Cinta diri atau self love yang cukup di dalam sebuah relasi memampukan seseorang memberi hadiah cinta terindah.
“Hadiah terindah itu adalah kebebasan. Pergi dengan siapa pun boleh saja. Bukannya tidak peduli. Ini adalah sebuah perwujudan bahwa kita bukan budak dari rasa takut untuk ditinggalkan,” papar Reza Gunawan.
Dengan self love yang cukup itu perselingkuhan bukanlah peristiwa besar yang menghancurkan diri dalam sebuah relasi. “Boleh saja marah sehari atau dua hari. Setelah itu putuskan, tetap menikah atau bercerai. Jangan menghukum diri dan merasa tidak berharga,” ujar Reza, yang tidak membela pasangan berselingkuh ini.
Bukan tidak mungkin bahwa perasaan kurang cinta itu kemudian berujung pada penyakit. “Penyakit karena kekurangan cinta ini berawal dari kurangnya cinta diri,” katanya. Kegagalan diri menata reaksi dan emosi saat mendapati pasangan berselingkuh atau tidak peduli pada pasangan itulah yang menyebabkan terjadinya timbunan emosi negatif dan akhirnya berwujud menjadi penyakit kanker, misalnya.
Derita itu semakin berlipat ganda ketika seseorang yang kurang mencintai dirinya telanjur mengandalkan bahwa pasangan harus cinta pada dirinya. Cinta yang sehat dalam sebuah relasi adalah cinta yang berkembang dan menumbuhkan.
“Puncak hidup bahagia adalah orang yang berkembang cintanya sehingga dia bisa berempati pada orang lain,” kata psikolog Nilam Widyarini. Dalam memahami makna cinta, Reza mengajak belajar pada bangsa Jepang.
Sistem penulisan bahasa Jepang menggunakan gambar atau simbolisasi. “Dalam bahasa Jepang, kata cinta itu tergambar dari piktogram yang berarti hati yang menerima. Artinya, kita ikhlas dalam mencintai,” katanya.
Source: Gaya Hidup Sehat(kompas)