Oleh : Agoeng Widyatmoko - Konsultan independen usaha kecil (UKM)
Judul ini mungkin terdengar aneh. Tapi, percayalah, dari sifat malas, tersembunyi banyak peluang. Hal ini berawal dari beberapa waktu lalu saat saya kehabisan masa berlaku nomor kendaraan. Mau tidak mau, saya harus mengurusnya. Sebagai wajib pajak yang taat, hal itu memang sudah biasa saya lakukan. Tapi, entah kenapa kemarin saya merasa malas untuk mengurus sendirian. Barangkali, karena alasan kesibukan yang belakangan menumpuk.
Saat itu, satu hal yang lantas tercetus di benak saya. Pergi ke calo jasa pengurusan STNK. Tak sampai seminggu, surat dan nomor baru kendaraan saya sudah siap di meja. Tanpa perlu banyak urusan, tinggal bayar sejumlah uang, semua terselesaikan. Itu belum cukup. Lagi-lagi dengan alasan kesibukan, saya memanggil office boy di kantor saya. Dengan imbalan sejumlah rupiah, nomor baru saya sudah terpasang di kendaraan tanpa repot-repot memasang sendiri.
Mungkin Anda juga salah satu yang pernah melakukan hal seperti kisah saya di atas. Ya, dengan alasan kesibukan, untuk tidak menyebutnya kemalasan, kita sering membayar orang untuk melakukan sejumlah pekerjaan bagi kita. Di sinilah peluang yang menurut saya sangat besar perputaran uangnya. Misalnya, untuk satu jasa pengurusan STNK, saat itu saya dikenakan uang jasa sekitar Rp100 ribuan. Bayangkan, jika dalam sehari ada lima kendaraan saja yang antri diuruskan suratnya. Sehari, biro jasa itu akan memetik keuntungan kotor minimal Rp500 ribu. Berapa dalam sebulan?
Nah, kemalasan-kemalasan seperti inilah yang perlu Anda cermati dalam mencari peluang. Misalnya, coba lihat tumpukan baju kotor Anda saat ini. Saat merasa sangat sibuk, ke mana Anda pergi untuk mencucikan baju-baju Anda? Ke laundry bukan? Ya, para tukang cuci itu dengan senang hati akan menerima baju-baju kotor Anda. Bukankah ini peluang yang diciptakan dari kemalasan mencuci baju?
Contoh lain adalah bisnis makanan. Kalau dilihat dari sudut pandang kemalasan, bukankah orang-orang pergi ke restoran kebanyakan karena malas masak? Atau, bisa jadi mereka juga malas cuci piring dan malas berepot-repot menanak nasi. Maka, jadilah bisnis restoran dan aneka makanan berada di mana-mana. Bahkan konon, bisnis makanan adalah bisnis yang tak bakal ada habisnya.
Masih banyak contoh lain bisnis yang berawal dari kemalasan itu. Bahkan, urusan menikah yang sangat sakral pun bisa jadi dibisniskan hanya karena alasan kepraktisan. Yah, hadirnya banyak wedding planner atau wedding organizer adalah contoh betapa kemalasan mengurus aneka macam urusan pernikahan bisa jadi bisnis yang sangat menggiurkan.
Maka, cobalah tengok, apa saja yang membuat Anda malas hari ini. Bisa jadi, di sanalah tersembunyi peluang yang bisa sangat menguntungkan. Pikirkan! Jika Anda malas bangun tidur, bisa jadi itu karena kenyamanan kasur, bantal, dan guling adalah hasil kejelian pengusaha kebutuhan tidur untuk memanjakan kemalasan Anda. Jika Anda sibuk sehingga tak bisa mengantar anak ke sekolah, ada pengusaha yang jeli membuat usaha antar jemput anak. Jika Anda tak bisa langsung bertemu dengan klien, lihatlah, ada pengusaha yang jeli menggeluti usaha di bidang teknologi yang memudahkan Anda untuk bisa mengangkat telepon dan semua bisa diselesaikan via handphone.
Begitulah. Sangat banyak peluang usaha yang bisa kita geluti dengan mencermati kemalasan dan kesibukan orang. Tinggal bagaimana usaha Anda mengubahnya dengan berbagai cara dan kesungguhan, disertai kerja keras dan keuletan, maka peluang yang ada itu bisa dijadikan usaha yang menguntungkan