Senin, 16 Juli 2007

7 Hambatan Untuk Menjadi Kreatif

Siapa bilang kreativitas hanya milik para seniman?
Siapa bilang kreativitias hanya milik orang muda?
Siapa bilang orang sukses saja yang kreatif?

Menurut Carol K Bowman (Creativity in Business), setiap orang memiliki kreativitas. Bahkan, mereka yang sudah di atas 45 tahun sekalipun masih dianugerahi kemampuan untuk menjadi kreatif. Pendeknya, selama otak masih berfungsi, kreativitas masih mengalir dalam diri seseorang. Lalu, jika demikian mengapa banyak orang belum mampu memanfaatkan kreativitas mereka secara optimal? Ternyata ada banyak hambatan untuk menjadi kreatif, 7 diantaranya dapat Anda simak disini. Kenali hambatan-hambatan tersebut, siapa tahu beberapa diantaranya dapat Anda temukan disini? Lalu ambilah strategi dan tindakan untuk mengasah kembali daya kreativitas Anda.


Hambatan 1: Rasa Takut

“Mengapa kamu tidak mencoba cara baru saja untuk menyelesaikan pekerjaan ini dengan lebih cepat?”
“Ah, saya takut gagal. Kalau saya gagal atau salah, saya pasti dimarahi, bos! Jadi lebih baik saya kerjakan saja sesuai dengan yang diperintahkan.”
Yah, rasa takut gagal, takut salah, takut dimarahi, dan rasa takut lainnya sering menghambat seseorang untuk berpikir kreatif. Tahukah Anda bahwa Abraham Lincoln sebelum menjadi presiden, berkali-kali kalah dalam pemilihan sebagai senator dan juga presiden? Tahukah Anda bahwa Spence Silver (3M) yang gagal menciptakan lem kuat, akhirnya menemukan `post-it’ notes?


Hambatan 2: Rasa Puas

“Mengapa saya harus coba sesuatu yang baru? Dengan begini saja saya sudah nyaman.” “Saya sudah sukses. Apa lagi yang harus saya cemaskan?”
Ternyata bukan masalah saja yang bisa menjadi hambatan. Kesuksesan, kepandaian dan kenyamananpun bisa jadi hambatan. Orang yang sudah puas akan prestasi yang diraihnya, serta telah merasa nyaman dengan kondisi yang dijalaninya seringkali terbutakan oleh rasa bangga dan rasa puas tersebut sehingga orang tersebut tidak terdorong untuk menjadi kreatif mencoba yang baru, belajar sesuatu yang baru, ataupun menciptakan sesuatu yang baru.
Apple Computer yang pernah menjadi nomor satu sebagai produsen komputer, pernah tergilas oleh para pemain baru di industri ini karena Apple telah terpaku pada keberhasilannya sebagai yang nomor satu, sehingga menjadi lengah untuk menawarkan sesuatu yang baru pada target pasar sampai perusahaan ini terhenyak dengan munculnya pesaing yang berhasil menggeser kedudukan Apple. Namun, belajar dari kesalahan, Apple berusaha bangkit kembali dengan produk-produk baru andalan mereka.


Hambatan 3: Rutinitas Tinggi

“Coba-coba yang baru?
Aduh mana sempat? Pekerjaan rutin saja tidak ada habis-habisnya.”
Apakah kalimat ini pernah Anda ucapkan? Jika ya, berarti rutinitas pernah menjadi hambatan bagi Anda untuk memanfaatkan kemampuan Anda untuk berpikir kreatif. Mungkin Anda perlu menyisihkan waktu khusus untuk mengisi `kehausan’ Anda akan kreativitas, misalnya baca buku tiap minggu (anda bisa menemukan ide brilian yang bisa Anda adaptasi, atau perbaiki), perluas lingkungan sosial Anda dengan mengikuti perkumpulan- perkumpulan di luar pekerjaan Anda (siapa tahu Anda bertemu dengan orang-orang yang bisa mendukung Anda ke jenjang sukses).
Tahukah Anda bahwa Mariah Carey sengaja menyisihkan waktu dari kegiatan rutinnya sebagai penyanyi latar untuk memperluas pergaulannya? Mariah berusaha masuk ke lingkungan pergaulan para petinggi di dunia musik internasional sebelum akhirnya bertemu dengan produser musik yang bersedia mensponsori album pertamanya yang langsung menjadi hit dunia?


Hambatan 4: Kemalasan Mental

“Untuk mencoba yang baru berarti saya harus belajar dulu. Aduh, susah. Terlalu banyak yang harus saya pelajari. Biar yang lain saja yang belajar.”
“Memikirkan cara lain? Wah, sekarang saja sudah banyak yang harus saya pikirkan. Lagipula memikirkan cara baru bukan tugas saya, biarlah atasan saya saja yang memikirkannya.”
Ini merupakan beberapa contoh kemalasan mental yang menjadi hambatan untuk berpikir kreatif. Tidak heran jika orang yang malas menggunakan kemampuan otaknya untuk berpikir kreatif sering tertinggal dalam karir dan prestasi kerja oleh orang-orang yang tidak malas untuk mengasah otaknya guna memikirkan sesuatu yang baru, ataupun mencoba yang baru.
Tahukah Anda bahwa Thomas Alva Edison tidak berhenti berusaha untuk memikirkan cara yang lebih baik dari eksperimen sebelumnya sampai puluhan kali sebelum akhirnya ia menemukan lampu pijar? Bayangkan apa yang akan terjadi jika pada kegagalan pertama, Edison malas berpikir untuk mengasah kreativitasnya dan melanjutkan ke eksperimen-eksperim en berikutnya?


Hambatan 5: Birokrasi

“Saya bosan menyampaikan ide lagi. Ide saya yang enam bulan lalu saya sampaikan, belum ada kabarnya apakah diterima atau tidak?”
Seringkali karyawan atau pelanggan mengeluh karena ide atau usulan mereka tidak ditanggapi. Hal ini bisa saja terjadi karena proses pengambilan keputusan yang lama, atau karena proses birokrasi yang terlalu berliku-liku. Kondisi seperti ini sering mematahkan semangat orang untuk berkreasi ataupun menyampaikan ide dan usulan perbaikan. Biasanya semakin besar organisasi, semakin panjang proses birokrasi, sehingga masalah yang terjadi di lapangan tidak bisa langsung terdeteksi oleh top management karena harus melewati rantai birokrasi yang panjang. Belajar dari pengalaman dan hasil studi di bidang manajemen, banyak organisasi dunia yang sekarang memecah diri menjadi unit-unit bisnis yang lebih kecil untuk memperpendek birokrasi agar bisa lebih gesit dalam berkreasi menampilkan ide-ide segar bagi para pelanggan ataupun dalam kecepatan mendapatkan solusi.


Hambatan 6: Terpaku pada masalah

Masalah seperti kegagalan, kesulitan, kekalahan, kerugian memang menyakitkan. Tetapi bukan berarti usaha kita untuk memperbaiki ataupun mengatasi masalah tersebut harus terhenti. Justru dengan adanya masalah, kita merasa terdorong untuk memacu kreativitas agar dapat menemukan cara lain yang lebih baik, lebih cepat, lebih efektif.
Tahukah Anda bahwa Colonel Sanders menghadapi kesulitan dalam menjual resep ayam goreng tepungnya? Namun, ia tidak terpaku pada kesulitan tersebut, ia memanfaatkan kreativitasnya sampai akhirnya ia mendapat ide untuk menggunakan sendiri resep tersebut dengan mendirikan restoran cepat saji dengan menu utama ayam goreng tepung. Idenya ini terbukti manjur membukukan suksesnya sebagai salah satu pebisnis waralaba terbesar didunia.


Hambatan 7: “Stereotyping”

Lingkungan dan budaya sekitar kita yang membentuk opini atau pendapat umum terhadap sesuatu (stereotyping) bisa juga menjadi hambatan dalam berpikir kreatif. Misalnya saja pada zaman Kartini, masyarakat menganggap bahwa sudah sewajarnyalah jika wanita tinggal di rumah saja, tidak perlu pendidikan tinggi, dan hanya bertugas untuk melayani keluarga saja, tidak usah berkarir di luar rumah. Apa jadinya jika wanita-wanita hebat seperti Kartini, Dewi Sartika, Tjut Njak Dhien menerima saja semua pandangan umum yang berlaku di masyarakat saat itu? Mungkin Indonesia tidak akan pernah menikmati jasa yang diperkaya oleh keterlibatan para wanita profesional, misalnya: mendapatkan layanan dokter wanita, menikmati kreasi arsitek dan seniman wanita, mendapatkan hasil didikan guru wanita, mengirim diplomat wanita sebagai duta Indonesia, atau bahkan dipimpin oleh seorang presiden direktur, bahkan presiden (pimpinan negara) wanita.


Kreativitas memang masih harus ditunjang dengan senjata sukses lainnya. Tetapi, orang yang memiliki dan bisa mengoptimalkan kreativitas mereka bisa menggeser mereka yang tidak memanfaatkan kreativitas mereka. Lalu, bagaimana jika Anda mengalami hambatan untuk mengoptimalkan kreativitas Anda? Tidak perlu panik. Kenali hambatannya, atasi, dan ambil tindakan untuk mengasah kembali kreativitas Anda. Kreativitas itu ibarat sebuah intan, semakin diasah semakin berkilau. Jadi sudah siapkah Anda untuk membuat kreativitas Anda agar semakin berkilau?

Source: Prof. Roy Sembel,
Direktur MM Finance and Investment, Universitas Bina Nusantara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan beri Komentar sehat dan membangun