semacam diary, setiap kesalahan yang kita lakukan untuk ke dua kali, ke tiga kalinya dan seterusnya? Maksud saya ketika sebuah kesalahan Anda lakukan, kemudian Anda ingat bahwa kesalahan sejenis pernah Anda lakukan sebelumnya, maka saat kesalahan itu Anda ulangi maka Anda tuliskan di diary Anda. Ketika kesalahan itu Anda ulangi lagi kemudian, Anda tetap tulis lagi di diary Anda.

Dengan demikian diary khusus ini hanya berisi catatan kesalahan yang pernah Anda ulangi saja. Kemudian coba hitung ada berapa kesalahan yang pernah Anda lakukan hingga tiga kali atau lebih? Lalu Anda cari solusi agar menahan Anda untuk tidak melakukan kesalahan yang sama lagi.

Misal, Anda sering telat datang ke rapat di tempat kerja Anda. Setiap kali telat, catatlah di diary hingga ke tempat rapat dan berapa lama Anda telat, serta penyebab keterlambatan Anda. Catatan yang menunjukkan penyebab keterlambatan Anda, akan membuat Anda mampu menahan diri untuk tidak mengulangi keterlambatan hadir. Bila tetap saja Anda tidak mampu, paling tidak Anda punya informasi jelas bahwa Anda tidak mungkin bisa hadir tepat, karena itu mengapa tidak minta rapatnya yang diundur.

Baik, sekarang Anda sudah mendapatkan gambaran bagaimana menghalangi diri sendiri dari mengulangi kesalahan yang sama. Sehingga Anda sudah cukup yakin untuk tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama. Anda juga sudah dengan ringan hati mengakui kesalahan yang Anda lakukan dan berhasil meminta maaf pada korban kesalahan Anda tersebut. Lalu mengapa Anda masih menjadi gajah?

Tetapi orang yang menjadi korban kesalahan saya tidak bersedia memaafkan kesalahan saya, tidak mau menerima saya kembali menjadi sahabatnya, rekan bisnisnya, suaminya, atau apa saja hubungan Anda selama ini dengan dia? Lalu?

Kok lalu?

Ya, memang apa masalah Anda bila dia tidak bersedia menjalin hubungan kembali dengan Anda seperti dulu? Tidak ada masalah kan? Selain diri Anda, dia toh bukan satu-satunya orang yang hidup di dunia ini. Ada 6 milyar orang yang hidup di dunia ini. Ada lebih dari 250 juta orang yang hidup di Indonesia. Berapa orang yang hidup di provinsi tempat Anda tinggal? Berapa orang yang hidup di kota tempat Anda tinggal? Pasti ada lebih dari 100 ribu orang. Lalu mengapa Anda merepotkan hubungan dengan dia? Anda sudah yakin bahwa Anda tidak akan mengulangi kesalahan yang sama, Anda juga sudah minta maaf atas kesalahan Anda. Jadi apakah seorang itu lebih berarti dari 100 ribu orang lebih yang ada di kota tempat Anda tinggal? Bahkan dia lebih berarti dari Pak atau Bu Walikota? Yang benar aja.

Tidak perlu pula Anda melakukan hal yang dapat membuat dia rugi, bangkrut, hancur karir atau kehidupannya. Semakin Anda berusaha menghancurkan dia, semakin Anda menunjukkan bahwa Anda bukan orang yang punya harga diri - bukan orang yang punya kebanggaan. Biarkan saja dia hidup dengan caranya sendiri. Sementara Anda hanya perlu meneruskan hidup Anda, bergaul dengan orang lain, berhubungan dengan orang lain, berbisnis dengan orang lain.

Jadi setelah Anda tahu bahwa hidup Anda begitu berharga, mengapa Anda harus terbebani dengan masa lalu. Dengan orang-orang dari masa lalu. Anda jelas-jelas bukan seekor gajah yang hanya mau melangkah sebatas rantai yang membelenggu Anda, bahkan ketika rantai gajah sudah dilepas. Anda bukan gajah, atau Anda memang ingin menjadi gajah?

1 komentar:

  1. Menarik sekali dan inspiratif, salam perkenalan

    danu

    www.cerahhati.wordpress.com

    BalasHapus

silahkan beri Komentar sehat dan membangun