Jumat, 20 Juli 2007

Tiga Syukur Setiap Hari


Seorang wanita yang baru saja meninggal ternyata merindukan
kehidupan yang baru saja ditinggalkannya. Ia berharap
bisa ''mengunjungi'' kembali salah satu hari yang ''tidak penting''
yang pernah terjadi dalam hidupnya. Ketika harapannya dikabulkan, ia
menyadari betapa selama ini ia menjalani hidupnya tanpa rasa syukur,
seakan-akan semua itu sudah selayaknya menjadi miliknya.

Akhirnya kunjungannya itu menjadi beban berat yang tak
tertanggungkan olehnya. ''Saya tidak menyadari,'' katanya dengan
penuh sesal, ''Semua yang terjadi tak pernah kita sadari benar.
Selamat tinggal, rumahku. suami dan putri kesayanganku.... Ibu dan
ayah.... Selamat tinggal detak jam dinding dan bunga-bunga yang
indah di pekarangan. Dan makanan dan kopi. Dan baju-baju yang baru
diseterika dan air mandi hangat .... dan saat-saat tidur dan
terjaga. Oh hidup, kau terlalu mengagumkan hingga orang tak
menyadari betapa mengagumkannya engkau.''

Itulah salah satu adegan yang cukup menyentuh dalam sebuah drama
karya Thornton Wilder - seorang pengarang Amerika -- berjudul Our
Town. Wilder nampaknya ingin mengingatkan kita untuk senantiasa
menikmati hari dengan penuh rasa syukur. Setiap hari sebetulnya
adalah istimewa. Sayang, kita sering tak menyadarinya
karena ''mata'' kita tertutup. Melalui tulisan ini saya ingin
berbagi satu kiat untuk menikmati hidup yang indah. Saya
menyebutnya ''Tiga Syukur Setiap Hari.''

Kiat ini sangat sederhana dan dapat Anda terapkan mulai hari ini
juga. Menjelang tidur setiap malam, cobalah Anda cari tiga hal yang
pantas Anda syukuri hari ini sebagai rahmat dan anugerah dari Tuhan.
Tiga hal saja. Tidak sulit bukan?

Kalau kebetulan hari ini Anda mendapatkan berbagai ''kabar baik''
tentunya tak sulit melakukannya. Tapi, bagaimana kalau hari ini
berlalu dengan berbagai kesulitan bahkan musibah: anak Anda sakit,
dompet Anda hilang, Anda baru dimarahi atasan, mobil Anda ditabrak
orang, atau orang tua Anda dirawat di rumah sakit. Kalau demikian
apa yang harus kita syukuri?

Kalau pertanyaan itu yang Anda ajukan, nampaknya kita perlu memahami
tiga hal berikut.

Pertama, bersyukur sebetulnya tidaklah hanya dapat

kita lakukan di saat senang, tetapi juga di saat susah. Kita perlu
menyadari bahwa setiap musibah selalu mengandung 'rahmat' yang
terselubung. Musibah adalah alat yang sangat ampuh untuk membuka
mata kita pada banyaknya kenikmatan yang telah kita lupakan.

Kedua, dalam menerima musibah kita perlu senantiasa bersyukur bahwa
hal itu tidaklah terlalu buruk. Falsafah Jawa mengenal
istilah ''Masih untung.'' Ini sebuah cara pandang yang sangat
spiritual. Belum lama ini anak saya yang berusia 3 tahun jatuh di
kamar mandi sehingga kepalanya harus dijahit di rumah sakit. Sudah
tentu kami sekeluarga sangat sedih dan prihatin. Tapi, malam itu
saya masih bisa bersyukur karena ternyata luka yang dialaminya tak
terlalu parah dan akan membaik dalam beberapa hari ke depan.

Paradigma ''Masih untung'' ini bukanlah sekadar untuk menghibur dan
menyenang-nyenangkan diri. Sikap ini didasari oleh keyakinan
mendalam bahwa Tuhan senantiasa melindungi kita. Bahwa rahmat selalu
ada di sekitar kita betapa pun kecilnya. Ini akan mengubah penolakan
menjadi penerimaan, kekacauan menjadi keteraturan, dan kekeruhan
menjadi kejernihan. Lebih dari itu hidup kita akan senantiasa
diliputi perasaan penuh. Apapun yang sudah kita miliki menjadi
cukup, bahkan berlebih.

Ketiga, kita seringkali tak dapat menemukan hal-hal yang patut
disyukuri karena kita sering merasa bahwa sesuatu itu sudah
semestinya terjadi. Padahal, segala sesuatu tidak terjadi begitu
saja. Semuanya karena rahmat Tuhan. Mungkin Anda tidak merasa
mendapatkan hal istimewa pada suatu hari. Tapi, bukankah hari itu
kita dan seluruh anggota keluarga sampai di rumah dengan selamat?
Bukankah kita masih bisa menikmati makanan yang lezat? Bukankah
jantung kita masih terus berdetak, nafas kita pun tak pernah
berhenti? Bukankah kita masih dapat melihat, mendengar, berjalan,
dan bekerja?

Hal-hal yang saya sebut di atas seringkali kita anggap sebagai
sesuatu yang remeh, dan terjadi begitu saja. Padahal, kenyataannya
tidak demikian. Coba Anda saksikan acara Tali Kasih yang dipandu
Dewi Hughes di sebuah televisi swasta. Anda akan sadar, bahkan
mungkin sambil meneteskan air mata menyaksikan betapa banyaknya
orang yang tak dapat menikmati hal-hal yang kita anggap remeh tadi.
Menyaksikan acara-acara seperti ini akan membuka mata hati kita akan
betapa banyaknya rahmat yang sering kita lupakan dalam hidup ini.

Dear friends , mulai nanti malam cobalah kiat sederhana

ini. ''Tiga Syukur Setiap Hari'' akan mengubah cara pandang Anda
terhadap hidup. Dengan demikian Anda akan merasakan hidup yang
begitu indah, penuh rahmat, berkecukupan, dan berkelimpah-ruahan.

Sumber: Tiga Syukur Setiap Hari oleh Arvan Pradiansyah, direktur
pengelola Institute for Leadership & Life Management (ILM) dan
pengarang buku Life is Beautiful

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan beri Komentar sehat dan membangun