Rabu, 14 November 2007

Masalah atau Peluang?

bekerja di perusahaan retail. Tapi sejak
masuk bekerja, sebenarnya ada satu hal yang mengganjal di hatinya,
sistem kerja di perusahaan tersebut. Awalnya dia diterima di bagian
administrasi pergudangan. Tapi ketika bagian sales kekurangan tenaga
karena salah seorang supervisor sakit keras, maka Feri diperbantukan
di bagian sales.

Feri tidak keberatan. Tapi ternyata tugasnya sebagai administrasi
pergudangan juga tetap berjalan, sehingga kini dia menjabat dua
bidang pekerjaan yang sama-sama sibuk. Untung semua berjalan dengan
lancar.

Di bulan keempat Feri diminta agar membantu cabang Bogor yang sedang
mengalami masalah. Penjualan menurun. Maka Feri dikirim ke sana dan
bertugas untuk mengecek segala sesuatu dan memberikan masukan, dan
membantu agar segala sesuatu berjalan sebagaimana mestinya.

Dari sistem operasional, hubungan dengan pelanggan, cara kerja di
lapangan, sistem administrasi, laporan keuangan, hingga kinerja
setiap orang tak luput dari pantauannya. Dua bulan kemudian dia
kembali ke Jakarta dan mengerjakan dua bidang pekerjaannya kembali
beserta tambahan membantu bagian distribusi.

Pekerjaannya sebenarnya cukup menyenangkan. Tapi, pekerjaan yang
berubah-ubah dan lingkup tugas dan pekerjaan yang tidak jelas
membuatnya merasa kurang senang. Feri sebenarnya ingin satu pekerjaan
yang tetap, tidak berubah-ubah dan dipindahkan ke mana saja, tapi,
terpaksa dia menyetujui sistem kerja tersebut, karena dia ingin tetap
bekerja.

Ternyata, ganjalan tersebut menganggu kinerjanya sendiri. Dia tidak
bisa lagi melihat keuntungan apa yang mungkin didapatnya dari
pengalaman kerja semacam ini, tapi dia hanya melihat masalah yang
tidak disukainya.

Feri sendiri tidak berdaya. Tiap hari dia semakin tenggelam dalam
kebingungan memikirkan pekerjaan dan masa depannya. Dia melihat salah
seorang rekannya yang sudah empat tahun, tapi tetap juga pekerjaannya
sama dengan Feri. Jadi Feri semakin khawatir kalau-kalau dia juga
akan bekerja serabutan selama bertahun-tahun tanpa perubahan.

Perasaan tersebut membuat Feri semakin tertekan. Apalagi dia baru
saja resmi berpacaran dengan seorang wanita, Sinta. Kekhawatirannya
meningkat dua kali lipat. Dia menjadi semakin khawatir kalau nanti
sudah menikah dengan Sinta, lalu dia masih harus berpindah-pindah ke
divisi lain atau bahkan ke kota lain, wah jangan-jangan dia tidak
setuju.

Feri mulai ketakutan. Bagaimana kalau Sinta menuntutnya untuk tidak
pindah-pindah rumah? Bagaimana kalau Sinta tidak bisa menerima
kenyataan tersebut? Bagaimana kalau dia nanti jadi uring-uringan tiap
hari? Bagaimana kalau begini, kalau begitu, dan seribu satu
pertanyaan serta kekuatiran lain menumpuk dalam hati dan pikirannya.

Ajak diskusi

Setelah enam bulan, Feri tidak tahan. Dia akhirnya memutuskan untuk
berterus terang dan membicarakan hal tersebut dengan Sinta secara
terbuka. Maka Feri mengajak Sinta berdiskusi. Sinta sendiri juga
bekerja di bagian ekspor di sebuah perusahaan peralatan kantor.

Ternyata tanggapan Sinta di luar perkiraan Feri. Feri menduga Sinta
akan merendahkan Feri, kesal, marah-marah, atau bahkan menyuruhnya
keluar dan mencari pekerjaan lain. Tapi Sinta malah mengajaknya
melihat masalah tersebut melalui kacamata lain.

Sinta merenung sebentar dan berkata "Jadi, Kak Feri sekarang bertugas
di bagian gudang, sales, dan distribusi?"

"Ya!" kata Feri kesal.

"Kak Feri juga berhasil membantu cabang Bogor mengatasi masalahnya
dalam dua bulan?", tegas Sinta. Feri hanya mengangguk.

"Kak. Kak Feri sebenarnya beruntung lho," kata Sinta.

Feri terkejut. Selama ini dia tidak pernah menganggap dirinya
beruntung. Malah rasanya sial melulu karena terus menerus diberi
tugas tambahan. Sampai berat badannya turun dua kilo.

"Tidak Kak. Kak Feri sangat beruntung karena dalam waktu enam bulan,
Kak Feri sudah mempelajari berbagai bidang pekerjaan dan berhasil
menguasainya. Setahun atau dua tahun lagi, Kak Feri akan semakin
pintar dan semakin menguasai berbagai bidang lagi. Wah, Kak. Masa
depan Kakak semakin bagus," kata Sinta sambil tersenyum cerah. "Lho
kok?," tanya Feri heran.

"Ya. kalau sudah menguasai banyak bidang, karir Kakak akan semakin
bagus. Kakak bisa dipromosikan ke mana saja. Jadi jangan disia-siakan
Kak. Anggap saja sedang belajar atau sedang magang, tapi digaji
penuh. Kan untung? Tidak apa-apa Kak. Saya dukung penuh. Kakak jangan
malas. Harus tambah rajin, supaya semakin menguasai pekerjaan Kakak.
Nanti Kak Feri jadi semakin hebat deh."

Feri tertegun. Iya, ya. Kok selama ini tak terpikirkan olehnya untuk
memandang pekerjaannya dari sisi positif. Betul juga kata Sinta.
Dalam waktu enam bulan dia sudah menguasai sistem pergudangan,
mengelola sales, mengelola cabang, dan kini sedang mempelajari
masalah distribusi. Betul juga. Banyak hal baru yang kini
dikuasainya. Bila dia semakin menguasai pekerjaannya, tentu pintu
promosi akan terbuka baginya.

Kini dia tidak mau malas lagi. Bahkan dia akan semakin berusaha
menyelesaikan semua pekerjaan yang diserahkan kepadanya. Dia mau
bekerja sebaik mungkin. Yang penting meningkatkan kemampuan kerjanya.
Feri jadi bersemangat lagi. Dia akan terus belajar. Always do your
best! Always learn something!

Sumber: Masalah atau Peluang? oleh Lisa Nuryanti