Kamis, 12 Juli 2007

Menikah Tak Seindah Kisah Dongeng Belaka


Astaga!HidupGaya - Kalau Anda membayangkan menikah adalah seperti akhir dari kisah-kisah dongeng, mungkin Anda harus "membuka mata" dan melihat kenyataan yang sebenarnya. Wah.. Apakah itu berarti menikah membawa sengsara? Tidak juga! Tapi akan lebih baik jika Anda melihat kenyataan yang terjadi setelah menikah agar siap menghadapi semua hal-hal manis dan kurang manis dalam bahtera rumah tangga.

Perkawinan adalah salah satu bentuk hubungan interpersonal yang amat kompleks, karena melibatkan intensitas yang tinggi dalam hal-hal emosional, kedekatan fisik, dan perbedaan latar belakang secara luas.

Kedekatan yang tak terhindarkan tersebut (karena Anda menikah, maka Anda harus tinggal bersama), ujung-ujungnya berpotensi besar menimbulkan konflik bagi pasangan menikah. Sayangnya, tidak semua orang tahu atau bisa memahami dinamika perkawinan secara utuh, sehingga akhirnya perkawinan terasa kurang memuaskan. Berikut ini adalah beberapa hal, selain faktor cinta dan sex, yang menentukan apakah perkawinan Anda akan berujung bahagia atau petaka.

1. Problem Finansial
Banyak pasangan yang pada awal masa pernikahannya menyepelekan soal keuangan keluarga. Padahal, faktor inilah yang justru bisa dibilang merupakan 'jantung dan darah' perkawinan. Semua orang, dan dengan demikian semua keluarga, memiliki kebutuhannya sendiri-sendiri, dari yang mendasar: sandang, pangan, papan, sampai yang lebih tinggi, seperti pendidikan. Dan, untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan uang, kecuali Anda tinggal di daerah yang masih menerapkan sistem barter barang. Jadi pendeknya, untuk mempertahankan perkawinan Anda membutuhkan uang.

Masalah keuangan ini juga bukan hanya soal ada-tidaknya, tetapi juga meliputi masalah pengaturannya. Siapa yang bertanggung jawab mengatur anggaran? Siapa yang berhak menentukan barang apa yang dibeli? Siapa yang berhak menentukan besarnya anggaran untuk setiap pos pengeluaran? Masalah anggaran ini akan bertambah pelik jika ada anggota keluarga pasangan yang memerluan bantuan dana dari Anda berdua.

Untuk mengatasi masalah ini, sejak awal pernikahan pasangan suami-istri harus menghitung pendapatan yang bisa mereka hasilkan dan merundingkan siapa yang bertanggung jawab terhadap apa. Tanpa tindakan seperti itu, sangat besar kemungkinannya Anda berdua nanti bertengkar karena masalah uang.

2. Problem Komunikasi
Selain keuangan, yang amat besar kemungkinannya menimbulkan konflik adalah komunikasi. Setiap orang memiliki pola komunikasinya sendiri, tergantung dari latar belakang keluarga, budaya, serta lingkungan darimana ia berasal. Karena itu, biasanya pasangan suami-istri pastilah memiliki perbedaan dalam pola dan cara berkomunikasi. Akibatnya, sering terjadi salah paham antara mereka.

Banyak pasangan yang menganggap remeh persoalan yang satu ini. Padahal, dengan niat yang sungguh-sungguh sekalipun, butuh waktu bertahun-tahun untuk mengatasi masalah kesenjangan komunikasi. Contoh paling nyata dari kesalahan komunikasi tersebut bisa disaksikan bila pasangan tersebut bertengkar. Pada saat itu, emosi yang meluap membuat orang lupa batasan, sehingga bisa timbul sifat 'aslinya', mereka berkomunikasi dengan cara dan pola yang sudah terbentuk.

Sayangnya, mengatasi masalah yang satu ini bukan perkara mudah. Anda berdua harus bersungguh-sungguh mencoba memahami pasangan Anda, dan kemudian memahami setiap perkataan, baik yang keluar dari mulutnya maupun yang ditunjukkan oleh tubuhnya. Selain itu, ada kalanya Anda juga dituntut mengubah cara Anda berkomunikasi selama ini.

3. Problem Pekerjaan Rumah
Walaupun tampaknya sepele, tanggung jawab terhadap tugas rumah yang tidak terdistribusi dengan baik juga menyimpan potensi konflik. Masalah ini hanya bisa diselesaikan jika Anda berdua sejak awal perkawinan, membagi tugas ini secara adil. Jika Anda tidak bekerja, porsi terbesar tentu bisa Anda ambil, tetapi jika Anda berdua sama sama bekerja pembagian tugas tersebut harus seimbang. Dengan begitu tak ada yang bisa mengeluh. Satu hal lagi, hormatilah perjanjian tersebut dan lakukan tugas yang menjadi bagian Anda.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan beri Komentar sehat dan membangun