Senin, 20 Agustus 2007

PENGINAPAN PINTU SINGA

Oleh: Yudi Suharso


Di suatu gurun pasir yang tandus, terdapat sebuah penginapan kuno. Namanya Penginapan Pintu Singa. Dinamakan demikian, karena di pintu gerbangnya terdapat patung kepala singa.
Suatu hari, datanglah seorang Menteri kerajaaan ke penginapan itu.
"Aku ingin mendapat kamar yang terbagus dan termahal di penginapan ini," kata Menteri itu.
Pemilik penginapan pun menyahut. "Tapi, tuanku…, kamar terbagus dan termahal itu sudah ditempati seorang saudagar sejak kemarin. Sekarang saudagar itu sedang pergi ke kota." "Ah, baru seorang saudagar! Saya ini Menteri! Turuti perintahku! Sekarang pindahkan barang-barang saudagar itu ke kamar lain! Kalau dia marah, suruh menghadap aku!" kata Menteri dengan angkuhnya.
Akhirnya, terpaksa pemilik penginapan menurutinya. Dan masuklah Menteri kerajaan ke kamar terbagus dan termahal di penginapan itu.
Tak lama kemudian datanglah Perdana Menteri ke penginapan itu.
"Aku ingin mendapat kamar yang terbagus dan termahal di penginapan ini," kata Perdana Menteri.
Si pemilik penginapan menjawab, "Tapi, tuanku, kamar terbagus dan termahal itu sudah ditempati seorang Menteri."
"Ah, baru seorang Menteri! Aku ini Perdana Menteri! Turuti perintahku! Sekarang katakan pada Menteri itu untuk memindahkan barang-barangnya ke kamar lain! Kalau dia marah, suruh menghadap aku!" kata Perdana Menteri dengan angkuhnya.
"Baik, tuan Perdana Menteri!" Pemilik penginapan pun menurutinya. Menteri tadi terpaksa pindah kamar, karena ia takut pada Perdana Menteri.
Beberapa waktu kemudian datanglah Sang Raja ke Penginapan Pintu Singa itu.
"Aku ingin mendapat kamar yang terbagus dan termahal di penginapan ini," kata Raja.
Si pemilik penginapan pun menyahut gugup, "Yang Mulia Tuanku Raja. Kamar terbagus dan termahal itu sudah ditempati Perdana Menteri."
"Oh, begitu! Katakan pada Perdana Menteri untuk memindahkan barang-barangnya ke kamar lain! Ini perintah Raja! Kalau dia marah, suruh menghadap aku!" kata Raja dengan angkuhnya.
Pemilik penginapan terpaksa kembali menurutinya.
Pemilik penginapan itu lalu sempat berkata pada pelayannya, "Aku berani bertaruh, pasti tak akan ada yang bisa mengusir Raja dari kamar itu!"
"Akh, belum tentu, tuan. Di atas langit, masih ada langit… Aku yakin masih ada yang bisa mengusir Raja itu!" kata si pelayan.
Akhirnya pemilik penginpan dan pelayannya itu bertaruh lima keping perak tentang hal itu.
Saat segala urusan pemindahan selesai, Raja siap-siap masuk ke kamar terbagus dan termahal itu. Tapi tiba-tiba datanglah seorang gelandangan berpakaian kumuh.
"Bagimana keadaan kamar terbagus dan termahal yang kusewa sejak kemarin? Apakah sudah dibersihkan hari ini?" tanya gelandangan itu.
"Kamu bicara apa, gelandangan kotor? Beraninya kau bertanya soal kamar terbagus dan termahal!" kata pemilik penginapan kesal.
"Lo, aku ini orang yang menyewa kamar itu kemarin! Aku memang seorang gelandangan. Kemarin aku baru menang lotere, makanya aku bisa menyewa kamar itu! Dan bisa berpakaian seperti seorang saudagar. Nah, sekarang uang lotere-ku telah habis. Tapi aku masih punya hak untuk menginap di kamar terbagus dan termahal itu. Karena aku telah membayarnya untuk tiga malam. Ini aku masih pegang kunci kamarnya," gelandangan itu mengacung-acungkan kunci di tangannya.
Si pemilik penginapan pun bingung. Ternyata benar, gelandangan ini yang menyewa kamar terbagus dan termahal itu kemarin. Pakaiannya sekarang memang compang-camping tidak seperti kemarin. Tapi wajahnya memang dia.
"Tapi, wahai tuan gelandangan! Kamar tebagus dan termahal itu sekarang akan ditempati Sang Raja," kata si pemilik penginapan kemudian.
Tiba-tiba gelandangan itu tertawa terbahak-bahak.
"Apa, Raja? Jadi Raja yang akan menempati kamar itu? Ha ha ha ha… Jadi Raja yang mulia mau menginap di kamar yang bekas aku tiduri? Gelandangan miskin yang berpenyakit kulit ini! Ha ha ha… "
Raja yang mendengar perkataan gelandangan itu, buru-buru mengajak pengawalnya keluar dari penginapan itu. Beliau tak jadi menginap, karena tak mau menempati kamar yang bekas ditiduri gelandangan itu.
Akhirnya gelandangan itulah yang menempati kamar terbagus dan termahal di Penginapan Pintu Singa. Ia memang berhak, karena telah membayar sejak kemarin.
Si pemilik penginapan memukul kepalanya. Ia kalah teruhan lima keping uang perak dari pelayannya.