Kisah ini adalah tentang seorang yang kaya raya dengan empat istri.
Di suatu pagi orang kaya tadi didatangi oleh sang kematian. Dengan sopan mahluk terakhir berucap begini : ‘Bapak yang baik hati, atas utusan Tuhan kami ditugaskan untuk menjemput.
Cuma, karena kebaikan hati Bapak selama hidup, diizinkan oleh Tuhan untuk membawa satu di antara empat isteri Bapak’.
Dengan tersenyum orang kaya ini memohon waktu untuk menemui keempat isterinya satu persatu.
Yang pertama dipanggil tentu saja isteri keempat. Seorang wanita muda yang cantik, dengan tubuh yang menawan, rambut panjang yang terurai dan tentu saja senyumnya yang indah dan manis. Namun, betapa terkejutnya orang kaya tadi mendengar jawaban terhadap ajakan untuk menemani suaminya ke dunia kematian. Wanita cantik tadi menolak ajakan suaminya dengan kata-kata kasar dan sarkastis.
Setelah menangis sambil menyesali hidupnya, orang kaya tadi memanggil isteri ketiga dengan ajakan yang sama. Wanita ini menjawab dengan bahasa yang lebih sopan : ‘maafkan kanda, saya hanya bisa menemani kanda sampai di sini saja’. Kalau tadi seperti diterjang petir rasanya, kali ini Bapak kaya tadi seperti dihempas air bah.
Lagi-lagi ia menangis menyesali seluruh hidupnya. Dengan semangat hampir putus asa, ia menemui isteri kedua dan mengemukakan ajakan yang sama. Isteri kedua menjawab lebih sopan lagi : ‘saya akan temani kanda, namun hanya sampai di liang lahat’.
Sehingga tidak ada pilihan lain kecuali memanggil isteri pertama. Dan takjubnya, kendati isteri pertama tidak terlalu diperhatikan, jarang diajak makan, bahkan sering disakiti, dengan tersenyum wanita yang pipinya sudah penyok dan merah-merah ini menjawab begini : “saya akan menemani kanda sampai kapanpun dan sampai di manapun”.
Dear friends ,
Ilustrasi tentang empat isteri di atas, sebenarnya ilustrasi tentang isteri dan suami kehidupan.
Semua orang memiliki empat isteri (suami) kehidupan.
Isteri keempat yang paling seksi, paling menarik, menghabiskan paling banyak waktu, sehari-hari bernama harta dan tahta.
Isteri ketiga yang juga mengkonsumsi waktu dan tenaga cukup banyak bernama tubuh atau badan kasar.
Isteri kedua – yang hanya bisa menghantar kita sampai di liang lahat – adalah isteri, suami, putera-puteri serta kerabat dekat kita di rumah.
Dan isteri kita yang paling setia dan akan menemani kita kemanapun kita pergi, dan apapun yang kita lakukan terhadapnya ia hanya mengenal kesetiaan, kesetiaan dan kesetiaan, ia bernama sang jiwa.
Atau, dalam sejumlah tradisi disebut dengan kata kesejatian.
Sayangnya, kendati ia yang paling setia, dalam keseharian ia juga yang paling jarang kita perhatikan. Dalam banyak kehidupan, ia malah kerap disakiti. Kebencian, kemarahan, permusuhan dan sejenisnya adalah serangkaian kegiatan yang memukuli sang jiwa.
Kalau isteri kedua (badan kasar) kita beri makan setiap hari, kita hanya memberi makanan sang jiwa sekali-sekali saja. Ada bahkan yang tidak pernah memberikan makanan pada jiwanya.
Dan kalau makanan badan kasar kita harus beli dan membayarnya, makanan sang jiwa dalam bentuk cinta, cinta dan cinta, ia tersedia gratis dalam jumlah yang tidak terbatas.