Selasa, 28 Agustus 2007

Pesona Kelembutan Islam

Oleh: Ustadz Hakamsyah Lc.

Di antara akhlak Nabi Saw. yang paling menonjol, beliau adalah
pribadi yang lemah-lembut. Kesaksian semua orang yang pernah semasa
dengan beliau, menggambarkan bahwa beliau tidak pernah berkata
kasar, tidak pernah mengumpat, dan tidak pernah berlaku bengis.
Bahkan, beliau Saw. tidak pernah marah, kecuali terhadap perbuatan
yang melanggar kehormatan agama.
Dalam ungkapan yang singkat, Dr. Yusuf al-Qardhawi
mengatakan, "Barangsiapa membaca sunnah Rasul Saw., baik dalam
perkataan maupun perbuatan, maka akan menemukan pancaran
kelemahlembutan dalam berdakwah dan interaksi sehari-hari. "
Ada beberapa hikmah yang bisa kita peroleh dari perangai
lemah-lembut, seperti telah dicontohkan oleh Nabi Saw. Yaitu di
antaranya: Pertama, kelemahlembutan bisa membuat kita menjadi
pribadi yang indah. Secara garis besar, Allah Swt. mengkaruniakan
dua keindahan kepada manusia: keindahan fisik, dan keindahan
kepribadian. Manusia pada umumnya mudah terpukau oleh keindahan
fisik. Namun, keindahan fisik ini akan segera kehilangan kesan bila
tingkah-laku dan kata-katanya kasar. Di sinilah, kelemahlembutan
menjadi kunci untuk mewujudkan pribadi yang indah. Nabi Saw.
bersabda:

"Sesungguhnya Allah memberi (keutamaan) kepada
kelemahlembutan, yang tidak diberikanNya kepada kekerasan, dan tidak
juga diberikanNya kepada (sifat-sifat) yang lain." (HR. Muslim
dari `Aisyah ra.)
Dalam kesempatan lain, Nabi Saw. bersabda:
"Sesungguhnya kelemahlembutan tidak melekat pada sebuah
pribadi kecuali sebagai perhiasan, dan tidak terlepas darinya
kecuali sebagai keaiban." (HR. Muslim)
Kedua, kelemahlembutan bisa membentuk orang-orang dan
lingkungan di sekitar kita. Banyak Sahabat radhiyalLahu
ta'??`anhum yang memperoleh hidayah (masuk Islam) setelah
menyaksikan pribadi Nabi Saw. yang lemah-lembut. Salah satunya:
Tsum?ah bin Ats? ra.
Suatu hari, Tsum?ah yang masih musyrik tertangkap dalam
sebuah peperangan melawan kaum Muslimin. Ketika Nabi Saw. menjenguk
para tawanan, beliau sempat bertanya kepada Tsum?ah, "Apa yang
ingin kau katakana, wahai Tsum?ah?"
Tsum?ah menjawab, "Jika kau hendak membunuhku, hai
Muhammad, sesungguhnya kau membunuh seseorang yang memiliki pengaruh
kuat. Jika mau berbuat baik kepadaku, maka kau berbuat baik kepada
orang yang tahu berterima kasih. Dan jika kau ingin harta tebusan,
sebutkan saja berapa pun jumlahnya, pasti akan aku bayar."
Namun Nabi Saw. tidak memerintahkan untuk membunuh Tsum?ah,
atau meminta tebusan darinya. Beliau Saw. malah mengingatkan para
Sahabat ra. agar merawat Tsum?ah dan tawanan lainnya dengan baik.
Demikianlah, sampai tiga kali kesempatan Nabi Saw.
menanyakan hal yang sama kepada Tsum?ah, ia terus menantang untuk
dibunuh saja atau membayar tebusan dalam jumlah yang besar.
Setelah para tawanan tersebut dirawat hingga pulih kondisi
mereka, alih-alih mereka dibunuh atau dimintai uang tebusan; Nabi
Saw. dengan senyum mengembang malah membebaskan mereka tanpa syarat
dan menyuruh mereka untuk kembali kepada keluarga masing.
Tsum?ah pun beranjak meninggalkan Nabi Saw dan para Sahabat
ra. Namun tak lama berselang, ia kembali menghadap Nabi Saw.,
mengikrarkan keislamannya. Lalu ia berkata, "Sungguh, wahai
Rasulullah, sebelum ini tiada orang yang paling saya benci di dunia
selain anda. Tapi sekarang anda menjadi orang yang paling saya
cintai di dunia ini." (HR. Bukhari dan Muslim)
Ketiga, kelemahlembutan adalah pelindung hati dari noda dan
penyakit kalbu. Yang perlu disadari, ketika kita berkata kasar dan
mengumpat, sebenarnya kita tidak sedang merugikan orang lain. Tapi,
terlebih lagi, kita sedang menodai hati kita sendiri, mengotorinya
dengan kekasaran, serta membuatnya menjadi keras.
Suatu kali, Nabi Saw. tengah dudukbersama Aisyah ra. Lalu
melintaslah sekelompok orang Yahudi di hadapan beliau. Tiba-tiba
mereka menyapa Nabi Saw. dengan memelesetkan
ungkapan "Assal?u'alaikum" menjadi "Ass?u `alaika"뾨ebinasaan
atasmu, hai Muhammad.
Mendengar serapah orang-orang Yahudi itu, Aisyah ra. naik
pitam dan balik memaki mereka. Namun Nabi Saw. segera menenangkan
Aisyah ra. dan memintanya agar tidak mengotori mulut dan hatinya
dengan kekasaran dan kebencian. Lalu beliau memberikan alasan:
"Sesungguhnya Allah Swt. lembut, dan menyukai
kelemahlembutan dalam segala hal." (HR. al-Bukhari)

Lemah-lembut dalam tutur kata, lemah-lembut dalam canda,
serta lemah-lembut dalam tingkah-laku ternyata merupakan salah satu
keteladanan yang paling menonjol dalam diri Rasulullah Saw. Dan saat
ini, dalam keseharian kita, baik dalam lingkup kehidupan sosial yang
paling kecil hingga yang paling besar; betapa kita menghajatkan
keteladanan ini demi terus menjaga keseimbangan sosial yang kita
miliki. Toh Allah Swt. telah berfirman:
"Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri teladan
yang baik bagimu; yaitu bagi orang-orang yang mengharap (keridhaan)
Allah?quot; (Al-Ahz?; 21)
Kelemahlembutan bukan indikasi ketidakberdayaan, tetapi
merupakan tanda kemampuan untuk mengendalikan diri. Sebaliknya,
kekasaran bukan tanda kekuasaan, namun tanda kerapuhan emosional dan
kelemahan kepribadian.
Pada titik singgung ini, Nabi Saw. bersabda:

"Apabila Allah Swt. menyukai seorang hamba, maka Ia akan
mengkaruniainya kelemahlembutan. Dan barangsiapa dari keluargaku
yang mengharamkan/ menjauhi kelemahlembutan, maka sesungguhnya dia
telah menjauhi kebaikan." (HR. Muslim dan Abu Dawud)