Senin, 20 Agustus 2007

"POLISI TIDUR" KEHIDUPAN


Oleh : Toni Yoyo, STP, MM, MT


Ditinjau dari tujuan yang dimiliki dalam kehidupan ini, manusia terbagi menjadi empat kelompok :


Sama sekali tidak punya tujuan.
Punya tujuan tapi tidak pernah mencoba merealisasikannya.
Punya tujuan dan berupaya untuk meraihnya akan tetapi mundur begitu menemui masalah atau hambatan.
Punya tujuan, berupaya keras untuk meraihnya, dan tetap bangun kembali walaupun jatuh dan gagal dalam perjalanannya.
Kelompok manusia pertama, seperti halnya air yang mengalir mengikuti aliran tanpa pernah berupaya mencari tahu kemana arahnya dan akan tiba kemana nantinya. Manusia seperti ini mengikuti persis manusia lainnya yang ada di sekeliling mereka, dan tidak pernah berani berbeda dari lingkungannya.
Manusia kelompok kedua memiliki tujuan atau lebih tepat keinginan-keinginan di masa depan untuk mendapatkan ‘lebih’ dari yang dimiliki saat ini. Sayangnya mereka tidak pernah berupaya mencapai tujuan-tujuan tersebut. Yang mereka tahu adalah berbagai tujuan itu tidak pernah ‘mampir’ ke diri mereka, hanya menjadi mimpi yang tidak pernah terwujud.


Orang-orang yang termasuk kategori ketiga adalah kelompok yang memiliki tujuan, termotivasi dan berupaya untuk merealisasikannya, akan tetapi mereka kurang tabah, ulet, sabar, dan kuat dalam perjalanan menuju garis finish. Begitu menemui kesulitan, masalah atau kegagalan, langsung semangat dan motivasinya kuncup, dan kemudian menjadi layu sehingga orang-orang ini kembali menjalani hidup apa adanya tanpa pernah berani ‘bermimpi’ lagi.


Akan tetapi terdapat orang-orang yang punya tujuan jelas dalam hidupnya, belajar dan berupaya keras menggapai apa yang dicita-citakannya, selalu mengevaluasi jarak saat ini dengan tujuan di depan, mengantisipasi kendala, mengenali kesempatan, dan lain-lain. Mereka juga mampu bangkit kembali untuk berjalan tegak walaupun terpeleset, terjatuh atau bahkan terguling dalam perjalanan menuju tujuan tersebut. Walaupun kelompok ini akan mencatat kegagalan yang jauh lebih banyak dibanding kelompok-kelompok manusia lainnya, akan tetapi jumlah kesuksesan dan pencapaiannyapun akan jauh lebih mengesankan daripada orang-orang di tiga kelompok pertama.


Oleh karena itu jangan pernah berkecil hati jika mengalami sendiri bahwa makin banyak belajar makin banyak pula yang kita lupa. Memang jika dibandingkan dengan mereka yang hanya sedikit belajar maka mereka akan sedikit pula lupa. Tapi jumlah ‘lupa’ ini tidak bisa menghapus kenyataan bahwa mereka yang belajar banyak akan memiliki pengetahuan yang menempel lebih banyak pula, yang apabila dipraktekkan, kemungkinan berhasil akan jauh lebih besar bagi orang-orang pembelajar tersebut.


Dalam ilmu manajemen dikatakan bahwa setiap entitas sebaiknya memiliki tujuan yang ingin dicapai dalam rentang waktu tertentu. Apakah entitas itu adalah seorang manusia secara individual ataupun kelompok orang yang membentuk satu organisasi baik sosial maupun berorientasi pada keuntungan (bisnis). Tujuan ini menjadi arah atau penunjuk jalan sehingga entitas tersebut tidak ‘tersesat’. Dalam perjalanan menuju tujuan, harus dilakukan evaluasi dengan meninjau situasi dan kondisi diri sendiri maupun lingkungan setiap periodik, mengukur apakah kecepatan sudah sesuai dengan yang diinginkan, dan kontrol-kontrol pengukuran lain sehingga tujuan dapat diraih dalam waktu yang sudah ditentukan.

SMART merupakan kepanjangan dari Specific (spesifik), Measurable (jelas apa yang diukur dan bagaimana cara pengukurannya), Achievable (dalam rentangan daya untuk dicapai), Realistic (masuk akal untuk direalisasikan tapi mensyaratkan pengeluaran potensi maksimal), dan Time Bound (ada batas waktu). Sewaktu suatu entitas membuat tujuan, seharusnya panduan SMART inilah yang diaplikasikan.


"Polisi tidur" yang merupakan istilah untuk halangan di jalan atau jalanan yang ditinggikan supaya pengendara tidak terlalu cepat melaju, dapat diumpamakan sebagai kendala atau tantangan dalam kita mencapai tujuan.


Berbagai cara pengemudi untuk menghadapinya, mulai dari terus melaju tanpa memperlambat kendaraannya dengan resiko terjatuh atau kendaraannya terhempas keras, menghindari dan mengambil jalan di pinggirnya, mengambil sisi sebelah yang mungkin ’polisi tidur’nya sudah jebol (tentu ini membahayakan pengemudi dari arah yang berlawanan) atau mungkin berbalik arah karena ’polisi tidur’ terlalu tinggi sedang kendaraannya akan mentok jika dipaksakan lewat.


Cara terbaik menghadapi ’polisi tidur’ adalah memperlambat kendaraan untuk melihat lebih jelas seperti apa ’polisi tidur’ tersebut, kemudian memutuskan apakah tetap tancap gas ataukah melewatinya secara perlahan.

Begitulah seharusnya kita lakukan dalam menghadapi berbagai kendala dan rintangan dalam hidup sewaktu menuju tujuan. Jangan menyerah kalah terhadap ’polisi tidur’ kehidupan. Hadapi, lewatilah dan jangan berbalik arah jika memang jalan itulah yang akan membawa kita pada tujuan hidup. Walaupun ’polisi tidur’ membuat laju kehidupan kita sedikit melambat dan bahkan menimbulkan ’luka goresan’ dalam diri kita, akan tetapi berbagai ’polisi tidur’ kehidupan yang berani kita lewati, akan membuat kita kuat dan terbiasa sehingga akhirnya bisa mencapai berbagai tujuan dalam hidup kita.

Sebagai manusia normal, pantaslah kita memiliki berbagai tujuan dalam hidup ini. Seyogyanyalah kita menjaga diri kita untuk berada dalam kategori manusia keempat yang berani menghadapi dan melewati berbagai jenis ’polisi tidur’ kehidupan.