Oleh : Ardian Syam
(Kuper biasa dipergunakan dalam bahasa sehari-hari sebagai akronim dari kurang pergaulan. Digunakan untuk menunjuk pada orang yang memiliki pergaulan yang kurang luas).
Sekali lagi kita akan diskusi tentang hal yang berkaitan dengan iklan lowongan kerja. Biasanya ynag dicari adalah orang mempunyai pergaulan luas. Saya bahkan pernah ditawari pekerjaan dengan 2 syarat. Pertama, memiliki pergaulan luas. Ke dua, kenalan saya tersebut punya uang untuk diinvestasikan. Saya jawab saja, “Maaf, kalau saya punya 2 syarat itu, ya mending saya yang buka usaha sendiri dari invesmen yang mereka tanamkan.”
Tapi bayangkan lagi bila iklan lowongan kerja yang muncul seperti itu. Dicari: Orang Kuper. Saya tidak lagi minta Anda membayangkan kalau Anda yang memasang iklan itu. Anda mesti akan bilang “Kok aneh-aneh saja permintaan Anda?”
Memang itu aneh, dan bila ada yang mengiklankan dengan syarat seperti itu, pasti orang-orang akan protes. Protes karena iklan tersebut melecehkan. Karena sangat biasa kalau orang bilang bahwa pergaulannya tidak seluas orang lain, atau mengaku kuper secara lisan. Tetapi tidak demikian bila harus mengaku secara resmi dengan tindakan. Melamar pekerjaan yang mencari orang kuper jelas hal yang dihindari banyak orang karena itu berarti harus mengaku dirinya kuper secara resmi dengan tindakan.
Tetapi tetap saja kan ada orang yang kuper, buktinya teman saya si.... Oops, sebentar. Jangan sampai Anda menyebutkan nama, Anda hampir saja melakukan hal yang tidak etis : -) Biarkan saja dulu.
Baiklah, tetapi apa ukuran kuper? Wah, pertanyaan Anda sangat cerdas. Namun sayang sekali, saya tidak tahu ukurannya. Mungkin bukan jumlah kenalan, ukurannya. Mungkin justru diukur dalam keberagaman teman dan kualitas pertemanan itu sendiri.
Karena biasanya orang yang selalu punya teman yang pas untuk membantunya dalam menyelesaikan usatu masalah dianggap punya pergaulan luas. Semakin banyak jenis masalah yang bisa diselesaikan oleh teman-teman yang berbeda maka semakin luas pergaulan seseorang dalam anggapan kita.
Atau kalau saya membuat Anda bngung dengan contoh tadi, mari kita buat menjadi mudah. Ketika Anda butuh rumah untuk dibeli atau disewa Anda cerita ke rekan yang bernama Andi, kemudian andi akan mempertemukan Anda dengan Budi yang memiliki rumah.
Saat Anda ingin membeli mobil, Andi mengenalkan pada Dodi, seorang dealer mobil. Saat Anda ingin usaha restoran, Andi mengajak konsultasi pada Eki yang ahli memasak dan punya rumah makan.
Mengurus SIM, mendapatkan dokter gigi yang baik, membeli alat elektronik canggih, membeli tiket pesawat, semua melalui Andi. Berarti Andi selalu punya teman yang berbeda untuk membantu Anda mensolusikan masalah yang berbeda pula.
Luar biasa kawanku si Andi, pergaulannya luas sekali. Kemungkinan besar itu komentar Anda. Contoh yang senada dapat Anda temukan di buku Tipping Point karya Malcolm Gladwell.
Anda justru ingin menjadi seperti Andi? Karena Anda sudah membaca buku Instrumen Orang Sukses, jadi saya ceritakan saja tentang jawaban saya kepada orang yang bertanya saat bincang buku tersebut. Bincang buku yang dengan sukses telah mendatangkan Profesor Roy Sembel ke Bandung.
(Terimakasih Prof. Sekedar gossip dari saya untuk Anda: baru sekali ini saya bertemu orang sukses dan terpelajar yang sangat rendah hati seperti beliau. Oh, Anda sudah kenal baik dengan beliau? Baiklah, sudah dulu menggosipnya.)
Pertanyaan ketika itu: “Bagaimana memulai bicara dengan orang yang belum kita kenal?” Saya katakan, selalu ada saat kita bosan menunggu di ruang tunggu. Baik itu ruang tunggu dokter atau ruang untuk menunggu kesempatan boarding. Anda mungkin bete (Maaf, maksud saya: sangat bosan). Coba kelilingkan pandangan Anda dan mungkin sekali ada orang yang sama dengan Anda.
Anda bisa mendekati dia dan memulai dengan percakapan yang ‘cenderung negatif’ (bahkan). Misalnya, “Lama ya dokter ini menangani tiap pasien.” Orang itu mungkin menjawab, “Iya nih, yang menunggu jadi bosan”.
Tidak mengapa bila Anda dan dia mulai menggosipkan sang dokter. Tetapi lama kelamaan Anda dan dia akan tiba pada kesimpulan, bagus juga ya kalau dokter memeriksa penyakit pasien dengan sangat teliti (sehingga butuh waktu panjang) sebelum memberikan pengobatan yang bisa diharapkan cukup tepat.
Apa yang akan terjadi kemudian? Mau tidak mau, percakapan sudah dimulai. Akan susah dihentikan kecuali Anda atau dia dipanggil masuk ke ruang periksa atau ingin ke kamar kecil. Akan tiba saat Anda atau dia bertanya tentang pekerjaan masing-masing. Kemudian berlanjut dengan tukar menukar data diri (alamat atau nomer telpon/ handphone).
Menurut Prof Roy Sembel, topik yang menarik bagi semua orang: tentang dirinya sendiri. Kemudian Profesor yang baik hati itu menambahkan dengan pengalaman beliau sendiri ketika di pesawat terbang. Bagaimana beliau langsung bertanya tentang pekerjaan yang duduk di sebelahnya. Kemudian percakapan berlanjut ke masalah yang sedang dihadapi orang itu dalam pekerjaannya.
Ketika itulah muncul strategi beliau untuk berkenalan semakin dekat: menawarkan bantuan untuk mensolusikan masalah orang lain. Begitulah pertemanan mulai dijalin. Sehingga, menurut beliau, selain topik tentang diri sendiri, maka yang akan menarik adalah topik tentang bantuan solusi bagi masalah diri sendiri. Ketika 2 topik unggulan itu yang dibicarakan maka lakukan agar saling mengenal. Caranya? Kan Anda sudah baca di Instrumen Orang Sukses?
Tetapi untuk apa sih punya pergaulan luas? Wah Anda memang cerdas. Ini pertanyaan cerdas yang ke dua dari Anda.
Masih ingat contoh tentang Andi tadi? Katakanlah Anda punya sahabat seperti andi. Sehingga semua masalah Anda akan disolusikan dengan bantuan Andi. Berarti Anda mulai tergantung dengan Andi. Mari berandai-andai yang buruk, maaf. Andi sedang berlibur di pulau terpencil yang tidak terjangkau sinyal seluler dan tidak ada telpon di pulau tersebut. Sehingga Andi tidak bisa dihubungi.
Oh, itu bukan andai-andai yang buruk ya? Benar, itu andai-andai yang baik untuk Andi, tetapi sangat buruk untuk Anda, ketika Anda sangat membutuhkan bantuan Andi.
Iya, ya. Berarti saya perlu menjadi seperti Andi ya? Nah, itu lebih cerdas.
Saya kan direktur perusahaan, pegawai saya lebih dari seribu orang. Itu saja sudah cukup, kan? Tidak perlu menambah kenalan lagi, kan?
Bisa saja sih. Tetapi setahu saya, Pro Roy Sembel yang punya begitu banyak aktivitas dan jabatan saja, masih terus berkenalan dengan orang lain, dan bahkan berbagi manfaat bagi banyak orang dalam tiap aktivitasnya. Jadi Anda berarti memang sudah lebih sukses dari Prof Roy Sembel kan? Berarti Anda mungkin punya banyak teman yang dapat mendukung dan membantu mensolusikan masalah Anda, kan? Lebih banyak dari pada teman dan pendukung yang dimiliki Presiden SBY kan?
Berarti Anda memang tidak kuper dan bahkan tidak perlu menambah kenalan baru.