Kamis, 12 Juli 2007

Penelitian: Cinta Memang Bisa Bikin Buta!

Puteri Fatia - detikHot

Cinta.. cinta... cinta, topik yang satu ini memang tak akan ada habisnya dibahas. Berbagai perasaan timbul ketika jatuh cinta; senang, bahagia, bahkan sampai terpuruk karena sakit hati. Intinya, jatuh cinta.. memang sejuta rasanya!

Nah, perasaan tersebut menimbulkan rasa penasaran para peneliti. Mereka pun peneliti aktivitas otak dan tubuh seseorang ketika sedang jatuh cinta.

Dilansir BBC, Rabu (16/8/2006) penelitian oleh Universitas London membuktikan ketika sedang jatuh cinta, bagian otak manusia yang mengontrol pikiran-pikiran kritis agak terganggu. Namun ini tak hanya berlaku untuk cinta pada kekasih, kecintaan ibu pada anaknya juga bisa menghasilkan hal serupa.

Penelitian ini melibatkan 20 orang yang diminta untuk memberikan pendapat soal orang yang dicintainya. Sebelumnya, mereka ditunjukkan foto orang tersebut.

Perasaan jatuh cinta membuat aktivitas otak yang terkait dengan penilaian kritis menjadi terganggu. Aktivitas yang menimbulkan emosi-emosi negatif pun menjadi berkurang.

Tak hanya itu saja, terjadi peningkatan aktivitas di bagian otak yang merespon terhadap reward atau hal-hal baik. Sedangkan bagian otak yang biasa membuat penilaian-penilaian negatif mengalami penurunan aktivitas.

Para responden ini seakan di'buta'kan oleh cinta mereka sehingga penilaian tentang pasangan mereka tak seobyektif biasanya. Penilaian terhadap orang yang dicintai lebih cenderung ke penilaian yang bersifat positif. Sedangkan hal-hal negatif atau kesalahan pasangan kerap terlewatkan oleh mereka.

Nah, yang membedakan antara cinta kekasih dan keluarga adalah, cinta dengan kekasih bisa memicu aktivitas di hypotalamus. Hypotalamus ini bertugas untuk mengontrol rangsangan yang berbau seksual.

Sementara itu, penelitian lain membuktikan, pria dan wanita yang sedang jatuh cinta juga mengalami perubahan hormon. Pria yang sedang jatuh cinta mengalami penurunan hormon testoteron sedangkan pada wanita terjadi peningkatan hormon testoteron. Aktivitas ini terjadi pada enam bulan pertama pasangan tersebut mulai jatuh cinta.

"Pria, menjadi seperti wanita, sedangkan wanita menjadi seperti pria. Sepertinya ala, ingin menghilangkan perbedaan antara pria dan wanita agar mereka bisa bersatu," ujar peneliti asal Italia, Donatella Marazziti dari Universitas Pisa. (fta/)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan beri Komentar sehat dan membangun