Rabu, 22 Agustus 2007

Jangan Gampang Mendramatisir Masalah!


Siapapun anda pasti pernah mengalami masalah dalam hidup ini. Dari yang paling ringan sampai yang paling berat. Begitu juga di lingkungan kantor yang kompleks dengan aneka masalah, mulai masalah pekerjaan yang menumpuk, kompensasi yang tidak sesuai, beban kerja yang tidak merata, sampai masalah dicuekin bos.

Tetapi berat atau ringan, setiap masalah tentu butuh penyelesaian. Dan setiap masalah sangat individual sifatnya. Bagi anda yang bijak, setiap masalah akan dianggap sebagai proses pendewasaan diri. Tapi bagi yang berjiwa kerdil, masalah bagaikan mimpi buruk yang menjadi kenyataan. Umumnya anda dengan tipe terakhir akan berlarut-larut memikirkan masalah tanpa banyak memikirkan penyelesaiannya.

Namun, apapun judulnya, anda harus memikirkan cara yang paling tepat dalam menuntaskan suatu masalah. Tahukah anda apa yang harus anda hindari dalam menyelesaikan masalah? jawabannya adalah 'dramatisir'. Ingat, bagaimanapun bentuknya, jangan sekalipun mendramatisir masalah anda. Jangan pernah merasa bahwa seolah-olah masalah andalah yang paling berat.

Karena mendramatisir masalah bukanlah terapi yang mampu menyelesaikan keadaan, justru sebaliknya anda akan semakin stres akibat dramatisasi tersebut. Mengeluh kesana kemari dengan cerita dramatik hanya akan memperberat bobot masalah. Sebaliknya, berpikirlah dengan jernih, posisikan masalah anda pada sudut pandang yang tepat.

Jika anda ingin ‘curhat’ masalah anda, ungkapkan fakta-fakta yang benar dan objektif. Kalau A katakan A jangan bilang ABC. Peringatkan diri anda sendiri untuk tidak mendramatisir setiap kali akan membicarakan masalah pada rekan-rekan atau bos anda. Pikirkan dampak akibat dramatisir tersebut, apa manfaatnya? Umumnya dampaknya justru negatif. Karena lingkungan tidak menyukai dan tidak mempercayai hal-hal yang dramatik. Apalagi jika suatu saat, dramatisasi anda tidak terbukti.

Anda yang berpotensi mendramatisir masalah perlu lebih waspada. Karena kondisi ini bisa berdampak buruk bagi perkembangan mental anda. Orang-orang dengan tipe ini akan selalu dibayangi rasa cemas, ketakutan, dan pikiran negatif. Dan orang yang hobi mendramatisir masalah sesungguhnya hanya menciptakan kesalahan di atas kesalahan.

Hal yang tak kalah penting, jangan sekalipun menceritakan masalah anda dalam pikiran yang kalut. Karena kondisi yang emosionil dan tidak stabil membuat anda tidak objektif lagi dalam memandang setiap persoalan. Kondisi seperti ini akan membuat anda mengambil keputusan yang salah dan fatal. Misalnya anda mengancam akan mengundurkan diri ketika anda dihadapkan pada persoalan bahwa kenaikan gaji anda adalah yang paling kecil dibanding teman-teman yang lain. Biasanya ancaman tersebut bisa jadi hanya semacam ‘gertakan’ karena pikiran anda sedang buntu akibat merasa disepelekan dan diremehkan.

Ingat, kebanyakan orang yang tidak berhasil menyelesaikan masalahnya adalah orang-orang yang menutup mata dan sibuk mencari dukungan dan perlindungan. Dan ketika tak satupun orang yang memberi dukungan, anda akan menyalahkan masalah itu sendiri. Anda akan digelayuti pikiran, “kenapa sih masalah ini mesti menimpa saya?”. Kalau anda terus dibebani pikiran tersebut, buntut buntutnya anda merasa hidup ini tidak adil.

Kalau hal ini yang anda alami, segera stop pikiran buruk tersebut. Patut anda ketahui setiap masalah hanyalah suatu proses dalam hidup yang terus berjalan. Anda lupa selama anda sibuk menyesali dan mengeluhkan masalah yang itu-itu saja sesungguhnya ada banyak jalan untuk mencapai penyelesaian yang anda inginkan. So, bangkitlah, jangan terpuruk dengan keluhan yang panjang. Masih ada jalan terbaik yang akan anda temui jika anda mau berpikir jernih.