Selasa, 07 Agustus 2007

APA PUN YANG TERJADI, PATUT DISYUKURI, JADILAH PEMENANG


Sebenarnya, tidak ada satu kejadian dan keadaan di dunia ini yang ditujukan untuk membuat manusia menderita. Allah itu Maha Baik, Maha Penyayang; jadi secara logis, Allah tidak mungkin tega membuat manusia jadi menderita dalam menjalani hidupnya. Jadi, jika ada ketidakberdayaan, kemunduran, kesengsaraan, kerusakan, dan kegagalan di dunia ini...itu semua adalah disebabkan oleh manusia sendiri. Demikian juga sebaliknya, jika ada hal yang menyenangkan, ada keberhasilan, kemakmuran, kemajuan, kebahagiaan, dan kesuksesan di dunia ini...itu juga karena perbuatan manusia sendiri. Tuhan hanya mengikuti saja. Seperti ada dalam Al-Qur’an, Surat Al-Isra', ayat 7, "Dan jika kamu berbuat kebaikan, maka kamu berbuat kebaikan untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka kamu sendiri yang akan menderita". Firman Tuhan ini dengan jelas sudah menunjukkan, bahwa kebaikan atau keburukan yang diterima oleh manusia, itu semua akibat dari perbuatan manusia sendiri.

Kebanyakan dari kita, merasa senang dan puas, jika mendapatkan keberhasilan, dan kebaikan. Tetapi, banyak orang mudah mengeluh, jika kegagalan dan kemunduran menimpa mereka. Sebenarnya, kalau kita mau bersikap "fair" atau "jujur" kepada Tuhan, maka kita pasti malu untuk "mengeluh" jika mengalami kemunduran dan kegagalan. Kita mestinya memahami, bahwa apapun yang terjadi, dan yang kita peroleh, itu semua untuk kebaikan kita. Semestinya kita selalu bersyukur terhadap apapun yang telah kita peroleh, perolehan baik atau buruk...tetap harus disyukuri. Terbukalah terhadap semua kemungkinan.

Apapun yang terjadi pada diri kita, hanya punya satu tujuan, yaitu "untuk kebaikan kita sendiri". Oleh karena itu, "apapun yang terjadi, patut untuk disyukuri". Saya mempunyai sebuah puisi bagus sekali, yang menunjukkan perbedaan sikap, antara "Pemenang" dan "Pecundang". Puisi ini menggambarkan dengan jelas, bagaimana seorang pemenang selalu bersyukur atas apapun yang terjadi dalam hidupnya, dan seorang pecundang yang selalu mengeluh, dan tidak pernah melihat sisi baik dari setiap kejadian yang menimpanya. Pikirkanlah puisi bijak di bawah ini:

Pemenang dan Pecundang

Pemenang selalu melihat jawaban pada setiap masalah
Pecundang selalu melihat masalah pada setiap jawaban
Pemenang selalu menjadi bagian dari suatu jawaban
Pecundang selalu menjadi bagian dari suatu masalah
Pemenang selalu mempunyai rencana-rencana
Pecundang selalu mempunyai alasan-alasan
Pemenang berkata, "Biarkan saya membantu Anda!"
Pecundang berkata, "Wah, itu bukan pekerjaan saya!"
Pemenang berkata, "Itu barangkali sulit, tapi itu masih mungkin bisa!"
Pecundang berkata, "Itu mungkin masih bisa, tapi itu sulit!"


Puisi "Pemenang" dan "Pecundang" seperti di atas, sudah saya pahami lebih dari 22 tahun yang lalu, ketika saya masih kuliah, sebagai Mahasiswa di Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Surabaya. Saya tidak mungkin bisa lupa dengan puisi tersebut, saya "hafal di luar kepala". Sejak saat itu, saya sangat termotivasi untuk menjadi PEMENANG di dalam kehidupan saya sendiri, dan saya selalu menerapkannya di setiap saat, di sepanjang perjalanan hidup saya. Sekarang ini saya ingin membaginya dengan Anda, semoga Anda bisa menerimanya, dan mencoba menggunakannya dalam keseharian Anda. Puisi ini akan selalu mengingatkan Anda, agar menjadi seorang Pemenang dalam kehidupan ini.

Salam Luar Biasa Prima!
by WURYANANO

1 komentar:

  1. we love your articles, be our author at http://identitas-pecundang.blogspot.com and speak up there.. it just about who's we are and who's they are.. take the point man!!

    BalasHapus

silahkan beri Komentar sehat dan membangun