Jumat, 24 Agustus 2007

Perlukah Wanita Bekerja?


Polemik tentang perlunya wanita bekerja memang selalu saja muncul, bahkan di saat perkembangan indutsri sudah sedemikian maju seperti sekarang. Banyak, pria seakan “tidak rela” bila istrinya bekerja. Alasannya juga beragam, namun yang paling sering dikemukakan adalah karena alasan keluarga.

Rata-rata lelaki ingin istri hanya mengurus rumah, suami dan anak-anak. Sebaliknya banyak wanita yang terpaksa diam di rumah hanya karena keinginan suami, sekalipun si wanita potensial untuk bekerja. Jika anda wanita atau pria dan kebetulan menghadapi masalah tersebut, simak deh hal berikut ini:

Dalam menentukan apakah anda berdua sama-sama bekerja atau tidak, bisa ditinjau dari dua segi yaitu: faktor ekonomi dan non ekonomi.

Faktor Ekonomi
Jika anda berdua bekerja, dari segi ekonomi tentu penghasilan anda berdua akan meningkat. Namun, sebagai konsekuensinya biaya hidup anda berdua pun juga meningkat. Diantaranya anda harus mengeluarkan ongkos pengasuhan anak dan pembantu rumah tangga, kecuali jika ada anggota keluarga (family) yang dengan sukarela membantu.

Biaya lain yang tak kalah besar adalah transportasi pulang pergi dari rumah ke kantor dan dari kantor ke rumah. Biaya transportasi terutama di kota besar seperti Jakarta, tidak bisa dibilang sedikit, baik bagi pengendara kendaraan pribadi atau kendaraan umum.

Kalau sebelumnya hanya suami yang perlu tranport kini anda harus mengeluarkan biaya dobel untuk menempuh jarak antara kantor dan rumah. Belum lagi biaya yang harus dikeluarkan untuk makan di kantor. Biaya lain yang terkait dengan pekerjaan istri adalah busana ke kantor, make up dan pulsa ponsel. Kalau tadinya hanya suami yang perlu ponsel, kini seiring tuntutan kerjanya, istri juga perlu memiliki ponsel sendiri, yang tentunya memakan biaya.

Biaya sebagai akibat dari istri bekerja ini tidak bisa dianggap remeh. Kalau dikalkulasi, bisa jadi penghasilan anda berdua sama saja dengan ketika istri tidak bekerja. Tapi bagi istri, jangan terburu mengambil keputusan untuk tidak bekerja. Sebelumnya, catat penghasilan suami dan kurangkan dengan pengeluaran anda sekeluarga. Kemudian catat sisa penghasilan tersebut.

Bila sisanya hanya sedikit atau minim sekali atau tidak bersisa bahkan anda sampai berhutang, berarti istri perlu bekerja untuk menambah penghasilan keluarga, tentunya atas persetujuan suami. Jika sebaliknya, sisa penghasilan suami masih berlebih dan mencukupi kebutuhan rumah tangga anda berdua serta masih bisa menabung, maka akan lebih baik jika suami saja yang bekerja.

Faktor Non Ekonomi
Kadang keputusan wanita untuk tidak bekerja (walaupun mampu), bukan semata-mata karena faktor ekonomi yang sudah cukup. Tetapi lebih didasarkan pada alasan bahwa dalam suatu rumah tangga, pria lah yang harus bekerja. Selain itu banyak wanita yang tidak ingin kehilangan waktu bersama anaknya dan lebih memilih mengurus rumah tangga.

Demikian juga pria, sebagian besar suami merasa lebih senang dan nyaman jika istrinya hanya menjadi ibu rumah tangga. Bahkan ada pria yang merasa tertekan dengan pekerjaan istrinya, apalagi jika si istri lebih besar gajinya dan lebih maju karirnya. Pada akhirnya kondisi ini membuat istri harus memilih, ‘pekerjaan atau keluarga’.

Tetapi sebaliknya motivasi wanita untuk bekerja pun juga bukan hanya karena untuk mencari materi. Banyak wanita bekerja untuk mengaktualisasikan diri, menyalurkan kemampuan, atau bahkan mengisi waktu luang.

Lalu bagaimana yang terbaik? Istri bekerja atau tidak bekerja? Jawabannya kembali lagi pada kesepakatan anda berdua. Yang penting untuk dicatat, jangan sampai keputusan yang anda ambil mengorbankan salah satu dari anda atau bahkan mengorbankan anda sekeluarga. Buat keputusan yang paling tepat bagi anda berdua dan keluarga. Hal-hal di atas mungkin bisa jadi bahan pertimbangan anda. Selamat mengambil keputusan!