Masa Musim Semi dan Musim Gugur (770 S.M sampai 476 S.M)
Suatu hari kuda milik Confusius melarikan diri dan menginjak-injak sawah tetangganya. Petani yang dirugikan itu naik pitam dan menahahan kuda liar tersebut. Setelah mendengar kejadian buruk ini, Confusius segera memerintahkan Tzy Gon, salah satu murid terbaiknya, untuk berunding dengan sang petani, mengganti kerusakannya, dan memperoleh kembali kudanya.
Tzy Gon tiba di daerah pedesaan itu, dan setelah bertanya kepada penduduk setempat, murid yang berpakaian rapi itu dengan bahasanya yang halus dan sikap orang kelas atas meminta maaf kepada petani yang buta huruf ini, dan berusaha menyelesaikan masalah seperti layaknya dua orang yang beradab.
Tetapi, setelah percakapan singkat, petani ini dibingungkan oleh tutur kata manis si tamu dan bergegas kembali ke rumah, bersembunyi di balik pintu yang terkunci rapat. Sambil berdiri di halaman depan, si murid dengan sopan menjelaskan maksudnya, namun karena tidak memahami satu pun tutur kata halus tersebut, si petani merasa bingung dan tersinggung dan dengan keras menolak untuk bertemu dengan tamu itu.
Setelah seharian penuh berusaha tanpa hasil, si murid merasa kelelahan dan frustasi. Dia pulang melaporkan kegagalannya.
"Kamu berdua berasal dari dua tingkatan yang amat berbeda, " Confusius tersenyum penuh arti dan dengan tenang berkata, " Usahamu untuk berunding dengan petani itu seperti menyajikan makanan yang mahal dan lezat pada seekor sapi atau memainkan sebuah musik yang digarap dengan cantik pada seekor ayam. Mereka tidak dapat menghargai atau bahkan memahaminya sama sekali".
Keesokan paginya, Confusius mengutus perawat kudanya untuk mengatasi masalah ini. Setelah melakukan percakapan singkat, si petani dengan gembira menerima syarat-syarat tersebut dan mengembalikan kuda itu.
Orang yang berbeda memilik kemampuan yang berbeda. Hanya orang bijaksanalah yang dapat mengatasi perbedaan-perbedaan ini dengan tepat. Karena perbedaan latar belakang mereka, bahasa halus murid yang berpendidikan itu tidak di pahami oleh si petani yang tidak berpendidikan. Meskipun jika murid itu menggunakan dialek yang kasar, yang mungkin dianggap sang petani sebagai penghinaan, petani tersebut tidak akan merasa nyaman berkomunikasi dengannya.
Lalu mengapa Confusius tidak mengutus perawat kuda sejak mula ?. Karena ia mengerti kalau muridnya yang berpendidikan, dalam keangkuhannya, akan merasa tersinggung jika ia sebagai seorang pria yang berpendidikan dan berkemampuan, tidak di utus. Confusius juga melihat bahwa, setelah si murid gagal dalam misinya, keberhasilan si perawat kuda akan jauh lebih dihargai oleh murid-murid yang lain.
Orang yang bijaksana itu melihat bahwa para murid dan pelayannya akan sama memperoleh keuntungan dari pengalaman tersebut.
*Sumber : Wisdom's Way "101 Kisah Kebijakan Cina", oleh : Walton C. Lee *